Limabelas.

34.8K 1.2K 10
                                    

Risky melemparkan tubuhnya pada atas kasur saat dirinya sudah sampai di kamarnya. Sejak selesai ngobrol dengan Aletha, pikiran cowok itu langsung tidak karuan. Mata nya lurus memandang langit-langit dengan frustasi. Sumpah. Dia sudah menjadi orang bodoh saat ini. Menjadi orang munafik karena telah menyakiti perasaan cewek yang masih menempati hati kecilnya.

Sebelumnya Risky tidak masalah jika Baskoro ingin mendekati Aletha. Ia pikir hatinya memang sudah tidak ada tempat lagi untuk Aletha. Tetapi saat melihat Aletha pergi bersama Baskoro, hatinya seakan tidak rela. Saat itu juga, ia menyadari bahwa ia juga masih memiliki perasaan kepada cewek itu. Hanya saja rasa gengsi nya sangat tinggi.

"Bego!" umpat Risky. Sejak tadi ia tidak berhenti merutuki dirinya.

Risky bangun dari posisi tidurnya dan berjalan mendekati meja belajar dikamarnya. Membuka laci dan mengambil sebuah bingkai foto yang menampilkan gambar dirinya dan cewek itu.

"Maafin gue," ucapnya lirih, "gue terlalu pengecut untuk ngungkapin semuanya."

Disimpan kembali bingkai foto itu ke dalam laci meja. Cowok itu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang berada didalam kamarnya. Membersihkan tubuhnya agar pikirannya sedikit segar kembali.

**


"Terus, terus? Gimana lagi?"

Malam ini Ida, Rahma, Alea, Lia, dan Stefany berkumpul dikamar Aletha. Memang sudah dari jauh-jauh hari mereka merencanakan menginap di kediaman Aletha.

Dirumah hanya ada Aletha, Mama Rani, dan Pak Tejo selaku supir Pribadi Mamanya. Ayah Aletha sudah meninggal sejak dirinya kelas enam Sekolah Dasar. Sedangkan Aletha adalah anak Tunggal. Maka dari itu rumahnya sangat sepi jika Rani sedang di Kantornya.

Setelah sahabatnya telah tiba dikamarnya, Aletha menceritakan semua obrolan singkat dia dengan Risky. Obrolan yang cukup menyakitkan.

"Gue rasa dia udah gak bisa maafin gue," kata Aletha. Ia menatap teman-temannya.

"Terus sekarang gimana?" tanya Rahma.

Aletha menghela napas berat. "Ya, gak gimana-gimana, Rah. Udah saatnya gue lupain dia."

"Emang seharusnya dari dulu lo lupain dia, Tha," ujar Alea.

"Iya. Dia minta gue gak ungkit masa lalu lagi. Mungkin udah saatnya gue buka hati buat orang lain."

Jujur dari dalam hatinya, Aletha tidak ingin melupakan Risky. Namun mau bagaimana pun, semua harus berakhir. Semua harus dilupakan. Mau itu kenangan indah ataupun menyakitkan.

"Baskoro! Ya, Baskoro!" seru Ida cepat.

"Iya, Tha. Baskoro kayaknya ada perasaan sama lo." sahut Lia.

Aletha memutar bola matanya malas. "Apa, sih, ah!"

"Cie, Aletha sama Baskoro bisa jadi best couple, nih." ledek Stefany. Alea yang berada disamping cewek itu langsung melemparkan bantal ke mukanya.

"Garing lo, Step."

"Apa, sih Al. Sirik aja."

Dan tawa mereka meledak.

**

Hari ini hari Minggu. Jam masih menunjukkan pukul 05.15 dan Aletha sudah siap akan membangunkan teman-temannya.

"Woiiiiiiii!! Bangunnn!!" Teriak Aletha diiringi dengan ketukan panci dan sendok.

Rahma sudah membuka matanya, disusul oleh Alea dan Ida. Mereka merubah posisi nya menjadi duduk, sesekali sambil mengucek matanya.

Melihat Stefany dan Lia belum kunjung bangun, ia kembali mengetuk sendok dengan panci. Kali ini ketukannya lebih banyak sehingga membuat bunyi yang sangat berisik. Rahma, Alea dan Ida sudah menutup telinganya dengan jari tangannya. Sedangkan Aletha memberhentikan aksinya saat Stefany dan Lia sudah membukan mata.

Pintu kamar Aletha terbuka menampilkan Rani yang menatap heran anaknya. "Tadi Mama denger suara berisik itu apa?" Tanya nya.

Aletha nyengir kuda sambil memperlihatkan panci dan sendok yang dibawanya dari dapur tadi. "Biar mereka bangun Mah, ehe,"

"Iya nih, tante. Aletha berisik banget. Padahal lagi tidur enak-enak," ujar Lia sambil menahan mulutnya yang ingin menguap.

"Yeuh, semalem kan lo pada pengen Car Free Day. Ini gue bangunin biar gak kesiangan, sompret."

Rani tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Yaudah kalian cepat siap-siap. Mama tunggu dibawah ya. Sarapan sudah siap."

"Oke, deh, Tan," Kata Stefany sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Giliran makan aja cepet lo, Step."

"Udah, ah cepetan."

Dengan cepat mereka mencuci muka dan menggosok gigi nya. Lalu mengganti baju. Setelah sudah Rapi semua, barulah mereka turun untuk sarapan. Sudah ada Rani dan Aletha yang menunggunya.

"Wih, Tante masak banyak nih," ucap Ida seraya duduk di kursi nya.

Rani mengangguk. "Iya, dong. Hari ini kan anak tante ada enam orang."

"Jadi ngerepotin nih, Tan." Alea terkekeh pelan. Lalu mengambil piring dan menyendokkan nasi.

"Sok basa-basi. Biasanya lo kan emang ngerepotin Al," Kata Aletha membuat semua yang ada di meja makan tertawa.

"Cepetan habiskan. Udah jam berapa ni," ucap Rani.

Lima menit berlalu, mereka telah menghabiskan makanannya.

"Ma, kita berangkat ya." Aletha mencium punggung tangan Rani dan disusul oleh temannya.

"Bye, Tan."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

--------------DearAletha--------------

Udah sebulan ya gak di update😂 Hp kurusakkk:( ini pake hp adek buat update wkwk. Semoga berbahagian❤

Dear Aletha. [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang