Lona benar-benar lelah dengan kejadian semalam. Ditambah lagi ia lupa bahwa hari ini ada ulangan matematika.
Lona benar-benar ingin mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia lupa bahwa hari ini ulangan matematika.
Sementara Izza benar-benar bingung memperhatikan sahabatnya yang bertingkah aneh. "heh, lo kenapa sih dari tadi mukulin kepala lo mulu?"
"argh, gue kesal. Gue lupa kalau hari ini ulangan matematika." Lona terlihat pasrah dengan hasil yang akan didapatnya dan menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangan.
"tapi, tadi lo bisa jawab kan?" izza melihat sahabatnya dengan tatapan miris.
"ya, gue yakin kok-" lona mendesah pendek, "gue yakin nilai gue bener-bener buruk."
Izza mengelus-elus punggung sahabatnya. "sabar ya Lon." Izza diam sejenak. Memikirkan sesuatu yang mungkin bisa membuat sahabatnya kembali ceria. "kantin yuk!"
Lona tak menjawab. Namun, Izza langsung mengerti apa yang diinginkan sahabatnya saat ini, sendiri.
###
Tet...tet...tet....
Bel telah berbunyi. Seluruh murid murid berhamburan memasuki ruang kelas. Ada yang masih membawa jajanan, ada yang masih membaca novel, bahkan masih ada yang sempat berpamitan dengan pacarnya dan bersalaman karena sudah waktunya berpisah dan kembali ke ruang kelas masing-masing.
Lona benar-benar tak tertarik dengan semua yang ada disekitarnya. Ia begitu frustasi. Mungkin karena ia tak mau namanya sebagai murid berprestasi tercoreng gara-gara nilai ulangannya yang buruk. Meskipun lona adalah murid yang nakal, tetapi ia juga murid berprestasi. Itulah salah satu keistimewaan seorang Lona.
Kepalanya terasa pusing. Lona mengangkat sedikit kepalanya dari atas meja. "Za."
"hm?" Sontak Izza menoleh kearah sahabatnya.
"bilangin ke ibu Sum ya 'gue izin ke UKS, lagi nggak enak badan'." Lona memijat pelan pelipisnya.
"iya. Gue antar lo sekarang." Izza meletakkan gorengan yang masih tersisa ke atas meja dan bersiap mengantar sahabatnya ke UKS.
"gak usah, gue bisa sendiri kok. Makasih ya." Lona pun segera bangkit dari kursinya dan menuju UKS.
Lona terus berjalan. Namun, ia merasakan badannya sangat lemas. Bahkan lama-kelamaan pandangannya semakin memudar.
Bruuk! Semua gelap.
Dengan kondisi tubuh yang telah jatuh ke lantai. Lona masih bisa mendengar langkah sepatu berlari mendekatinya. Tak lama kemudian ia merasakan tubuhnya di angkat oleh seseorang. Namun, ia tak dapat melihat wajah itu. Lona hanya berharap semoga ia baik-baik saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/107212002-288-k983444.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVERANDAY
Short Story#800 in Short Story (14 Juni 2017) Setiap individu punya alasan. Alasan lebih memilih untuk mencintai, alasan lebih memilih untuk tetap bersama, alasan lebih memilih untuk diam, bahkan alasan lebih memilih untuk berlalu.