Tigapuluh satu.

32.2K 1.1K 22
                                    

•Seperti biasa, selamat menikmati cerita berantakan ini❤•

**

"Kalo menurut gue, lo wajar ngerasain itu, Ky"

Risky, Jaya, Adit dan Bagas sedang berkumpul di kamar milik Jaya. Adit dan Bagas sedang memainkan play station milik Jaya, sedangkan Jaya sedang mengutak-atik laptop nya yang bermasalah.

Risky kembali mencerna ucapan Bagas barusan. Iya, memang sudah seharusnya ia merasakan hal ini. Merasakan kehilangan sosok perempuan yang selama dua tahun ini telah mengharapkannya.

Sejak tadi, Risky sudah berterus terang tentang kegelisahan hati nya kepada ketiga sahabat sialan nya itu.

Tapi kali ini Bagas meresponnya dengan sungguh tanpa berniat bercanda. Kecuali Adit yang otaknya memang sudah di jual untuk beli makan. Tidak pernah bisa serius.

"Jadi gue harus gimana?" tanya Risky kembali kepada teman-temannya.

"Ah, tolol lo dit maennya!" umpat Bagas kesal. Cowok itu menoyor kepala Adit lalu berpaling memandang Risky yang sedang bersandar pada ujung kasur. Sedangkan Adit mengurungkan niatnya untuk membalas Bagas.

"Gini ya Ky, sekarang gue tanya, perasaan lo ke dia tuh gimana?" tanya Bagas serius. Temannya itu sudah kehabisan kesabaran menghadapi sifat labil Risky.

"Gatau," balas Risky cuek.

Bagas mengacak rambutnya frustasi. Gemas dengan Risky.

Kini giliran Adit yang mendekat dengan Risky, "Ini nih, contoh orang yang lebih mentingin gengsi daripada perasaan."

"Kayak punya perasaan aja lo, tai," sindir Risky sambil menimpuk Adit dengan bantal.

"Punya lah, bangsat!" umpat Adit kesal.

"Ky, gue tau lo banget kayak gimana nya. Dari setiap gerak-gerik lo yang coba ngehindar dari Aletha, lo sebenernya masih punya perasaan yang sama ke dia," jelas Bagas. Bagas memang yang paling sering memperhatikan Risky ketika tanpa sengaja mereka bertemu dengan Aletha.

Risky mengangkat bahu singkat. Bahkan dirinya pun masih tidak tahu apa yang sedang dirasakannya sekarang.

Apa benar ia masih mencintai cewek itu?

Risky bangun dari duduknya. Menghampiri meja lalu mengambil kunci motornya.

"Mau kemana Ky?" tanya Jaya heran, cowok itu menghentikan aktivitasnya.

"Pulang. Gue ngantuk," jawab Risky.

Bagas dengan gemas melempar kaos kaki Adit yang berada di dekatnya ke arah Risky.

"Bangsat gue ngomong malah lo tinggal pergi!" omel Bagas kesal.

Risky mengusap-usap wajahnya dengan kasar, "Gila, kaos kaki siapa si? Bau comberan banget!"

"Kaos kaki gue, tolol!" Adit dengan cepat mengambil kaos kaki nya lalu meletakannya dekat sepatu.

"Bau banget kaos kaki lo. Ganti dit, gue kasih ceban nih buat beli kaos kaki," ujar Risky terus terang.

Dear Aletha. [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang