(Bab 8/Part 21) Kirain Pacar

58 6 10
                                    

Lona telah memakai seragam sekolahnya. Ia sudah siap diri dan siap hati untuk pergi dan mengikuti pelajaran disekolah.

Inilah saatnya ia pergi ke sekolah. Diantar menggunakan mobil milik papanya.

Lona menoleh ke arah papanya yang sedang menyetir mobil. "Pa."

"Iya, kenapa nak?" Ucap papanya sambil tetap fokus menyetir.

Namun Lona tiba-tiba diam.

Papa Lona menatap Lona penuh keheranan. "Loh kok diam?"

Lona menatap matanya ragu. "Em, menurut papa laki-laki yang baik itu laki-laki yang seperti apa?"

Papa Lona tersenyum mendengar pertanyaan anaknya. "Tumben nanya tentang laki-laki. Ini pendapat papa ya. Laki-laki yang baik adalah laki-laki yang ganteng."

Lona mengerucutkan bibirnya setelah mendengar jawaban papanya. "Ih papa, Lona serius."

Papa Lona tertawa melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Lona. "Iya deh iya, nih yang pertama." Papa Lona mengangkat jari telunjuknya.  "Laki-laki yang baik adalah laki-laki yang selalu ingat Sama Allah dimanapun berada."

"Terus?" Ucap Lona yang ingin tahu.

"Yang kedua." Papa Lona pun mengangkat dua jarinya. "Laki-laki yang baik adalah laki-laki yang selalu menghindari perbuatan dan perkataan yang kotor."

Lona tampak mendengarkan setiap kata yang diucapkan papanya dengan serius.

"Yang ketiga." Papa Lona kemudian mengangkat tiga jarinya. "Laki-laki yang baik adalah laki-laki yang mampu mengendalikan hawa nafsu dan tidak pernah menjerumuskan Kamu ke hal yang tidak baik."

"Masih ada lagi?" Tanya Lona kepada papanya.

"Masih ada. Yang keempat." Papa Lona pun mengangkat keempat jarinya. "Laki-laki yang baik adalah laki-laki yang tidak akan menyia-nyiakan waktu, selalu menepati janji, serta bisa bermanfaat bagi keluarga dan orang lain."

Lona mengangguk tanda mengerti.

"Yang kelima." Papa Lona pun mengangkat lima jarinya.

Lona mengerutkan keningnya. "Banyak banget ya, pa."

"Ini yang paling penting. Laki-laki yang baik adalah laki-laki yang seperti papa." Lona tertawa mendengarkan perkataan papanya. "Ini beneran. Coba aja kamu tanya mama, pasti papa adalah laki-laki yang baik."

"Iya deh iya." Lona geleng-geleng kepala. Ia merasa beruntung memiki papa seperti papanya. Meskipun ia hanya seorang anak angkat. Namun papa dan mamanya sangat menyayanginya.

Mobil yang dinaiki Lona berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Ia pun mencium tangan papanya. "Belajar yang benar ya, nak" papa Lona mengusap kepala anaknya.

"Iya, pa." Lona turun dari mobil dan menuju kelasnya.

Sampai di depan kelas ternyata ia hanya menemukan murid pindahan yang duduk di dalam kelas sendirian. Hari ini memang Lona datang lebih awal dari biasanya.

Lona melangkah dan duduk di kursinya. Ya, kursinya yang baru. Ia pun mengambil sebuah novel dan membacanya.

"Hai." Lona mendengar suara dari arah depan.

Lona pun melepaskan pandangannya dari novel miliknya. "Ya, ada apa?"

Laki-laki tersebut tersenyum. "Kita belum kenalan. Nama kamu siapa?"

Lona membalas senyumannya. "Namaku Halona."

"Panggilannya Halo?" Tanya laki-laki tersebut.

"Eh enggak. Panggil Lona aja. Nama lo Abyan Nandan?" Lali-laki itu tampak terkejut. "Kok kamu tahu?"

Lona tertawa kecil. "Itu ada di badge name seragam lo."

Laki-laki itu melihat seragamnya dan kemudian kembali menatap Lona. "Oh. Panggil aku Aby aja. Biar kelihatan dekat."

Tiba-tiba ada seorang laki-laki masuk ke dalam kelas sambil berteriak. "Lona."

Lona menatap laki-laki itu. Lona mengenalnya. Laki-laki adalah Alva. Alva si kodok. "Gak usah teriak-teriak. Ada apa?"

"Nanti pulang bareng ya. Aku gak mau dengar penolakan. Pokoknya harus pulang bareng. Titik" ucap Alva dari depan kelas.

Lona berdiri mendekati Alva. "Emang lo udah minta izin papa gue?"

Alva mengambil ponselnya dan menunjukkannya  kepada Lona. Lona mengambil ponsel Alva dan membaca sebuah pesan dengan suara pelan. "Iya. Om izinin Lona pulang sama kamu. Tapi Lona harus tiba di rumah dalam keadaan selamat."

Lona memejamkan matanya. Ia tidak akan bisa membuat alasan untuk menolak ajakan Alva karena papanya sudah mengizinkan.

Alva mengambil ponselnya dari tangan Lona. "Oke. Pulang sekolah aku tunggu di parkiran."

Alva pun pergi menuju kelasnya. Lona kembali berjalan menuju kursinya.

"Siapa?" Ucap Aby tiba-tiba.

"Temen." Jawab Lona singkat.

"Kirain pacar." Ucap Aby sambil tertawa.

Kemudian mereka berdua kembali kepada aktivitasnya masing-masing. Kelas pun kembali sunyi sampai satu per satu teman sekelas Lona datang.

SEVERANDAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang