"Ma, aku berangkat ya,"
Perempuan dengan seragam putih abu-abu baru saja turun dari kamarnya, ia langsung menyalami punggung tangan Mamanya. Perempuan itu bernama Aletha Novianggita. Ia menghampiri temannya yang sudah menunggunya di ruang tamu.
"Tante, Alea juga berangkat ya," ucap Alea sambil menyalami punggung tangan Rani, Mamanya Aletha.
"Kalian hati-hati, ya!" ujar Rani.
Alea mengeluarkan sepeda motornya. Dari kelas sepuluh, mereka selalu berangkat dan pulang Sekolah bareng. Padahal, Aletha dan Alea tidak satu kelas.
Jalan raya Ibukota hari ini cukup padat. Wajar saja, hari ini adalah hari Senin, orang-orang berlomba-lomba untuk sampai ke tempat tujuan tepat waktu. Beberapa kendaraan pun saling membunyikan klaksonnya. Heran, sudah tahu sedang macet, tapi mereka sibuk membunyikan klakson. Memangnya bunyi klakson itu mampu membuat jalanan menjadi sepi?
Aletha melirik arloji di pergelangan tangan kanannya. Ia sedikit terkejut ternyata jam sudah menunjukkan pukul 06.50, sudah hampir 15 menit mereka terjebak dalam kemacetan.
"Al, udah jam enam lewat limapuluh menit, anjir!" kata Aletha memberitahu. Gerbang Sekolah akan ditutup sepuluh menit lagi.
"Lewat gang sempit itu aja kali ya, Tha, macet banget di depan," balas Alea.
Setelah mendapat jawaban dari Aletha, ia lagsung membelokkan motornya ke arah kiri. Memang akan sedikit mutar, tetapi setidaknya ia menghindari kemacetan jalanan.
06.58am
Mereka menghembuskan napas lega. Masih tersisa dua menit lagi, dan mereka terbebas dari kata terlambat.
Suasana Sekolah sudah ramai dipenuhi siswa-siswi yang sedang berlalulalang. Aletha mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang selama ini ada dihatinya. Hingga langkahnya terhenti saat mendapati dirinya berhadapan dengan laki-laki yang ia cari sejak tadi. Langkah laki-laki itupun terhenti. Mereka saling tatap, hanya berlangsung satu detik setelah itu dia pergi meninggalkan Aletha yang terpaku dengan jantung yang berdetak begitu kencang.
Bel pertanda masuk telah dibunyikan. Alea segera menarik tangan Aletha untuk segera melanjutkan perjalanannya menuju kelas.
Aletha menarik napas panjang dan menghembuskanya secara perlahan untuk menetralisir jantungnya agar kembali normal. Ya, selalu seperti itu saat dirinya bertemu dengan laki-laki itu. Laki-laki yang selalu menjadi alasan penyemangat dirinya saat di Sekolah.
Dia, Risky Fahreza Wijaya.
***
Sudah menjadi tradisi jika saat salah satu guru tidak masuk kelas maka seluruh siswa-siswi dikelas tersebut akan senang. Saat ini bu Muti, yang kebetulan adalah guru matematika mendadak berhalangan masuk karna anaknya sakit. Dalam hitungan detik setelah mendapat info dari bu Wati, siswa-siswi kelas XII-3 segera memulai aksinya. Sebagian ada yang tidur, ada juga yang keluar kelas untuk ke kantin diam-diam, yang cewek-cewek barisan tengah langsung membuat barisan untuk menonton film horor di laptop.
Kali ini Aletha memilih diam dibangkunya. Mengobrol dengan Rahma, Lia, dan Ida. Segalanya telah mereka ceritakan. Mulai dari Rahma yang selalu sweet sama Jaya pacarnya, sampai ke Ida yang mencurahkan kekesalannya terhadap adiknya saat dirumah.
"Gilaaaa!! Serem banget, cepetin dong cepetin" Aletha menoleh saat mendengar teriakan Desti.
"Anjirr si Desti, kaget gue. Orang mah udah tau takut gak usah sok sok an ikut nonton." Ujar Rahma. Aletha tertawa.
"Emang nonton apa sih mereka?" karna diikuti rasa penasarannya, Ida bangkit dari duduknya dan berjalan ke barisan tengah. Dalam hitungan detik, Ia kembali duduk lagi.
"Nonton apa mereka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Aletha. [TELAH TERBIT]
Teen Fiction14/04/2019 #1 Romance #1 Sad #1 Baper #1 Hurt #1 Newbie 08/09/2019 #1 brokenheart 17/10/2019 #3 indonesiamembaca 21/11/2019 #1 teenfiction ---------- Dua tahun lalu, Aletha adalah segalanya bagi seorang Risky Fahreza Wijaya. Cewek yang menjadi alasa...