Dua.

71.8K 2.3K 44
                                    

--

"Besok gue cabut ah. Males gue ketemu sama pak Fajar. Masih dendam nih gue gara-gara rambut gue dipotong gitu aja." celetuk Bagas yang berhasil memecahkan keheningan. Ia meneguk minuman kaleng yang telah ia beli di supermarket tadi bersama Jaya.

Malam ini, Risky, Jaya, Bagas dan Adit sedang berkumpul dikamar Jaya. Risky yang sedang asik memainkan game di ponselnya kini menoleh ke arah Bagas. Ia tertawa.

"Najis! Alay lo nyet. Salah sendiri kenapa rambut panjang gitu, lagian rambut gak diurus udah kaya sapu." Seru Risky. Kemudian, ia kembali fokus pada layar ponselnyanya.

Jaya dan Adit yang mendengar pernyataan Risky, tertawa terbahak-bahak.

"Anjir ngakak gue ky. Bener juga lo. si Bagas rambutnya emang kaya sapu ijuk hahaha"

"Goblok gue malah dibully!

"Hahahaha"

**

Aletha sedari tadi hanya membulak-balik buku yang berada di hadapannya. Ia tidak bisa fokus untuk mengerjakan tugas Sejarah yang telah diberikan oleh pak Haikal. Ia tersentak saat mendengar Dering ponselnya berbunyi. Letha meraih ponsel yang berada disamping buku Sejarahnya.

Ia menautkan kedua alisnya saat di lihatnya nama Baskoro dilayar ponsel miliknya. Aletha segera menslide tombol hijau pada layar.

"Hallo Tha," Kata Baskoro di seberang sana. Terlihat ia melengkungkan bibir, tersenyum.

"Iya Bas kenapa?" Tanya Letha. Awalnya ia berniat berdiri, tetapi ia mengurungkan niatnya dan tetap duduk di kursi.

"Besok lo berangkat sama siapa?"

Aletha menaikkan alisnya, bingung dengan pertanyaan Baskoro di seberang sana yang menghubunginya dari beberapa menit yang lalu.

"Sama Alea. Kenapa?" balas Aletha.

"Oh sama Alea. Yaudah deh Tha gak jadi. Udah dulu ya. Malem Tha." Setelah mengucapkan kata terakhir, Baskoro sudah memutuskan sambungan telephone nya.

Aletha mengernyitkan alisnya bingung.
"Gak jelas ih."

Letha beranjak dari meja belajar ke arah tempat tidurnya. Ia merebahkan badan mungilnya, menarik selimut dan sesaat kemudian sudah terlelap.

**

"Lia!!!"

Rahma, Lia dan Ida tersentak saat mendengar suara nyaring Aletha. Cewek itu berteriak dari depan kelas, membuat seisi kelas menggerutu kesal. Aletha mendudukkan bokongnya dikursi kelas miliknya yang berada tepat disamping Lia.

Ia membuka tas, mencari buku Sejarah yang hari ini harus ia kerjakan.
"Sumpah ya Li, gue liat Sejarah dong. Dari semalem gue ngerjain tugas ini gak kelar-kelar gara-gara gak fokus." gumam Aletha.

Lia mengeluarkan buku Sejarah miliknya, dengan segera Aletha mengambilnya lalu menyalin jawaban.

"Ngapain aja lo semalem sampe gak fokus gitu? Mikirin Risky?"

"Anjir lo da. Yaa enggak lah, ngapain juga gue mikirin dia."

Lia menatap Aletha yang sedang sibuk mensalin tugas sekilas. Kemudian ia meneguk air mineralnya.
"Alah muna."

Rahma menggelengkan kepalanya. Aletha tak menghiraukan ucapan Lia. Percuma saja jika ia membalas perkataan sahabatnya itu. Bukannya selesai, malah membuat tugas Ia tidak terselesaikan.

Dear Aletha. [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang