Tigapuluh dua.

31.3K 1.1K 26
                                    


**

Sejak tadi, Risky hanya menatap kosong layar televisi nya. Cowok itu mendiamkan ponselnya yang sejak tadi berbunyi karena notifikasi grup. Tidak berniat menyentuhnya sedikitpun.

Amanda yang baru turun dari kamarnya langsung mengambil remote tv yang berada di samping abangnya itu. Risky.

Gadis itu langsung memindahkan Channel. Beberapa menit kemudian, Fira, mama nya Risky ikut duduk di sofa depan tv.

"Manda udah makan?" tanya Fira pada putri satu-satu nya itu.

Amanda mengangguk singkat, "Udah Ma."

Risky yang menyadari kehadiran Mama nya langsung bergeser sambil menghadap Fira.

"Ma?" panggil Risky.

"Kenapa bang?"

"Tawaran Papa yang waktu itu, masih berlaku gak?" tanya Risky.

Fira mengerutkan keningnya bingung. "Tawaran yang mana?"

"Soal kuliah," jawab Risky singkat.

"Kalo kamu minat, ya bilang aja ke Papa. Pasti langsung diurus surat-suratnya," jelas Fira.

Risky mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

"Emangnya kenapa bang? Lo mau kuliah di luar?" tanya Amanda.

Fira langsung mencubit pelan lengan Amanda. "Kebiasaan ya kalo ngomong ke abang jangan pake gue-elo," omel Fira.

Amanda hanya nyengir, "Iya ampun ibunda"

"Nanti Risky pikirin lagi Ma. Selesainya ujian ini, Risky bakalan kasih keputusan mau nerusin kuliah dimana," Jelas Risky.

"Pikirin matang-matang, Ky. Jangan sampe kamu nya nanti gak betah," ujar Fira.

Risky mengangguk. Kemudian cowok itu bangun dari duduknya dan berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Abang lagi kenapa, Man?" tanya Fira pada anak bungsu nya itu.

Amanda mengangkat bahu singkat.

"Gak tau, kayak lagi banyak masalah tuh muka nya," jawab Amanda.

"Kamu tuh nonton apaan, sih! Bahasa nya Mama gak ngerti. Ganti Man," omel Fira langsung mengganti Channel.

Amanda mendengus kesal. Drama yang sedang di tontonnya diganti begitu saja. Untung yang mengganti adalah Mama nya bukan Abangnya.

***

Baskoro sudah siap dengan mesin motornya yang menyala. Tinggal menunggu Aletha naik.

Cowok itu memberikan helm nya pada Aletha. Dengan cepat Aletha memakai helm lalu menaiki motornya. Setelah sudah siap, Baskoro langsung menjalankan motor menuju Sekolah.

Di jalan mereka tidak banyak omong sampai tiba di Sekolah. Aletha lebih dulu turun dan melepaskan helm disusul oleh Baskoro.

"Rambut lo berantakan Tha," ujar Baskoro sembari mengangkat tangannya membenarkan rambut Aletha yang sedikit berantakan.

Sepanjang perjalan tadi, Aletha terus memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan pada Baskoro lusa nanti. Sepertinya ia harus secepatnya menceritakan ini pada sahabat-sahabatnya.

Mereka berdua berjalan melewati lorong sekolah. Sekolah nampak masih sepi. Baskoro menjemput Aletha kepagian sepertinya.

Sesampainya di kelas, Aletha langsung menempati bangku miliknya. Membuka tas nya dan mengambil buku. Berniat belajar sendiri sampai sahabat-sahabatnya menemuinya.

Dear Aletha. [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang