Aletha menatap layar laptop dengan bosan. Sudah lebih dari tiga jam Rahma berdiam di depan Laptop. Aletha tidak pernah mengerti jalan cerita dari berbagai Drama Korea yang ditonton Rahma. Baginya Drakor sangat membosankan. Di antara mereka berenam, hanya Aletha dan Lia yang tidak menyukai drama korea. Aletha lebih suka film Indonesia yang berhasil bikin dia nangis dari pada menonton Drakor. Sedangkan Lia lebih suka menonton film barat.
Aletha menghela napasnya. Dia mengulurkan tangannya untuk mengambil novel yang berada diujung tempat tidur. Lebih baik membaca novel daripada harus ikut menonton Drama itu.
"Tha," panggil Rahma. Matanya tetap difokuskan pada layar laptop.
Aletha bergumam sebagai jawaban.
"Lo gak punya tisu?" Tanya Rahma. Kali ini sudah menatap Aletha yang serius membaca.
Aletha ikut menatap Rahma. Mata cewek itu sembab dan sedikit berair. Hidungnya merah dan sedikit mengeluarkan cairan. Wajahnya sudah tidak cantik seperti biasanya.
"Ada di tas," jawabnya sambil memandang datar Rahma.
Rahma segera membuka tas Aletha dan mengambil tisunya. Dibersihkannya air mata yang masih tersisa di pipinya. Kemudian dia membuang tisu itu asal.
"Gak usah nyampah,"
Rahma tertawa pelan. Ditutupnya laptop yang kini sudah mati. Drama yang ia tonton sudah selesai rupanya.
"Tha, menurut lo Risky masih ada perasaan gak?" Tanya Rahma berhasil membuat Aletha menutup novelnya.
Aletha mengangkat bahu singkat, "gak tahu. Emang kenapa?"
"Gak papa, sih," ujar Rahma. "Gue heran aja, kok dia mau ngajak lo berangkat bareng."
Aletha menghela napas pelan, "kan udah gue bilang, mungkin dia kasihan liat gue kebingungan nyari ojek."
Rahma mengambil cemilannya dan dimasukkannya ciki itu ke dalam mulut. "Kalo misalnya dia ngajak lo balikan, gimana?"
Lagi-lagi Aletha menghela napas, "gue bingung Rah."
"Bingung kenapa?"
"Saat gue udah pengen lupain dia seutuhnya, tapi tadi pagi dia datang, berdiri tegap di depan gue seolah-olah gue gak boleh move on."
"Terkadang cowok emang gitu. Dia bersikap cuek seolah gak perduli sama lo tapi nyatanya dia sangat perduli sama lo," ucap Rahma.
"Kemarin gue udah bilang kan sama kalian, kalo gue mau lupain Risky."
"Move on itu bukan tentang melupakan, tapi mengikhlaskan." Rahma berkata seolah dia adalah Mario Teguh.
"Iya, lo benar Rah. Mungkin gue masih belum bisa ikhlas denger Gisel deketin Risky," ujar Aletha.
Aletha memang tidak pernah ikhlas melihat ada cewek lain yang mencoba mendekati Risky. Mungkin dia memang mencoba melupakan sampai lupa kalau ternyata dia masih belum ikhlas atas semuanya. Atau putus dengan Risky sebenarnya tidak ikhlas juga?
"Waktu itu Jaya cerita sama gue. Udah lama, sih, tapi lo harus tau. Dia pernah bahas lo sama Baskoro di depan Risky, nah, Risky langsung gak mood gitu. Jaya ngerasa kalo Risky kesal dengernya," jelas Rahma panjang.
Aletha terdiam. Dia tidak mau mengambil kesimpulan dulu. Mungkin saja dari awal mood Risky memang sedang tidak baik. Atau Jaya saja yang menanggapi dengan berlebihan.
"Lo boleh berharap sama dia, Tapi jangan biarin hati lo ke tutup buat orang lain."
**
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Aletha. [TELAH TERBIT]
Teen Fiction14/04/2019 #1 Romance #1 Sad #1 Baper #1 Hurt #1 Newbie 08/09/2019 #1 brokenheart 17/10/2019 #3 indonesiamembaca 21/11/2019 #1 teenfiction ---------- Dua tahun lalu, Aletha adalah segalanya bagi seorang Risky Fahreza Wijaya. Cewek yang menjadi alasa...