Lona merasa lega setelah melihat hasil pemeriksaan golongan darah.
Ia segera pergi untuk menemui Alva. Lona tak tahu sejak kapan ia merasa senang mengenal Alva.
"Hai, Va." Lona memanggil Alva dari kejauhan.
Seketika Alva menoleh dan menperdekat jaraknya dengan Lona "eh Lon. Gimana hasilnya."
Lona memberikan laporan hasil pemeriksaan golongan darah kepada Alva.
Alva mengambil laporan tersebut. Namun ia tak langsung membukannya. Ia memperhatikan wajah Lona yang tidak menampakkan ekspresi bahagia.
Alva bahkan ragu untuk membuka amplop ditangannya. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk membuka amplop tersebut.
"Golongan darah lo A?" Alva mengerutkan keningnya.
Lona mengangguk.
Alva berpikir sejenak. Tiba-tiba ekspresi wajahnya berubah menjadi senang. "Berarti lo bisa donorin darah lo untuk mama lo dong? Wah, selamat ya."
Alva mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Lona. Hampir saja ia memeluk Lona. Namun, Lona bisa menahan Alva agar tidak memeluknya.
"Sorry, gak usah pakai meluk-meluk gue bisa kan? Peluk tembok aja." Lona tertawa kecil.
Alva pun ikut tertawa. "Sorry,habis gue senang banget."
Lona tertawa sambil mengacak-acak rambut Alva. "Lebay. Mandi gih. Bau."
"Cie perhatian." Alva mengendus. Mencoba mencium bau badannya sendiri. "Emangnya lo udah mandi?"
Lona mengerucutkan bibirnya. "Nggak lihat kalau gue dah cantik gini?"
Alva tertawa. "Enggak, soalnya lo masih kayak mak lampir."
Lona membulatkan matanya dan mengangkat tangannya.
Sebelum sebuah pukulan menghantam badannya, Alva segera kabur.
###
Lona melirik jam tangannya. Ia sudah menunggu lama. Namun, Alva tak kunjung datang.
Tak lama kemudian, Alva datang. "Gue udah ganteng belum?"
Lona benar-benar ingin tertawa. Namun ia berusaha menahannya. "Belum." Lona memandang lurus kedepan.
Alva menolehkan wajah Lona agar Lona melihat dirinya."kalau ngomong sama orang, harus lihat wajah orang yang di ajak ngomong."
"Wah, ternyata lo cantik banget Va."Lona tersenyum. Kemudian menjulurkan lidahnya ke arah Alva. "Lama banget lo mandi. Lo jaga mama gue ya. Gue mau pergi."
Alva memegang tangan Lona. Menahan agar Lona tidak pergi. "Kemana?"
"Menyelamatkan nyawa mama." Lona melepaskan genggaman tangan Alva. Kemudian pergi dan melakukan donor darah sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEVERANDAY
Storie brevi#800 in Short Story (14 Juni 2017) Setiap individu punya alasan. Alasan lebih memilih untuk mencintai, alasan lebih memilih untuk tetap bersama, alasan lebih memilih untuk diam, bahkan alasan lebih memilih untuk berlalu.