Sembilanbelas.

32.3K 1.3K 9
                                    

Ada yang masih membaca cerita ini?

Maaf kalau baru di lanjut ceritanya. Hp ku rusak dan ini lagi numpang ngetik di Hp sepupu😂

Selamat membaca kisah Aletha dan mantannya😋

**

Bel pertanda bubarnya sekolah telah dibunyikan. Dengan cepat Adit menarik tangan Risky yang baru saja selesai memakai tas. Bagas yang melihat aksi gila nya Adit tertawa. Biar saja Adit diamuk oleh Risky karena mengganggunya.

"Apaan, sih, lo Dit! Lepasin tai," Risky menepis tangan Adit dengan keras membuat cowok itu meringis kesakitan.

"Sakit, nyet."

"Gue bisa jalan sendiri goblok." Risky berjalan mendahului mereka bertiga. Jaya dan Bagas daritadi menahan tawanya. Risky dan Adit memang sering ribut kayak anak kecil gitu.

Adit berlari kecil mengejar Risky yang sudah berjalan di depan menuju kelas Aletha. Hari ini dia harus menepati tantangannya untuk mengajak pulang Aletha. Risky orang yang sangat gede gengsinya. Dia lebih memilih menghilangkan gengsi mengajak pulang mantan pacarnya dari pada harus dikatakan banci oleh temannya. Temannya itu kalau sudah kasih panggilan khusus tidak akan bisa dihilangkan. Kan gawat kalau selamanya Risky dipanggil dengan sebutan banci.

Kaki Risky sudah berdiri di depan pintu kelas XII-3. Matanya menjelajah mencari Aletha. Saat itu juga kedua mata mereka bertemu. Aletha menatap Risky dengan heran. Kemudian Risky kembali melangkahkan kakinya menghampiri Aletha.

Jaya, Adit dan Bagas ikut memasuki kelas. Kelas XII-3 sudah sepi. Hanya ada Aletha, Lia, Rahma, Ida, Baskoro dan Andi.

Baskoro yang melihat Risky menghampiri Aletha mengerutkan dahinya. Bukan hanya Baskoro, bahkan semua murid kelas XII-3 yang tersisa di kelas bingung melihat Risky.

Jantung Aletha berdetak semakin kencang saat Risky sudah berada di hadapannya. Rasanya seperti kehilangan semua Oksigen. Dia tidak bisa bernapas. Ini terlalu mengejutkan. Risky yang selalu cuek kini menghampiri dan sudah berdiri di depannya.

"A-a-ada apa?" Tanya Aletha gugup. Suaranya terdengar gemetar.

"Lo pulang bareng siapa?" Bukannya menjawab, Risky malah balik bertanya.

Aletha melirik ketiga temannya yang terlihat sedang mengulum senyum. "Sama Al--" ucapan Aletha terhenti saat ponselnya bergetar. Itu panggilan dari Alea. Cewek itu segera menggeser tombol hijau.

"Tha, sorry ya. Lo bisa pulang sendiri kan?" Suara Alea terdengar samar diujung telephone. Terdengar suara deruan berbagai kendaraan.

"Kenapa emang Al?"

"Gue lagi nyari tugas nih sama Stepany."

"Alea! Nama gue pake F bukan pake P." Terdengar teriakan Stefany.

"Gak papa kan, Tha? Lo nebeng siapa kek, ya."

Aletha melirik Risky sekilas. Cowok itu masih memandangnya dengan tatapan datar.

"Iya gak papa." Sambungan diputuskan oleh Aletha. Cewek itu kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku.

Risky mengangkat sebelah alisnya pertanda menunggu jawaban. Aletha menghela napas berat. Tidak biasanya Risky seperti ini.

"Gue pulang sendiri. Kenapa?"

"Yes!!!" Adit tak bisa menahan rasa senangnya lagi. Dia sangat bahagia jika Risky akan pulang bareng Aletha. Sedangkan Risky menatap tajam Adit.

"Pulang bareng gue."

"Hah?!" Aletha kaget. Bukan hanya Aletha, bahkan teman-temannya juga tidak menyangka.

Dear Aletha. [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang