DuaPuluhDelapan

491 25 2
                                    

"udahan ahh nangisnya, ntar gue dimarahin orang tua lo lagi" ujar Mingyu sembari mengelus surai milik Jihan.

"loh kok lo yang dimarahin?"

"yaiyalah. Kan lo jalan sama gue"

Jihan mengangukan kepalanya, mengerti dan mengusap bekas air matanya.

"yaudah sana masuk"

"dih. Nyuruh-nyuruh lagi. Yaudah gue masuk dulu ya. Bye" Jihan berlari masuk kedalam rumahnya sebelum itu ia melambai-lambaikan tangannya kepada Mingyu yang masih setia berdiri didepan rumahnya.

.

.

💠💠💠

.

.

Blam.

.

Jihan baru saja memasuki rumahnya dan segera melangkahkan kakinya kearah ruang tamu tempat kedua orang tuanya tengah bersantai.

Ia mendudukan dirinya diantara kedua orang tuanya.

Keadaan duduknya begitu memaksa sehingga membuat Jeonghan, Mama Jihan mengerutu tak jelas.

Tetapi, Jihan tidak memperdulikan Mamanya itu dan segera memeluk Jisoo dari samping.

.

.

Seett.

.

Kepala Jihan ia letakan didada sang papa dan mengeratkan pelukannya pada Papanya. "Papaaaa" panggil Jihan.

Jisoo mengulas senyumnya dan membalas pelukan sang anak. "kenapa sayang?" tanya Jisoo dengan tangan kirinya yang sedari tadi mengelus surai milik Jihan.

Jihan mengangkat kepalanya dan menatap wajah sang papa dalam-dalam.

Matanya berubah merah dan berkaca-kaca.

Tanpa ia sadari tangisan turun membasahi pipinya.

Ia kembali menengelamkan wajahnya di dada bidang milik Jisoo.

Jeonghan yang sedari tadi berusaha tidak perduli pun akhirnya penasaran dengan apa yang terjadi pada anak perempuannya itu. "kenapa kamu sayang? Kok nangis?" tangan Jeonghan mengusap pinggung Jihan yang sedikit bergetar karena tangisannya.

"P-pa hiks, M-ma hiks" Jihan melepas pelukannya pada Jisoo dan kembali duduk dengan benar. Punggung tangannya mengusap bekas air mata yang tertinggal dipipinya.

"kenapa sayang? Coba cerita" ujar Jisoo. Tangannya terus mengusap punggung Jihan, sama seperti yang dilakukan oleh Jeonghan.

"Ve-vernon pa, ma—"

"vernon kenapa sayang?" Jeonghan memotong ucapan Jihan dengan nada panik.

Jisoo meletakan jari telunjuknya dibibir tipisnya. Mengarahkan istrinya agar berhenti berbicara sebelum Jihan menyelesaikan ucapannya.

.

.

Ssstt.

.

Jeonghan membungkam mulutnya dan mengangukkan kepalanya.

"ayo sayang lanjutin. Kenapa Vernon?" tanya Jisoo dengan nada lembut khasnya

Jihan menatap kearah Jisoo dan mengenggam tangan papanya itu. "vernon mutusin akuu paah"

"loh. Kok bisa? Bukannya dia ga bisa dihubungi belakangan ini?" tanya Jeonghan binggung.

Jihan menolehkan pandangannya agar dapat menatap Jeonghan. "iya ma, dia memang ga bisa dihubungi—" ia menghembuskan nafasnya kasar sebelum melanjutkan ucapannya. "tapi dia datang kekorea ma"

"Hah! " pekik Jeonghan kaget. "kamu serius sayang"

Jihan mengangukan kepalanya dan menatap lantai rumahnya.

" terus hubungannya dengan putusnya hubungan kalian apa?" pertanyaan Jisoo berhasil membuat Jihan kembali mengangkat pandangannya.

Jihan mengigit bibirnya gugup.

"iya sayang. Kan aneh dia tiba-tiba mutusin kamu" kini Jeonghan yang melemparkan pertanyaannya pada Jihan.

Jihan binggung harus berbuat apa sekarang. Detak jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.

"jadi begini pa, ma—" Jihan menelan salivanya kasar untuk membasahi kerongkongannya yang terasa begitu kering. "dia tadi mergokin aku pas lagi sama mingyu"

Jisoo mengangukan kepalanya. "jadi dia cemburu"

"iya pa"

"terus kalian putus gitu aja?"

"iya ma"

.

.

'baguslah kalau kalian sudah putus'

.

.

.

.

Bentar lagi end looohh. *ga ada yang nanya*

Yaudh sih. Mau ngasih tau aja 😂😂

.

.

Makasih buat yang udh setia baca cerita akuu 😙😙😙

.

.

Vomentnya jangan lupaa yaa ❤❤❤

Simpanan Mamaku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang