8.Pertemuan

31.8K 1.7K 7
                                    

Rino yang sedari tadi jalan didepanku kini berdiri dan menyapa seseorang yang sedang duduk di sebuah meja menggunakan baju loreng.

Aku yang sedang menatap kearah lelaki berbaju loreng itu kini hanya bisa diam dan merasa jantungku tidak karuan meskipun lelaki itu berbalik membelakangiku

"Assalamualaikum Fran" Ucap Rino sambil menepuk bahu lelaki itu

"Waalaikumsallam" Ucap lelaki berbaju loreng itu sambil membalikkan tubuhnya yang membuatku merasakan detak jantungku semakin tidak karuan karena dia adalah Jafran

"Sudah lama kamu nunggu, Fran?" Tanya Rino

"Tidak, saya baru beberapa menit saja disini" Ucap Jafran

Aku tidak bisa pungkiri bahwa aku merasakan rindu kepada lelaki berbaju loreng ini, tapi di sisi lain dia telah membohogiku selama 12 tahun.

"Rindi ?" Tanya Rino sambil yang sudah duduk di samping Jafran, entah kapan dia duduk disitu

"I..iya ada apa?" Tanyaku gugup sambil mengalihkan pandanganku ke arah Rino

"Ayo duduk, jangan berdiri aja. Nanti di sangka pelayan lagi." Ajak Rino dan hanya ku balas senyuman samar saja

Setelah duduk, kami memesan beberapa makanan khas Bandung karena memang kami bertemu di rumah makan sunda. Pemandangan dari tempat dudukku sangatlah membuatku risih karena Jafran duduk tepat di depanku

"Bagaimana kalian bisa kenal?" Tanyaku kepada dua laki-laki yang sedang berbincang

"Kemarin, sepulang gue kumpul bareng kalian ada nomor asing yang telpon gue tapi ternyata itu adalah nomor Jafran. Jafran dapet nomor gue dari agnes dan agnes dapat dari Fida adik gue karena memang mereka satu kelas, ya udah gue langsung ajak dia janjian sekarang bareng lo. Lagipula kan dia memang sahabatku sejak lama" Jelas Rino yang disertai dengan anggukan kepala dari Jafran

kenapa dia terlihat biasa saja?bukannya 2 hari yang lalu dia nangis sambil meluk gue ? apa dia gak merasa bersalah?

"Rindi!" Ucap Jafran yang sedikit keras dan menyadarkanku dari lamunan atas sikapnya yang aneh

"Ada apa?" Tanyaku datar

"Maafkan saya atas kejadian 2 hari yang lalu" Ucapnya sambil menundukkan kepalanya

"Sudahlah, lupakan saja. Saya juga sudah melupakannya" jawabku yang dibalas tatapan sinis dari Rino dan memberiku kode menggunakan matanya yang mengarah ke Jafran

"Maksud saya, sudah tak usah dibahas saya mengerti" Sambungku
---

Drttt!

"Assalamualaikum, Ada apa sayang ?" Tanya Rino pada seseorang di telpon itu

...

"Iya sekarang aku jemput"

...

"Masih bareng Rindi dan Jafran"

...

"Ya sudah, aku tutup telponnya ya sayang. Assalamualaikum"

Rino menutup telponnya dan menatap aku dan Jafran yang masih diam tanpa mengeluarkan satu kata pun karena sedari tadi memang kami hanya menjawab apa yang Rino tanya selebihnya kami lebih sering diam.

"Fran, Rin. Gue duluan ya, gue harus jemput Kirana di rumah neneknya. kalian gue tinggal berdua gak apa-apa kan ?" Tanya Rino yang sontak membuatku ingin memukul wajah tanpa dosanya itu

"Iya, tidak apa-apa. Salam pada istrimu dan anak-anakmu" Jawab Jafran sambil berdiri dari tempat duduknya

"Serius lo mau ninggalin gue ? gue ikut lo jemput Kirana deh, gue pulang sama siapa nanti ?" Alasanku karena tidak mau berdua saja dengan Jafran. Aku belum siap jika harus berdua saja dengannya

"Jafran, lo bawa mobil kan ?" Tanya Rino kepada Jafran tanpa menjawab pertanyaanku. Jangan bilang Rino menyuruh Jafran mengantarkanku

"Bawa, memangnya kenapa ?" Jawab Jafran

"Nanti lo pulang bareng Rindi ya ? kasihan dia anak orang takut di culik." Jawab Rino sambil tertawa

Jafran hanya tersenyum dan menatapku "Siap, nanti biar saya yang antar Rindi pulang" Jawab Jafran

"Jangan saya saya, lo kan udah inget siapa gue. Kaya biasa aja lah Fran. Gue udah tau ceritanya tapi gue gak akan jelasin sama Rindi biar lo aja yang cerita sama dia" Jelas Rino yang membuatku mengerutkan dahi dan menatapnya penuh rasa penasaran yang hanya di jawab senyuman dan anggukan kepala dari Jafran

"Ya udah, gue duluan ya. Kalian berdua yang akur, jangan berantem jaga nama baik seragam. oke ?" Ucapnya sambil melengos pergi

---
Semenjak Rino pergi tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutku atau Jafran. Aku hanya asik dengan ponselku karena Stalk  instagram beberapa temanku dan Jafran sedang asik melihat keadaan sekitar

"hmm. Maksud yang dikatakan Rino tadi apa ?" Tanyaku memulai percakapan

"Oh itu, tidak ada apa-apa" Jawabnya singkat dan hanya melirikku sekilas

"Percuma ya saya disini ? saya tanya jawabannya malah ambigu seperti itu" Jawabku kesal sambil beranjak pergi dari tempatku duduk

"Tunggulah sebentar, aku akan jelaskan" Ucapnya sambil menahan tanganku

"Baiklah, jelaskan" Ucapku sambil menepis tangannya

"Saya sudah ingat siapa Rino, Ima, Lala, dan Windi. Juga termasuk kamu, saya sudah ingat persahabatan dulu. Saya tahu nomor Rino dan yang lainnya, tapi saya tidak tahu nomormu. Mereka semua tidak memberikannya pada saya, mereka bilang biar saya meminta langsung pada kamu" Jelasnya yang membuatku hampir ingin meledak karena sikap keempat sahabatku itu.

"Terus anda kira, saya percaya dengan apa yang baru saja anda katakan ?" Tanyaku yang membuatnya membelalakkan kedua matanya

"Lalu bagaimana cara saya menjelaskan semua agar kamu percaya ?" Tanya Jafran sambil menahanku saat aku akan melangkah pergi

"Meskipun anda berkata sebanyak apapun, tidak ada satu katapun yang
akan saya percaya. Kepercayaan saya terhadap anda sudah tidak ada lagi" Jawabku sambil menepis tangannya yang menahanku dan menahan agar air mataku tidak tumpah saat itu juga

Aku meninggalkan Jafran dan aku melihat Jafran hanya terpaku di tempatnya. Setelah aku sampai di depan pintu aku mendengar Jafran memanggil namaku yang membuat pengunjung rumah makan itu menatap kearahku.

Aku hanya terus melanjutkan langkahku tanpa mempedulikan suaranya yang mulai tidak terdengar olehku. Aku tidak sanggup jika harus mendengarkan penjelasannya karena memang aku tahu jika dia sudah membohongiku selama ini dan aku tidak mau mengulangi kejadian itu untuk kedua kalinya.
*bersambung

Destiny(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang