Sebelas.

37K 1.4K 6
                                    

Di dalam ruang kelas yang penuh kegaduhan itu, Aletha tetap diam melamun, asyik dengan fikirannya sendiri.

Rahma, Lia dan Ida menghentikan suara tawanya saat Rahma menyadari kediaman Aletha saat ini. Tidak biasanya cewek itu melamun saat jam pelajaran sedang kosong.

Rahma menyikut lengan Ida kemudian pandangannya teralih pada Lia. Lia yang dipandang hanya mengangkat bahu singkat.

"Tha!" Rahma mengibas-ngibaskan tangannya tepat di depan wajah Aletha.

Aletha masih diam. Pandangannya lurus menatap kosong ke depan. Lia yang tak tahan langsung menyenggol lengan Aletha.

Aletha tersentak. Cewek itu langsung mengerjapkan mata. Terlihat sekali jika ia baru sadar dari lamunannya.

"Bengong aja sih, Tha!" seru Ida yang ada di depan Aletha. Yang di tanya malah mengusap pelan wajahnya.

"Bengongin apa sih, Tha?" tanya Rahma.

"Paling juga Risky lagi." kali ini Lia yang menjawab.

Aletha menghela napas berat. "Gue ngantuk. Kapan pulang, sih?"

"Bohong banget!"

"Cerita aja kali Tha."

"Iya, lo kenapa, sih?"

"Gue serius," jawab Aletha singkat.

"Kita semua tau kali, lo itu kaya gimana. Pasti lagi ada yang lo fikirin kan?" tanya Rahma menatap Aletha.

"Kenapa lagi si Risky?" Tanya Lia. Sahabatnya yang satu itu emang yang paling cuek.

"Gue bingung aja," ucap Aletha.

"Pegangan."

"Lia!" Seru Rahma sedikit membentak. Lia memang yang paling susah untuk diajak serius mendengar curhatan para sahabatnya. Maka nya Alea yang paling sering bertengkar dengan Lia.

"Gue lagi mikirin, kenapa ya gue bisa se-sayang ini sama Risky?" tanya Aletha. Lebih tepatnya ia bertanya pada dirinya sendiri.

"Nah!" Seru Lia tiba-tiba.

"Apa sih, Li! Ngagetin aja," Ujar Rahma.

"Sekarang lo baru sadar kan Tha, selama ini lo terlalu bodoh sayang sama orang yang sama sekali gak peduli sama lo." jelas Lia, "maaf nih, kalo gue ngomong terlalu nyakitin lo. Tapi ini semua biar lo sadar Tha. Gak selamanya lo harus di bego-begoin sama hal yang dinamakan cinta."

Aletha diam. Mencerna setiap perkataan Lia yang memang ada benarnya.

"Iya, Tha. Gue gak tega juga liat lo terus-terusan perjuangin Risky yang gak mau di perjuangin sama lo," kata Rahma sambil menatap Aletha.

"Kalo emang Risky masih sayang sama lo, dia gak akan biarin lo terus-terusan sakit hati Tha. Sekarang terbukti, kalo Risky emang udah gak sayang sama lo. Dia udah lupain lo." kali ini Ida yang berbicara.

Aletha menghela napas pelan. Sebenarnya hatinya sangat sakit mendengar semua perkataan yang dilontarkan oleh ketiga sahabatnya itu. Mata nya panas, rasanya ingin sekali ia menangis sekarang juga. Tetapi ia masih tau tempat, gak pantes menangis di kelas yang lagi ramai seperti ini.

"Kalo boleh milih, gue lebih baik gak usah kenal sama dia daripada harus gagal Move on kaya gini," Ucap Aletha, "gue juga capek terus-terusan nahan rasa sakit setiap ketemu dia."

"Lo harus bisa lupain dia Tha. Seiring berjalannya waktu, lo pasti bisa lupain kok. Semua butuh waktu Tha," ucap Lia.

"Iya, semuanya juga butuh suasana baru Tha. Mungkin lo butuh orang baru buat bikin lo lupa sama Risky," jelas Rahma, "dulu juga gue gak bisa move on dari Andri, tapi semenjak ada Jaya yang selalu ada buat gue, akhirnya gue bisa buka hati buat dia."

Dear Aletha. [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang