Chapter 24

1.2K 85 10
                                    

Angga menyeret koper hitamnya diikuti Steffi yang juga menyeret sebuah koper yang berbeda warna.

"Steff, kita landing jam berapa sih?" Tanya Angga yang kini duduk di kursi tunggu.

Steffi mengedikkan bahu. "Gak tahu. Tanya Papa lo lah. Ngapa tanya gue?"

"Angga," panggil seseorang membuat Angga dan Steffi menoleh ke sumber suara.

Itu Bastian.

"Eh, Iqbaal gak ikut?" Tanya Steffi. Keceplosan.

"Kok lo nyari yang gak ada sih? Nih, ada gue disini," ucap Bastian sambil menunjuk dirinya sendiri.

Angga menggeleng sambil terkekeh. "Iqbaal itu udah pindah ke Surabaya beberapa hari yang lalu."

Steffi mengerutkan kening. "Eh, kok semua pada pindah sih? Iqbaal, gue, elo, Syifa. Kenapa ya?"

Mendengar kata 'Syifa', Angga jadi ingat kejadian satu minggu yang lalu. Dimana ia dengan bodohnya kabur dari sekolah demi menemui untuk Syifa. Dimana ia dengan bodohnya menangis karena semua usahanya gagal. Dimana ia dengan bodohnya mengikuti kata hatinya.

Yang ternyata sangatlah sia-sia.

"Ngga, tuhkan, lo inget lagi." Steffi menepuk-nepuk bahu Angga beberapa kali. "Udahlah, ikan di laut gak cuma satu," ujarnya.

Angga melirik Steffi. "Iya, ikan di laut mah banyak, tapi yang mancing juga banyak, Steff. Kalau gue gak segera nangkep dia, dia pasti bakalan diambil orang lain."

"Kalian kenapa sih? Kok bahas ikan sama mancing? Gue gagal paham," saut Bastian.

Steffi hanya memutar bola matanya. "Anak kecil gak boleh tau."

"Sialan sepupu lo ini, Ngga."

"Gitu-gitu, lo pernah suka sama dia juga 'kan?" Goda Angga yang membuat Bastian melotot. "Dulu. Waktu Iqbaal belum suka sama dia."

"Eh, lo pernah suka sama gue?" Ulang Steffi. "Ssshh, anak kecil gak boleh tau," jawab Bastian menirukan nada bicara Steffi tadi.

"Mampus, karma itu selalu ada," sambar Angga.

Sialan, gue dipojokin. Batin Steffi menggerutu.

"Karma itu selalu ada, 'kan, Ngga? Jadi, waktu lo nyia-nyiain Syifa, suatu saat karma bakalan dateng dan bikin lo di sia-siain. Dan percaya gue, semua itu bakalan terjadi. Nanti."

Drrrttt drrtttt.

Angga mengambil ponsel di sakunya.

Papa is calling...

"Halo, Assalamualaikum, Pa," awal Angga setelah cowok itu menekan tombol hijau.

"....."

"Loh, kok gitu, Pa?"

"....."

"Oh, yaudah. Papa juga ati-ati ya. Assalamulaikum."

"Kenapa, Ngga?" Tanya Steffi setelah Angga menyimpan ponselnya. "Papa sama Mama gue gak jadi ikut kita. Soalnya ada keluarga yang kritis. Jadi kita berangkat duluan."

Steffi mengangguk. "Yaudah, yuk check in!. Biar tambah cepet."

Angga mengangguk. Cowok itu menatap Bastian yang sudah mengeluarkan air mata.

"Bas, lo kenapa dah?"

"Gue bangga, Ngga. Gue bangga punya sahabat kayak elo, kayak Iqbaal. Sahabat yang selalu ada waktu gue butuh," ujar Bastian dramatis.

"A en je a ye. Dasar, drama king lo!"

---

Hello, ayem kombek.

Jadi, aslinya ini cerita mau gue selesaiin terus bikin sekuel-nya. Tapi karena ini cerita part-nya cuma seupil, ya gak jadi.


Yaudah, terus gue lanjutin aja sampe tamat. Terus gue udah dapet ide gimana kehidupan Angga, Syifa, dan Steffi selanjutnya.

Yaudah, bye:)

Strong Love❌AnggaSyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang