17. Bahagiaku

22.5K 1.1K 0
                                    

Mungkin hanya di jembatan ini aku bisa menenangkan pikiranku tentang kejadian tadi yang membuatku merasa muak. Bagaimana tidak ? Wanita itu bahkan sudah menatapku seperti itu dan Jafran diam saja ? Bahkan saat dia mendapatkan pelukkan dari wanita itu dia hanya diam saja ? Yang benar saja, siapa pun pasti tidak akan merasa nyaman bahkan pasti merasa bahwa ingin menampar wanita itu saat itu juga.

Malam ini angin sangat mendukung keadaan hatiku, sepi bahkan tak ada suara pun disini untungnya aku membawa headset dan mp3. jadi setidaknya lagu yang sedang ku dengarkan bisa menemaniku dari rasa sepi dan keheningan malam ini sampai aku mendengar suara seseorang memanggilku. Tidak mungkin ada orang yang mengenaliku di tempat sepi ini. ini halusinasiku saja, aku melepaskan sebelah headset ku dan mencoba mendengarkan suara yang memanggilku suara itu seperti suara Jafran tapi saat aku menoleh tidak ada siapapun hanyalah kabut tebal di keheningan malam ini. Aku merasa ketakutan karena aku baru ingat bahwa di jembatan tempatku berdiri saat ini selalu ada yang membuang mayat ataupun kesialan lainnya. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa pulang karena ini sudah sangat malam, aku menyesal kabur dari Jafran tadi. Kali ini aku merasa ada sebuah tangan yang menyentuh pundakku, rasanya aku tidak bisa menahan bahwa hawa dingin malam ini semakin membuatku takut.

"Ka.. kamu si..siapa?" Tanyaku sambil membalikkan tubuhku tanpa membuka mata, aku rasa dia bukan manusia. bodohnya aku malah menanyakan hal itu

"..." Tidak ada jawaban apapun namun aku merasakan bahwa sekarang tangan itu memegang tanganku yang sudah sangat dingin karena ketakutan

"Ja..jangan lemparkan a..aku ke bawah, ku mo..mohoon aku belum menikah" Ucapku sambil bergemetar karena takut hal buruk menimpaku malam ini

"..." masih tak ada jawaban apapun, aku memberanikan diri untuk membuka mataku dan melihat siapa yang sedang memegang tanganku

"Daaaarrr!" Teriak seseorang itu sambil membelalakan kedua matanya

"Aaaaaaa" Teriakku yang sangat ketakutan sambil menutup kedua mataku dan langsung berjongkok

"Hei, ini aku Jafran" ucap seseorang sambil memegang pundakku yang masih bergetar karena ketakutan itu

"Jafran! Gak lucu tau gak ? Kamu mau buat aku kena serangan jantung apa ?" Ucapku sambil memukul-mukul dada bidang lelaki itu

"Oke oke maaf ya maaf aku kira kamu gak akan setakut ini" Ucapnya sambil menahan kedua tanganku

"Hei jangan nangis, maafin aku ya. Aku gak tahu kalo seorang perawat kaya kamu sangat penakut"sambungnya sambil tertawa

"Aku takut banget Jafran, kamu becandanya keterlaluan banget ih aku gak suka" Teriakku sambil terus bergetar dan menangis

"Maafin aku ya Rindi" Ucapnya sambil menarik tanganku dan memelukku

Bodohnya aku selalu merasa nyaman dan aman jika berada di pelukkannya, dan seketika rasa takut itu hilang. Kami berpelukkan di tengah jembatan seperti dua orang yang tidak bertemu lebih dari satu bulan.

---
"Sebenarnya di mobil ini ada satu orang atau dua orang ? Sepi sekali" Sindir Jafran sambil terus menyetir

"Ayo bicaralah, mobil ini sepi sekali" sambungnya

"Nyalakan saja lagu, pasti gak akan sepi lagi" Ucapku tanpa melihatnya

"Kamu masih marah ?" Tanyanya sambil meraih tanganku

"Engga" Ucapku sambil menepis tangannya

"Terus kamu kenapa?"

"Aku gapapa" Ucapku tanpa melihat kearah Jafran

"Gara-gara di jembatan tadi ?" Tanya Jafran yang kini tengah menatapku

"Jangan lihat aku, nanti nabrak lagi" Aku hanya meliriknya sekilas

"Jawab dulu pertanyaanku, Rindi" ucap Jafran sambil menepikan mobilnya

"Kamu kenapa sih tadi diem aja waktu di peluk perempuan itu ?" Aku mulai mengeluarkan hal yang mengganggu pikiranku dan menatap lekat matanya

"Oh jadi kamu diam aja karena itu?" Tanya Jafran sambil tertawa kencang

"Ko malah ketawa sih ? Gak lucu tau gak" Ucapku sambil mengalihkan pandanganku ke arah jendela di sebelahku melihat jalanan kota Bandung

"Aku pingin lihat ekspresi kamu aja, kalau aku di peluk gitu kamu gimana " Ucapnya di tengah tawanya

"Dih, gak lucu tahu gak ?" Bentakku tanpa menolehkan kepalaku

"Lucu, bahkan sangat lucu melihatmu seperti ini" Ucapnya sambil mencubit pipiku gemas

"Aku pulang naik taxi aja lah, kamu resek hari ini" Ucapku sambil hendak membuka seatbeltku

"Baik maafkan aku, aku tidak bermaksud melakukan itu. Tapi meskipun dia meluk tadi yang penting aku gak meluk dia kan ? Yang aku peluk hanya kamu, Rindi" Ucapnya sambil menahan tanganku

"Masa iya ?" Tanyaku tak percaya

"Iya, serius. Ya sudah, sekarang sudah malam kita pulang nanti dikira aku nyulik anak cantiknya bu Reni dan bapak Andri "ucapnya sambil mencubit pipiku dan menyalakan gas mobilnya

"Gombal" ucapku sambil mengalihkan pandanganku ke arah lain dan mendapat tepukan halus pada puncak kepalaku

Malam ini dia berhasil membuatku melupakan kejadian tadi. Jafran selalu sukses membuatku senang meskipun awalnya membuatku ingin mencakarnya. Terimakasih Kapten Jafran calon imamku, i just love you.
*bersambung

Destiny(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang