Aletha berjalan mengikuti wanita paruhbaya yang sedang berjalan di depannya. Setelah mengajar mata pelajaran Bahasa Sunda di kelas Aletha, Andin meminta tolong agar Aletha membawakan tumpukan buku tugas ke Kantor. Sesampainya di Kantor Aletha menaruh tumpukkan buku itu pada atas meja milik Andin.
"Makasih, ya, Aletha," Ucap Andin seraya tersenyum. Wanita itu menaruh Laptop yang dibawanya pada samping tumpukan buku.
Aletha mengangguk lalu tersenyum, "Sama-sama, bu. Kalau gitu, saya balik ke kelas ya, bu."
Setelah mendapat anggukan dari Andin, Aletha memutar tubuhnya dan kembali berjalan keluar kelas. Saat sudah sampai di depan pintu Kantor, namanya dipanggil kembali.
"Aletha," panggil Wati.
Aletha kembali menoleh saat mendengar panggilan dari guru Bahasa Inggris nya itu. "Ada apa bu?"
"Bisa bantu Ibu?" tanya Wati.
"Bantu apa, bu?"
"Ini, tolong kembalikan buku ini ke perpustakaan. Sekalian bawain dua puluh buku paket Bahasa Inggris, ya." Wati menyerahkan tumpukan buku paket Biologi yang hanya diambil setengahnya oleh Aletha. Cewek itu tidak akan kuat jika harus membawa buku-buku itu sendirian. Karena jumlahnya yang cukup banyak dan juga buku paket itu memang tebal.
"Segini dulu, ya, bu. Nanti saya balik lagi."
"Kamu harus berdua biar tidak bulak-balik," Ujar Wati, kemudian matanya menangkap seorang cowok yang sedang ingin berjalan melewati Kantor, "Nah, Risky!! Tolong kesini."
Risky menoleh saat namanya dipanggil. Kaki nya ia langkahkan menghampiri Orang yang telah memanggilnya.
"Ada apa bu?" tanyanya saat sudah berada di depan pintu Kantor.
"Tolong kamu bawakan ini ke perpustakaan. Nih, berdua sama Aletha, ya. Nanti, tolong bawakan ibu buku paket bahasa Inggris juga." Wati kembali menyerahkan setengah tumpukan buku itu pada Risky.
Sadar akan kehadiran cowok itu, jantung Aletha kembali berdetak tidak karuan. Membuat dirinya terasa gugup. Risky sudah berjalan didepannya. Aletha mengikuti di belakang sambil sibuk dengan pikirannya.
Cewek itu sangat ingin mengatakan kata Maaf pada cowok yang kini berjalan didepannya. Memang sejak dulu, saat ia mengakhiri semuanya, Aletha merasa bersalah. Ingin sekali ia mengungkapkan semuanya.
Aletha mempercepat langkahnya agar menyamakan langkah Risky. Saat sadar langkah mereka sudah sejajar, Risky berdehem pelan membuat jantung Aletha semakin ingin copot.
"Pulang Sekolah, boleh gue ngomong sama lo?" tanya Aletha hati-hati.
Risky melirik cewek itu sekilas. "Tuh, udah."
Sumpah. Ingin sekali Aletha menjitak kepala cowok itu. Dia pura-pura bego atau emang sengaja, sih?
"Penting."
Risky masih menatap datar ke depan. "Sepenting apa?"
Sabar.
"Please, pulang Sekolah sebentar aja di Taman belakang Sekolah."Risky tidak menjawab. Tetapi entah kenapa cowok itu mengiyakan dalam hati.
Mereka sudah sampai di perpustakaan. Setelah memberikan buku yang dibawanya pada petugas perpustakaan. Aletha mengajak Risky mencari Buku paket yang diminta gurunya itu.
"Dimana, ya.." gumam Aletha, "eum. Ky, lo tau paket Bahasa Inggris dimana tempatnya, gak?"
"Yang sering ke Perpus, kan, elo."
Jawaban itu mampu membuat jantung Aletha hampir berhenti bekerja. Ternyata Risky masih mengingatnya. Setelah keliling mencari, akhirnya ia menemukan tempat yang dicari. Di ambilnya dua puluh paket Bahasa Inggris. Aletha sedikit keberatan membawa tumpukan buku itu. Membuatnya sulit untuk menyeimbangi tumpukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Aletha. [TELAH TERBIT]
Teen Fiction14/04/2019 #1 Romance #1 Sad #1 Baper #1 Hurt #1 Newbie 08/09/2019 #1 brokenheart 17/10/2019 #3 indonesiamembaca 21/11/2019 #1 teenfiction ---------- Dua tahun lalu, Aletha adalah segalanya bagi seorang Risky Fahreza Wijaya. Cewek yang menjadi alasa...