Dua Puluh Empat.

31.7K 1.2K 13
                                    

Haiiii.

---

Sejak terakhir kali Risky berbicara empat mata dengan Aletha, dia tidak pernah melihat cewek itu lagi. Seolah-olah Aletha menghilang begitu saja. Berpapasan secara tidak sengaja pun tidak pernah.

Senin ini seluruh kelas dua belas try out, mungkin Risky akan lebih mudah menemui Aletha karena yang ada di sekolah hanya kelas dua belas. Jumlah muridnya lebih sedikit dibanding hari biasa.

Risky berpikir, kata-katanya saat itu begitu menyakitkan. Mungkin itu yang membuat Aletha menghindarinya. Lagian bukannya lebih baik seperti itu? Memang itu kan yang ia mau, Aletha menjauhinya. Tapi entah kenapa Risky merasa kehilangan. Tidak seperti biasanya.

Cowok itu memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Lalu ia turun dan berjalan menuju kelasnya. Saat ini Sekolah sudah cukup ramai. Siswa-siswi berhamburan dimana-mana. Ada yang pergi ke kantin, ada yang diam di dalam kelas, ada yang duduk dibawah pohon sambil belajar.

Risky sebenarnya mencari keberadaan Aletha. Tetapi tetap saja tidak ketemu. Biarlah, biar saja seperti ini. Keadaan ini akan mempermudah Risky untuk mengikhlaskan Aletha.

**

Aletha sebenarnya melihat Risky sedang berjalan di koridor. Dengan cepat cewek itu memutar tubuhnya dan berlari menjauhi Risky. Ia tidak ingin membuat hatinya terluka lagi setiap kali melihat Risky.

Apalagi sejak kejadian waktu dilapangan basket. Sudah jelas sekali jika Risky tidak menginginkan keberadaannya. Maka dari itu, Aletha menghindar setiap kali ia melihat Risky. Pergi menjauh sebelum Risky melihatnya.

"Lo kenapa sih, Tha?" tanya Rahma bingung. Tiba-tiba saja Aletha menarik tangannya dan pergi.

"Kenapa apanya?"

"Kenapa setiap ada Risky lo selalu lari?"

Aletha menghela napas berat. Rasanya sakit hanya mendengar namanya saja. Apa cinta memang sesakit ini?

"Gue mau menghindar aja. Biar gue cepet move on, lo semua pada mau gue move on, kan?"

"Gini ya, Tha. Move on itu bukan soal lo ketemu dia atau nggak, tapi tentang lo udah biasa aja saat ketemu dia lagi," kata Rahma, urusan move on, Rahma emang jago nya.

Aletha kembali menghela napas berat. Mereka berdua kini sedang berada di toilet sekolah.

"Tapi Rah, kalo gue terus-terusan ketemu dia tuh bikin hati gue sakit. Gue malah semakin inget dia," ujar Aletha.

"Udah seharusnya lo bisa buka hati lo buat orang lain, Tha. Jangan terus-terusan Stuck di satu orang,"

Rahma benar. Tidak seharusnya ia terus menerus memikirkan Risky yang sama sekali tidak peduli kepadanya. Sementara ada orang lain yang setia menunggu kedatangannya. Yang namanya susah move on itu emang susah banget buat buka hati lagi.

"Bakalan gue coba Rah."

Rahma tersenyum puas menatap Aletha. Dia merentangkan tangannya dan memeluk sahabatnya itu. Jujur saja, Rahma hanya tidak tega melihat Aletha terus menerus meletakan hatinya pada cowok seperti Risky selama dua tahun lebih ini. Aletha berhak bahagia. Dan bahagia itu harus kita yang ciptain sendiri.

Dear Aletha. [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang