Lona tersadar dari pingsannya. Ia melihat samar sekelilingnya. Dihadapannya duduk seorang perempuan tertidur yang masih menggunakan seragam sekolah. Izza. Sahabat Lona.
Lona ingin bangkit dari tempat tidurnya tanpa mengganggu sahabatnya. Ia berusaha turun dari tempat tidur tampa menimbulkan suara. Satu kakinya mulai turun dan diikuti kaki yang satunya lagi. Namun, Lona merasakan ada yang aneh dari telapak kakinya. Ia berpikir ‘kenapa lantai sekolah menjadi lembut? Apa ada yang salah dengan kakinya?’.
Lona menurunkan pandangannya. Ia melihat bahwa kakinya sedang menginjak tubuh seseorang dan orang itu pun menoleh kearahnya.
“heh,ngapain lo nginjek-nginjek badan gue? Lo mau menganiaya gue ya?” cowok itu berbicara setengah berbisik karena ia tahu bahwa Izza sedang tertidur.
“lo yang ngapain disitu? Pakek acara tidur dilantai segala.” Lona membuang muka.
Cowok itu kemudian duduk dihadapan Lona. “suka-suka gue dong. Masih untung tadi gue mau ngangkat badan lo yang berat itu. Kalau nggak, mungkin lo dah diinjak-injak sama orang. Bilang makasih atau apalah. Setidaknya lo bisa bilang ‘makasih ya Alva. Cowok paling ganteng di sekolah ini.’ Gitu kan enak.”
Lona berdecak sebal, “dih, emang gue ada nyuruh lo nolongin gue? Enggak kan.”
Alva mulai geram melihat tingkah Lona. “dasar. Gak tau caranya berterima kasih ya lo?! Seharusnya tadi gue nurutin insting gue supaya jangan nolongin lo.”
“yaudah deh. Makasih.” Lona benar-benar malas mendengar perkataan Alva.
“kurang tuh. Bilang makasih tu gini ‘makasih ya Alva. Cowok paling ganteng di sekolah ini.’. gitu.”
“iya, iya. Makasih ya Alva. Cowok paling ganteng di sekolah ini.” Lona benar-benar ingin menjambak rambut Alva dan menendangnya ke segitiga bermuda atau ke lubang hitam.
Tepat setelah Lona dan Alva perang mulut, Izza terbangun. “ada apa sih? Kok kayaknya gue denger ada ribut-ribut gitu. Gak ada demo kan.”
Lona menahan tawanya, “ada demo di depan sekolah, Za.”
“hah serius lo?” Izza terihat panik antara ingin kabur atau tetap bertahhan di UKS.
“hahaha, gak deh Za. Gue bohong. Gak ada apa-apa.” Lona benar-benar tak bisa lagi menahan tawanya saat melihat sahabatnya seperti orang bingung. Lona tahu, Izza selalu begitu setiap ia bangun tidur. Panik. Lona hafal betul sahabatnya karena mereka sudah bersahabat hampir 10 tahun.
Alva hanya ikut tertawa melihat kejadian itu. Benar-benar menghibur. Namun, ia tak pernah menyangka. Ternyata Lona si cewek aneh bisa bercanda. Sebab ia berpikir sebelumnya bahwa Lona hanya bisa marah-marah saja. Kini dipikirannya Lona bukanlah cewek aneh tapi si cewek unik. Ya, LONA si cewek UNIK.
![](https://img.wattpad.com/cover/107212002-288-k983444.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVERANDAY
Short Story#800 in Short Story (14 Juni 2017) Setiap individu punya alasan. Alasan lebih memilih untuk mencintai, alasan lebih memilih untuk tetap bersama, alasan lebih memilih untuk diam, bahkan alasan lebih memilih untuk berlalu.