TigaPuluh

516 21 4
                                    

Jihan dan Mingyu berjalan bersama dengan tautan tangan mereka yang saling mengenggam.

Sedari keluar dari kelas mereka bungkam entah karena apa.

Sampai akhirnya mereka diparkiran dan Mingyu melepas tautan tangan mereka.

Ia mengambil jaket yang berada ditasnya dan segera ia gunakan.

Jihan yang tengah berada dihadapannya pun menatap malas Mingyu yang sudah berada diatas motor sportnya.

Mingyu segera mengunakan helmnya dan menoleh kearah Jihan yang tengah memasang wajah betenya.

Ia menarik tubuh Jihan mendekat kearahnya dan segera ia rangkul mesra.

"kenapa?" tanya Mingyu.

Jihan melepaskan rangkulan Mingyu dan mengelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Mingyu.

"yaudah nih" Mingyu menyodorkan helm kepada Jihan dan segera digunakan oleh Jihan.

"Gyu~" panggil Jihan. Mingyu menatap kearah Jihan yang masih setia berdiri ditempat yang sama.

"kenapa?"

"lo kerja apaan sih? Sampe-sampe lo bisa beli jam tangan mahal, sepatu mahal sampai motor mahal kaya gini"

.

.

UHUK.

.

Mingyu tiba-tiba tersedak setelah mendengar ucapan Jihan.

Saat seperti inilah yang sangat Mingyu takuti. .

Ia ingin Jujur tetapi sepertinya hal itu tidak mungkin.

"it-tu" Mingyu terbatah-batah saat menjawab pertanyaan dari Jihan.

Hal itu membuat Jihan kesal dan segera melepas Helm yang ia gunakan.

"serah lo deh mau kerja apa toh gue cuman pacar lo yang ga berhak tau hal itu. Gue pulang naik taksi aja" Jihan bergegas pergi dari hadapan Mingyu.

Dan Mingyu menjadi frustrasi akan hal itu.

Ia memukul kasar motornya yang tak bersalah itu.

"bodoh lo gyu" geram Mingyu pada dirinya sendiri.

.

.

💠💠💠

.

.

Jihan telah berada didalam sebuah taksi yang akan menghantarkannya kerumah.

Sepanjang perjalanan Jihan terus menangis.

Ia binggung kenapa begitu mencintai laki-laki yang bahkan tidak pernah berkata jujur padanya.

"Nonna, sudah sampai" ujar Supir taksi itu pada Jihan.

Jihan segera membersihkan bekas tangisannya dan merogoh uang disaku kemeja sekolahnya.

Diberikannya selembar uang pada supir yang mengantarnya dan segera keluar dari taksi yang ia gunakan.

Langkah kakinya begitu berat untuk masuk kedalam rumahnya.

Berkali-kali ia menghembuskan nafasnya kasar karena hal yang ia sendiri binggung awalnya.

.

.

💠💠💠

.

.

"aku pulaang" ujar Jihan setelah ia masuk kedalam rumahnya.

Pandangan Jihan mengitari setiap bagian dirumahnya.

Tidak ada tanda-tanda kehadiran kedua orang tuanya.

Rumah yang ia miliki memanglah besar dan ia juga memiliki beberapa maid yang mengurus rumah nan megah itu.

Tapi, mereka memiliki kegiatan mereka masing-masing dan jarang sekali berkeliaran didalam rumah.

Walaupun begitupun rumah Jihan tetap bersih dan rapi.

.

.

Brukk.

.

Jihan menghempaskan tubuhnya diatas kasur besar Miliknya.

Tangannya ia renggangkan sejauh mungkin.

Pandangannya kini telah menghitam.

Karena ia menutup matanya erat-erat dan tanpa sadar ia tertidur pulas.

.

.

.

💠💠💠

.

.

.

Waktu telah menunjukan pukul 8 malam.

Jihan sudah terbangun dari tidurnya sekitar 30 menit yang lalu.

Dan sekarang ia tengah berada di Dapur dengan sebuah gelas berisikan air putih ditangan kanannya dan ponsel ditangan kirinya.

Jihan menganti status WAnya dan mengScroll Chat yang ada.

Tidak ada Chat dari Mingyu setelah kejadian pulang sekolah tadi.

Karena kesal Jihan pun meletakan kasar Ponselnya diatas meja makan dan segera duduk dikursi meja makan.

Dilihatnya sekitar tempat itu.

Hanya ada seorang Maid yang tengah membersihkan ruang tamu.

.

.

Drtt.

.

Drrttt.

.

Ponsel Jihan yang bergetar diatas meja itu pun mengundang rasa penasaran Jihan.

Siapa gerangan yang tengah menelponnya malam-malam begini.

Jihan yang tengah meminum air itu pun segera mengangkat telpon tersebut.

"siapa ni?"

.

.

.

"Jihan. Apa kamu mau berkencan denganku malam ini?"

.

.

.

.

Hollaaa. I'm hereee 👋👋👋

.

.

.

Vomentnya jangan lupaa yaa ❤︎❤︎❤︎

Simpanan Mamaku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang