Chapter 1

4.1K 151 2
                                    

Publikasi pertama : 5 Februari 2017
Publikasi kedua : 4 April 2017

Tiga lelaki nampak berjalan dengan keren di koridor sekolah. Murid-murid perempuan berteriak memanggil satu persatu nama mereka.

Yang di sebelah kanan namanya Iqbaal, dia adalah seorang troublemaker di sekolah. Yang di sebelah kiri namanya Bastian, seorang player dan bad boy.

Dan yang berdiri di tengah sendirian adalah Angga, dia adalah anak bad boy yang menurut (hampir) seluruh siswa di SMA Cahaya Purnama (ngawur) tampan.

"Minggir, minggir, minggir!" Perintah seorang gadis yang datang dengan  menerobos antrian.

Angga tersenyum, gadis itu menaruh tangannya di pundak Angga. "Lo, lo, dan lo semua, kalian harus tau kalau gue sama Angga itu udah jadian. So, mulai detik ini jangan pernah ganggu Angga lagi!"

Angga tersenyum penuh kemenangan ketika Amanda --troublemaker sekaligus cucu pemilik sekolah ini-- memarahi semua gadis yang memujinya. Ada kebanggan tersendiri di hati Angga.

Di ujung koridor, seorang gadis memperhatikan kerumunan siswa-siswi yang sedang memperhatikan Anggacs dan Amanda.

"Buat apa sih muji orang yang gak penting kaya' dia? Ganteng doang ga' cukup kali."

***

Sudah menjadi rutinitas untuk gadis ber-name tag Syifa ini untuk membaca buku di bawah pohon saat istirahat. Dia juga lebih suka membawa bekal dari rumah dan menyimpan uang sakunya untuk membeli novel baru.

Tangannya terulur membalik kertas dan melihat halaman selanjutnya. Disana ada foto saat ia kecil, bersama seorang gadis.

"Mand, lo berubah," ucap Syifa dengan lirih.

Angannya terbang mengingat masa lalu yang amat sangat menyakitkan batinnya. Masa lalu kelam yang Papanya buat dan berdampak buruk bagi Syifa.

"Hey, boleh duduk sini?" Tanya seorang gadis cantik yang kelihatan asing baginya.

Syifa mengangguk, kemudian ia menggeser duduknya dan menutup novelnya. "Anak baru?" Tanya Syifa dan gadis itu mengangguk.

"Iya, gue anak baru dan baru sekolah tadi. Makannya gue gak punya temen," jelasnya. "Nama lo siapa?" Tanyanya.

"Syifa, kalau elo?"

"Steffi, Steffi Zamora." Gadis itu tersenyum, senyumnya manis. "I hope we can be a friendship."

"Sure," balas Syifa dengan senyuman di bibirnya.

***

"Syifa!" Pekik Steffi, segera ia menyusul Syifa yang tengah berhenti di tengah-tengah lorong.

"Kenapa Steff?"

"Tungguin gue napa?"

Syifa terkekeh. "Sori, gue pikir lo udah pulang."

"Belum, btw gue belum tau lo kelas mana."

"Gue XI-2. Elo pasti anak XI-1, kan?"

Steffi mengangguk, "kok lo tau?"

"Tadi anak-anak kelas gue bilang kalau ada anak baru di kelas lo, dan gue yakin itu elo."

"Yaudah Syif, kuy ke gerbang!"

Kemudian dua gadis itu berjalan berdampingan menuju gerbang sekolah. Mata Syifa menangkap sebuah mobil berwarna merah, mobil yang sudah lama tak kembali ke rumahnya untuk sekedar menyapanya.

Dari mobil itu keluar seorang pria paruh baya yang sangat Syifa rindukan, di samping itu ia juga sangat membenci pria itu.

"Papa!" Teriak seorang gadis yang kemudian langsung memeluk lelaki itu.

Kemudian dua manusia itu berlalu masuk ke mobil merah yang 'sudah' menjadi milik mereka. Tanpa sadar, air mata Syifa jatuh.

"Syif? Lo kenapa?" Tanya Steffi sambil memegang bahu Syifa membuat gadis itu sedikit kaget.

Dengan cepat Syifa segera menghapus air matanya. "Gue, gue gak pa-pa."

Strong Love❌AnggaSyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang