Lona membuka mata. Ia baru saja terbangun dari tidur nyenyaknya.
Dilihatnya sekitar. Samar. Namu ia dapat mengetahui bahwa papanya saat ini duduk bersama seorang wanita.
Diperhatikannya secara detail wanita itu. Ya, itu mamanya. "Mama." Panggil Lona yang sangat senang melihat mamanya sudah kembali sehat seperti semula. Lona mengubah posisinya yang semula berbaring menjadi duduk.
"Wah ternyata kamu sudah bangun." Ucap papa Lona yang sedang berjalan mendekati Lona bersama sang istri.
"Lona." Ucap wanita di sebelah papanya. Lona tersenyum mendengar suara mamanya. Suara lembut yang selalu membuatnya rindu disaat ia jauh dari mamanya. "Mama kangen kamu."
"Iya ma. Lona juga kangen mama." Lona menjulurkan kedua tangannya sebagai isyarat bahwa ia rindu pelukan hangat dari mamanya.
Mama Lona dan Lona saling berpelukan. Papa Lona yang melihat kejadian itu langsung berdehem "papa nggak diajak nih?"
Mama Lona dan Lona pun saling tatap. Mereka berdua tertawa. "Yaudah. Sini kita pelukan bertiga" ucap Lona dengan raut wajah bahagianya.
Mereka bertiga berpelukan. Betapa bahagianya Lona saat itu. Sampai akhirnya mereka bertiga saling melepaskan pelukannya dan kemudian tertawa.
"Papa." Lona diam sejenak. Ia ragu untuk menanyakan sesuatu kepada papanya. "Em, Alva mana?"
Mama Lona mengerutkan keningnya dan beralih memandang suaminya. "Alva? Siapa?"
Papa Lona yang lupa menceritakan sosok Alva kepada istrinya akhirnya tertawa. "Alva itu pacar Lona."
"Ih papa. Bukan. Alva bukan pacar Lona. Dia aja nggak bilang kalau dia cinta sama Lona." Lona mengerucutkan bibirnya.
"Jadi mau ditembak sekarang nih?" Tiba-tiba terdengar suara dari arah pintu. Alva datang dengan sekantong buah-buahan di tangannya.
"Ih enggak." Lona berusaha mengelak. "Kalau kamu nembak aku nanti aku mati gimana?" Lona berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Yaudah deh kalau enggak mau. Aku pulang sekarang aja." Alva kemudian berjalan menuju ke arah pintu.
"Eh jangan. Disini aja temenin aku. Kita kan temenan." Mendengar suara Lona akhirnya Alva mengurungkan niatnya untuk pulang. Meskipun tadinya hanya untuk sandiwara belaka.
"Ah temem tapi demen." Ucap papa dan mama Lona secara serentak. Membuat wajah Lona memerah malu. Sedangkan Alva tertawa terbahak-bahak hingga tak sanggup lagi berdiri dan terduduk asal di atas lantai.
Ruangan Lavender nomor 9. Hari ini ruangan tersebut dipenuhi dengan kebahagiaan. Tak seperti biasanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/107212002-288-k983444.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVERANDAY
Short Story#800 in Short Story (14 Juni 2017) Setiap individu punya alasan. Alasan lebih memilih untuk mencintai, alasan lebih memilih untuk tetap bersama, alasan lebih memilih untuk diam, bahkan alasan lebih memilih untuk berlalu.