Sepuluh.

39.2K 1.5K 17
                                    

Pagi ini kelas XII-3 sedang Pemanasan dilapangan karna jam pertama memang pelajaran PENJASKES. Pemanasan di pimpin oleh Desti dan Julian yang sudah ada di depan. Aletha, Rahma, Lia dan Ida berada di barisan paling kanan.

Sudah hampir lima belas menit mereka melakukan Pemanasan dan akhirnya selesai juga. Posisi Desti dan Julian telah digantikan oleh Ilham selaku guru Olahraga. Ilham membawa dua bola basket di tangannya.

"Sekarang saya akan mengambil nilai. Saya akan mengAbsen kalian satu persatu lalu kalian praktekkan permainan bola basket yang kemarin sudah saya praktekkan," Ucap Ilham menjelaskan. "Silahkan kalian bisa tunggu di pinggir lapangan."

Seluruh murid kelas XII-3 berhambur ke pinggir lapangan dan duduk begitu saja tanpa takut akan kotor. Aletha duduk disamping Lia, begitupun dengan Rahma dan Ida.

"Gue deg-deg an, deh." Aletha memegang dadanya. Detak jantungnya berdetak sangat cepat.

"Lebay, lo Tha. Cuma main basket kok deg-degan!" seru Rahma.

Aletha menggeleng. "Bukan itu. Biasanya kalo gue deg-degan gini suka ada Risky, deh."

Lia menepuk jidatnya frustasi. "Risky lagi!"

"Serius Li."

Lia mengangkat bahu singkat.

"Sekarang kamu berdiri disini sampai jam pelajaran saya selesai!!"

Aletha dan yang lainnya menoleh saat mendengar suara bu Wati yang keras. Cewek yang saat ini rambutnya dikuncir kuda membulatkan matanya saat melihat Risky yang sedang berdiri di depan tiang bendera. Entah masalah apa yang telah dilakukan Risky hingga cowok itu mendapat hukuman seperti itu.

"Tuh, kan bener kata gue." bisik Aletha.

"Hebat ya, ikatan batin lo sama dia kuat juga."

"Tapi, kan saya cuma telat lima belas menit, bu." Risky telah menampakkan wajah kesalnya. Aletha semakin memperhatikannya.

"Kamu fikir saya tidak tahu? Kamu bukannya langsung ke kelas, malah diam di kantin!" seru Wati. "Sekarang kamu diam disini! Hormat pada tiang bendera. Awas kalau kamu kabur!"

Tangan Risky terkepal. Hampir saja ia ingin menonjok tiang yang ada di depannya saat Wati sudah membalikkan badan. Cowok itu menghela napas berat. Kemudian tangannya terangkat untuk hormat pada bendera.

Disisi lain Aletha menatap iba Risky yang kini telah menyeka peluh di keningnya. Kemudian pandangannya beralih saat Desti berteriak.

"Ehem! Aletha lagi liat pangeran, nih!"

Aletha melototkan matanya menatap Desti yang sedang cengar-cengir. Omongan Desti diikuti oleh teman ceweknya yang lain. Ia melirik Risky yang kini sedang meliriknya juga.

Baskoro yang sedang berdiri di dekat tiang Ring menoleh ke arah Aletha. Pandangannya beralih ke arah Risky yang kini sedang memberi hormat pada tiang bendera.

"Aletha Novianggita."

Aletha menoleh dan berjalan ke arah Ilham. Mengambil bola basket dan medrible nya melewati berbagai pembatas yang sudah dibentuk zig-zag. Berbagai teriakan khas cewek-cewek terdengar. Sebagian ada yang menyemangati, sebagian lagi ada yang meledeknya karna ada Risky.

Risky yang mendengar teriakan dari kelas yang sedang olahraga itu menghela napas frustasi. Cowok itu mengusap wajahnya dengan kasar. Kupingnya terasa panas saat ini. Tenggorokannya juga sudah terasa kering. Rasanya ia ingin sekali pergi ke kantin dan membeli air mineral.

"Tuh, para kunyuk kenapa gak ada yang jenguk gue, sih?!" Batinnya.

Risky kembali mengangkat kepalanya menatap bendera yang sedang berkibar.

"Jaya, Adit atau Bagas gak ada niatan ngasih gue minum, gitu?!" ucap batinnya lagi.

"Anjing! Gue haus banget." kali ini cowok itu mengumpat.

Cowok itu terus memandang ke atas. Memberi hormat pada Sang Saka Merah Putih. Tenggorokkannya sudah sangat kering. Dia memang tadi ke kantin, tetapi hanya duduk saja tidak berniat membeli apa-apa.

Butiran keringat terus saja berjatuhan dari wajahnya. Sesekali ia menyeka. Dengan keadaan yang seperti ini mengapa teman-temannya tidak ada yang berani keluar kelas, sih?

"Nih!"

Risky menatap datar botol air mineral dingin yang ada di hadapannya. Ia melirik sekilas cewek yang memegang botol itu. Kalau saja cowok itu tidak gengsi, dari tadi ia sudah mengambil air yang telah menggoda tenggorokkannya.

"Nih, lo pasti haus." Aletha makin memajukan tangannya. Sebisa mungkin cewek itu mengendalikkan rasa gugup nya.

Beberapa murid kelas XII-3 memperhatikan kejadian itu. Tidak terkecuali Baskoro. Cowok itu terus saja memperhatikan Aletha yang dengan tidak malunya memberikan Risky Air.

Risky hanya menatap datar ke arah depan. Perasaan gengsi nya masih mengalahkan rasa hausnya.

"Gue tau banget lo pasti haus. Terima aja, daripada lo dehidrasi. Nih, gue taro sini." Aletha menaruh botor air mineral di bawah tiang yang ada di depan Risky.

Risky menatap Aletha yang sedang menaruh botol. Setelah menaruh botol, cewek itu membalikkan badan.

"Thanks" Ucap Risky. Cowok itu berkata pada Aletha tetapi pandangannya ke arah depan.

Aletha yang mendengar suara Risky tersenyum. Setelah mengangguk, walaupun Risky sudah pasti tidak melihatnya, cewek itu terus melangkah.

**

"Kayaknya ada yang lagi seneng, nih" Sedari tadi Rahma terus-terusan menggoda Aletha saat melihat Risky menerima dan meminum Air pemberian Aletha.


Bukannya merespon justeru Aletha terus berjalan ke kantin bersama Lia. Rahma dan Ida yang ada dibelakangnya malah tertawa melihat Aletha sudah kesal.

Saat ingin berbelok ke kantin, langkah mereka terhenti oleh teriakan Alea dan Stefany.

"Berisik deh Al!" Seru Lia sewot.

"Gue ini yang berisik!" balas Alea tak kalah sewot.

"Udah deh, yuk masuk." sergah Ida.

Mereka berenam memasuki kantin. Mencari meja kosong. Saat sudah dapat, mereka segera menghampiri dan mendudukinya. Kali ini Ida dan Rahma yang memesan makanan. Hanya butuh waktu lima menit mereka sudah kembali dengan membawa pesanan.

"Tha, tadi kan Risky di hukum," ucap Stefany di sela-sela suapan Somay nya.

Aletha mengangguk. Tanpa dibilang, ia juga sudah tahu.

"Udah tau Stef. Malah minum pemberian Letha diterima sama dia." jelas Rahma.

Alea yang sedang memakan bakso tersedak. Dengan cepat ia mengambil minuman yang ada di depannya.

"Kalo makan pelan-pelan maka nya!" seru Lia.

Alea tidak menghiraukan ucapan Lia. Justeru ia menatap Aletha yang ada di depan kanan nya. "Kok bisa dia terima pemberian lo?!"

"Apa sih, Al. Harusnya lo ikut bahagia dong!" kata Stefany sembari melemparkan tisu pada Alea.

"Gue cuma heran aja Step. Gak biasanya dia mau terima pemberian Letha." Alea kembali meneruskan suapan bakso nya.

"Alea! Please. Berhenti panggil gue Step! Berasa penyekit deh gue," ujar Stefany.

"Gue rasa dia kehausan banget. Makanya gak ada pilihan lain daripada dia dehidrasi." jelas Aletha.

Alea dan yang lainnya hanya menangguk paham. Kemudian mereka kembali memakan makanannya dan membahas hal lain yang tidak menyangkut nama Risky Fahreza Wijaya.

-Dear Aletha-

Tumben nih lagi ada ide secepat ini😂 walaupun krik banget tapi gapapa lah ya wkw

Dear Aletha. [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang