Tigapuluh lima.

33.8K 1.1K 26
                                    

Dua minggu kemudian..

Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan. Sejak kejadian di rooftop Sekolah, Aletha tidak pernah lagi melihat Risky. Entah hari ini ia harus bersikap bagaimana. Hatinya merasakan sedih, tetapi ia juga senang karena kelulusan sudah didepan mata.

Setiap pertemuan sudah pasti akan ada perpisahan. Mereka satu persatu akan pergi meninggalkan. Saat seperti ini, yang hanya bisa dilakukan adalah berdoa. Semoga kelak teman-teman seperjuangan ini akan sukses dengan jalannya masing-masing.

Aletha sudah siap diatas motor Baskoro. Seperti biasa, Baskoro selalu menjemput Aletha. Alasannya agar Aletha tidak berangkat sendirian, dan tentu saja agar ia bisa menjadi pacar idaman Aletha.

Sekolah sudah ramai. Siswa-siswi berkumpul sesuai kelasnya masing-masing. Aletha dan Baskoro memasuki kelasnya. Mereka berpisah saat memasuki pintu kelas. Aletha menghampiri sahabat-sahabatnya.

"Lama amat lo datengnya,"

Aletha meletakkan tasnya di atas bangku, "Yaelah, udah enggak ada pelajaran lagi ini, Li."

"Eh, lo bawa apa?" tanya Lia. Aletha memandang paper bag yang ia bawa sejak dari rumah tadi. Cewek itu menyimpulkan senyum.

"Gue mau kasih ini ke Risky," katanya pelan. Bahkan terdengar seperti berbisik.

"HAH?!" teriak ketiganya bersamaan, membuat seisi kelas menoleh kaget. Begitu pun dengan Baskoro. Aletha hanya tersenyum menatap Baskoro.

"Jangan berisik," bisiknya lagi.

"Lo ngapain lagi sih Tha?" tanya Alaida.

"Enggak ngapain-ngapain kok. Gue cuma mau kasih mini album kenangan ini buat dia. Isinya foto-foto dia sama ada sedikit foto sama gue. Hehehe" jelas Aletha. Suaranya sengaja semakin ia pelankan. Dia tidak ingin Baskoro mengetahuinya.

"Terserah lo, deh, Tha," ujar Lia pasrah.

"Eh, Tha, tapi, lo sama Baskoro bener pacaran, kan?" tanya Rahma pelan. Ia tidak ingin ada yang mendengarnya.

Aletha menghela napas pelan dan menatap Rahma dengan malas. "Lo pikir? Ya, kali, gue pacaran boongan, Rah."

Alaida terkekeh. "Tau, nih. Lo ada-ada aja deh Rah."

"Untuk seluruh kelas duabelas diharap berkumpul di lapangan. Pengumuman kelulusan akan segera di mulai."

Suara yang berasal dari ruang Kepala Sekolah membuat Rahma mengurungkan niatnya untuk menyahuti Aletha dan Alaida. Kini mereka berhambur keluar kelas menuju lapangan Sekolah.

Tanpa disengaja, kelas Aletha bersampingan dengan kelas Risky. Bahkan posisi Aletha dan Risky sejajar. Saat Aletha menoleh ke arah Risky, cowok itu lebih dulu membuang pandangannya ke arah lain.

Kepala Sekolah SMA PANCASILA sudah berdiri tegak dihadapan siswa-siswinya. Ia mengambil alih untuk memberikan pengumuman. Kata perkata telah ia sampaikan. Siswa dan siswi SMA PANCASILA sudah tidak sabar menanti pembagian kertas kelulusan.

Dan sekarang saatnya. Masing-masing Wali Kelas menghampiri barisannya masing-masing. Kini sudah waktunya pembagian hasil kelulusan. Saat semua telah menerima lembar hasil kelulusan, Kepala Sekolah kembali memberi komando.

"Silahkan untuk kalian membuka lembar kertas tersebut!" perintah Kepala Sekolah.

Semua murid serentak membuka lembar hasil kelulusannya. Dengan hitungan detik mereka ramai bersorak. Melempar topi Sekolahnya ke atas, membiarkan topi tersebut berhamburan di atas lapangan. Seluruh guru tersenyum menyaksikan kebahagiaan tersebut. Mereka sangat jelas terlihat bahagia dengan hasil kelulusannya.

Dear Aletha. [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang