Suasana kelas XII-5 kembali ramai saat Pak Jono berlalu meninggalkan kelas karena sudah berganti jam pelajaran. Risky bersandar pada bangku sekolah sambil memainkan Handphonenya. Sesekali ia menutup mulutnya yang akan terbuka karena menguap.
Kali ini Jaya menyandarkan dagunya diatas meja, sambil membalas pesan dari kekasihnya. Sedangkan Adit dan Bagas memejamkan matanya dibalik tumpukan tangan mereka. Entah tidur atau malah cuma memejamkan mata.
Danu, yang merupakan ketua kelas XII-5 memasuki kelas sambil memegang sebuah kertas ditangannya. Cowok bertubuh tinggi itu berdiri tegak didepan sambil mengangkat kertas yang dibawa.
"Perhatian!" Ucapnya dengan nada tegas. "Ini, gue dapet kabar, kalau bu Mutia hari ini lagi rapat di Sekolah lain. Jadi, beliau menitipkan tugas ke guru piket. Kerjain Tugas di buku paket halaman delapan puluh sembilan."
Adit yang sedang asik menelungkupkan wajahnya diatas lengan, langsung terangkat mendengar pemberitahuan yang di ucapkan oleh Danu. Ia mendesah, kemudian mengusap wajahnya dengan kasar.
"Ah! Gak seru nih! Kenapa kita gak free class aja, men?!" Teriaknya dramatis sambil merentangkan kedua tangannya ke depan. Kemudian omongan Adit barusan disetujui oleh beberapa murid di kelas itu.
Melihat tingkah konyol Adit mulai kambuh, Risky hanya menggelengkan kepala. Lalu cowok itu kembali berkutat pada layar ponselnya.
"Ini perintah dari guru piket. Terserah lo semua mau ngerjain atau nggak. Yang penting gue udah menyampaikan amanah dari bu Muti," Ujar Danu.
Adit mengangkat jari telunjuknya dan menunjuk-nunjuk ke arah Danu. "Nah ini, nih. Mending kita semua kompakan aja gak usah ngerjain tugas dari bu Muti. Gimana?"
Asri yang duduk di barisan paling depan melirik Adit dengan tatapan tak suka. Pasalnya, Adit memang yang paling malas kalau disuruh mengerjakan tugas tetapi gurunya tidak hadir.
"Itu mah emang akal busuk lo doang biar lo gak dihukum sendirian!" Jawab Asri ketus.
"Weitss santai mba bro. Tanpa yang lain ngikutin apa kata gue, pasti ketiga teman seperjuangan gue ini akan setia menemani, ya gak, men?" Adit menolehkan kepala nya menatap ketiga temannya. Tidak ada jawaban sama sekali yang dilontarkan oleh ketiganya. Hal itu membuat Asri tersenyum sinis menatapnya. "Anjing nih keparat!" umpatnya kesal.
Bagas yang sedang tertidur malah terbangun karena suara Adit yang berisik. Setiap kali tidak ada guru, temannya yang satu itu emang gak pernah Absen kalau adu mulut dengan Asri.
"Adit! Mending lo diem. Jangan bikin tangan gue pengen nabok pala lo," Ucap Bagas santai.
"Emang tai lo jadi temen! Harusnya lo semua bela gue dari tuh cewek sok pinter," Kata Adit sambil menunjuk Asri yang berada dibarisan depan sebelah kanan. Kemudian yang ditunjuk hanya membulatkan matanya menatap tajam Adit.
Risky memutar bola mata malas ketika melihat aksi drama yang sedang dimainkan oleh Adit didepannya. "Nggak akan ada habisnya bego kalo adu mulut sama tuh cewek. Mending lo diem, toa lo berisik. Sama kaya Alea tuh!"
Mendengar nama nya disebut-sebut oleh Risky, membuat Alea yang sedang selfie beralih menatap tajam Risky.
"Apa-apaan nih nama gue di sebut-sebut?!" Teriaknya cukup kencang.
"Tuh kan, toa."
**
Bel pertanda istirahat sudah berbunyi sejak semenit yang lalu. Aletha dan ketiga temannya membereskan alat tulis yang berserakan diatas meja.
Saat mereka berempat sudah menyelesaikan merapikan barangnya, dengan segera mereka melangkahkan kaki keluar kelas.
"Eh Alea sama stefany mana nih? Tumben si Alea lelet kalo ke kantin," Ujar Aletha disela-sela perjalanan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Aletha. [TELAH TERBIT]
Teen Fiction14/04/2019 #1 Romance #1 Sad #1 Baper #1 Hurt #1 Newbie 08/09/2019 #1 brokenheart 17/10/2019 #3 indonesiamembaca 21/11/2019 #1 teenfiction ---------- Dua tahun lalu, Aletha adalah segalanya bagi seorang Risky Fahreza Wijaya. Cewek yang menjadi alasa...