Chapter 19

1.3K 86 8
                                    

Syifa POV

Mulai hari ini, aku akan menjauhi Angga. Semoga saja aku bisa. Seharusnya.

"Syifa!"

Aku menoleh. Ah, Steffi. Tumben anak ini sudah datang? "Eh, Steff."

"Lo udah ngerjain PR Fisika?" Tanyanya dan aku mengangguk. Steffi tersenyum. Oh, aku tahu apa maksudnya. "Lo mau pinjem?"

Steffi menyubit pipiku. "Tau deh lo."

Aku bersedekap sambil menatap Steffi dengan alis terangkat. "Iyalah, siapa dulu, Syifa."

Steffi memutar bola matanya. "Semerdeka elo dah. Yuk ke kelas! Entar keburu masuk lagi, terus gue gak bisa kerjain PR."

Aku mengangguk. Kemudian Steffi menggandengku ke kelas.

"Uh, Steff." Aku memegangi perutku yang berbunyi. Ya, tadi pagi aku lupa sarapan dan itu menyebalkan. "Kenapa, Syif?"

"Gue ke kantin, ya. Tadi gue lupa sarapan."

"Eh, yaudah-yaudah buruan sana ke kantin. Entar lo pingsan, gue yang bingung. Tas lo gue yang bawa aja."

***
Author POV

Angga sedang makan sepiring nasi goreng untuk sarapannya tepat setelah Syifa datang.

Cowok itu tersenyum. "Syifa, sini!"

Yang dipanggil hanya menoleh lalu melengos pergi ke salah satu stand.

Inget, Syifa, jauhi Angga atau lo bakalan nangis terus nantinya. Serentet kalimat itu terus menghantui pikiran Syifa untuk tidak kembali mendekati Angga.

Angga mengerutkan kening. "Kenapa Syifa?" Gumamnya pelan. Angga yang penasaran akhirnya menghampiri Syifa yang tengah memesan makanan.

"Syif." Angga barusaja akan menarik lengan Syifa namun gadis itu segera menjauh dengan wajah yang terlihat tidak suka.

"Permisi, gue duluan." Syifa pergi dengan membawa nasi goreng dan minuman botolnya menyisakan tanda tanya di otak Angga.

Ada apa dengan Syifa?

***

Syifa masuk ke kelas dengan terburu-buru membuat Steffi yang sedang menyalin PR beralih fokus. "Kenapa lo, Syif?"

"Gue gak pa-pa. Steff, kalo lo udah kelar ngerjain PR, gue mau curhat."

"Entar ae curhatnya. Sekarang lo makan dulu terus gue nyalin PR. Biar kita kelarin sama-sama."

---

"Steff," panggil Syifa setelah merasa keadaan taman belakang sekolah sudah mulai sepi. "Kayaknya, gue mau dan harus jauhin Angga."

Steffi melotot. "Syif, lo gak tau apa susahnya Angga perjuangin elo? Susahnya Angga dapetin elo? Susahnya Angga jagain elo? Dan lo mau jauhin dia gitu aja?"

Syifa menunduk menatap sepatunya. "Gue pikir, ini cara terbaik supaya beban gue buat ninggalin Indonesia berkurang."

"Ninggalin Indonesia?" Ulang Steffi. "Lo gak pernah cerita apa-apa kalau lo mau pergi, Syif."

"Udahlah, Steff. Yang penting sekarang gue udah kasih tau lo, 'kan?"

"Syif, bukan ini cara yang baik, bukan ini cara yang gue mau. Yang kita semua mau. Dengan lo jauhin Angga, lo kayak bayi tau gak. Itu cara kekanak-kanakan, itu bukan cara orang dewasa buat nyelesaiin masalah."

"Gue bukan mau nyelesaiin masalah, Steff. Tapi gue mau pergi dari masalah."

"Dan lo pantesnya bukan disini, tapi sekolah sama anak-anak TK yang bahkan pemikirannya lebih dewasa dari elo."

Strong Love❌AnggaSyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang