Chapter 55

970 64 1
                                    

Angga menatap Dokter Fira, Dokter yang menangani Syifa seminggu ini.

"Jadi, gimana keadaan Syifa, dok?"

Flashback ON

Angga tersenyum seraya terus menatap sebuket bunga di tangannya. Dengan mantap kakinya melangkah menuju kamar inap Syifa.

Tapi di sana, sudah kosong.

"Apa Syifa udah pulang? Kok gak ngabarin gue?" Tanya Angga pada dirinya sendiri.

"Angga!"

Angga menoleh ketika seseorang memanggil namanya. Ari. "Eh, kenapa? Syifa mana?"

"Syifa kritis lagi. Dia tiba-tiba gak sadar diri sejam yang lalu. Sekarang dia di ruang ICU," tutur Ari.

Jantung Angga serasa turun dari tempatnya. Gadisnya kritis, untuk yang kedua kalinya. Buket bunga yang ada di tangannya ia jatuhkan begitu saja. Kakinya berlari mengisi keheningan di lorong rumah sakit.

Barusaja Angga akan menggapai kenop pintu ICU, tiba-tiba seseorang menarik pundak Angga menjauh dari pintu ICU. Steffi.

"Angga, LO GAK BOLEH MASUK!"

"Gue mau ketemu Syifa. Gue mau liat dia!"

Steffi menggeleng. "Gak bisa, Angga. Syifa lagi ditangani secara khusus. Jangan sampe lo ngacauin semuanya."

Angga merosot dari tempat ia berdiri.  Matanya sudah panas tanda dirinya akan segera menangis. Namun Angga menyeka air matanya.

"Gue gak boleh nangis, seenggaknya buat Syifa," gumam Angga.

Steffi berjongkok menyamai tingginya dengan Angga. "Angga, bokapnya Ari masuk rumah sakit gara-gara kecelakaan. Gue harus nemenin Ari. Maafin gue."

Angga mengangguk. "Gak pa-pa."

"Gue pergi. Lo baik-baik, ya? Nanti kalau keadaan bokapnya Ari udah baik gue balik."

Setelah Steffi pergi, Angga masih setia duduk di sana sambil menunggu kabar terbaru tentang Syifa.

"Anda keluarga Syifa? Mari ikut saya!"

Flashback OFF

"Keadaan pasien sudah membaik tapi pasien masih belum sadar."

Angga menghela nafas lega. "Lalu, kapan Syifa bisa dijenguk?"

"Saya belum tau pasti. Tetapi sehabis kita berbicara saya dan yang lain akan memindahkan Syifa ke ruangan biasa. Jangan khawatir karena berbagai alat medis akan membuat keadaan pasien semakin membaik."

Angga tersenyum. "Terima kasih, Dokter."

"Itu sudah tugas saya."

***

Angga tersenyum. Matanya masih setia menatap wajah yang walaupun pucat namun masih cantik itu. Wajah milik gadisnya, Syifa.

"Syifa, kemarin kamu udah bangun. Tapi sekarang kamu kok tidur lagi?"

Mata elang Angga kini menatap Syifa sayu. Seakan-akan sang empunya mata kehilangan semangat hidupnya, untuk yang kedua kalinya.

Keringat Angga mengucur bebas dari dahinya dan jatuh di atas tangan Syifa. Keringat yang ada karena seharian menunggu gadisnya. Dan berharap bahwa gadisnya akan segera bangun.

Angga mengusap perutnya yang sudah konser sedaritadi karena menahan lapar. Dengan lembut, Angga mengecup kening Syifa dan beranjak dari duduknya.

Meninggalkan Syifa.

Sendirian.

Strong Love❌AnggaSyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang