Chapter 29

1.1K 80 7
                                    

Chapter sebelumnya agak belibet ya? Maaf ya😂

Kalau ada yang mau ditanyakan seputar chapter sebelumnya, bisa tanya di kolom komentar ya. Pasti aku jawab.

***

"Bego," umpat Beby ketika menyadari bahwa ia lupa menanyakan nomer HP atau nama gadis yang telah meminjaminya uang. "Terus kalau gue mau balikin uangnya gimana?" Gumamnya panik.

Steffi yang melihat perubahan tingkah Beby bertanya, "Lo kenapa sih, By?"

"Tadi duit gue kurang, terus ada yang minjemin. Dia cewek dan bodohnya gue gak minta alamat atau nomor HP-nya. Terus, gimana caranya gue balikin uangnya?"

"Lo emang pe'a, By," saut Angga.

"Ya terus gue harus gimana?"

"Makan tuh utang."

Beby melotot. "Duh, utang kan gak boleh dibawa mati. Gimana nih, Steff? Duh, gue--"

"--Udahlah. Kalau jodoh gak bakal kemana."

***

Syifa terus menggigit bawahnya. Malam ini, bayangan 'Angga'-nya muncul dalam benaknya.

Syifa masih bertanya-tanya, apakah itu benar Angga? Orang yang ia cintai? Orang yang ia rindukan? Orang yang--

Sudahlah, tidak usah dibahas lagi karena itu semua membuat Syifa kembali mengingat kesalahan besarnya kepada Angga.

Tapi, Syifa masih sayang Angga.

Dan Syifa benci fakta itu.

"Harusnya gue bisa move on!" Syifa menenggelamkan wajahnya dalam bantal. Lelah.

"Aduh, gue pusing." Syifa memegang keningnya yang terasa pusing. Kemudian, dengan segera Syifa berlari menuju kamar mandi.

"Lagi-lagi," gumam Syifa ketika darah keluar dari hidungnya. Syifa diam, ia tidak bisa menguasai tubuhnya. Hingga,

Gubrak.

Kesadaran Syifa hilang. Gadis itu terjatuh di lantai dengan mata yang tertutup. Matanya tertutup, ia tidak bisa melihat apa-apa, tetapi dia bisa mendengar teriakan Arnold beberapa detik kemudian.

Namun tetap saja, mata Syifa tak bisa terbuka.

***

"Assalamualaikum, Tante." Angga, Steffi, dan Beby tersenyum ketika melihat Tante Ve--adik Mama Angga dan sahabat Mama Beby--sedang terbaring lemah di atas ranjang.

Tangan beliau tersambung dengan infus, beliau lemah, namun masih bisa membuka mata dan tersenyum ramah kepada mereka bertiga.

"Eh, kalian? Kok disini?" Tanya beliau lembut. "Iya, Tante, kita mau jenguk Tante."

Ruangan putih yang lumayan besar ini sangat sepi. Hanya ada Tante Ve, dan mereka bertiga. Memang, Tante Ve tinggal sendirian. Suami beliau sudah pergi setelah perceraian mereka. Tante Ve mempunyai tiga anak. Anak tertua sudah menikah, dia seorang CEO di salah satu perusahaan terkenal di Prancis. Anak kedua masih lajang namun sudah menjadi seorang eksekutif muda. Anak ketiga, barusaja masuk masa-masa kuliah di negara Belanda.

Ketiga anak Tante Ve memang hebat. Namun, bukankah lebih hebat bisa mendampingi orang tua mereka?

"Ngga."

Lamunan Angga tentang keluarga Tante Ve buyar ketika Steffi menepuk bahunya. "Lo kenapa ngelamun?"

Angga menggeleng kemudian bangkit dari sofa. "Gue mau ke kamar mandi dulu. Sekalian beli minum."

***

Arnold membopong Syifa yang tengah tak sadarkan diri ke dalam rumah sakit. Ia sangat panik. Pasalnya, Mama dan Papa mereka sedang tidak ada di rumah.

"Nurse, help my sister." Karena panik, bahasa yang digunakan Arnold agak semrawut. Untung saja suster disana cekatan dan segera mengambil bed stretcher lalu menidurkan Syifa diatasnya.

Arnold membungkam mulutnya ketika melihat wajah Syifa yang cantik kini pucat pasi. Bibir merah-nya kini berwarna putih. Mata coklat-nya terpejam.

---

Halo, gimana chapter kali ini?
Syifa sakit nih, kira-kira dia sakit apa ya? Terus Angga tau apa enggak ya?

Stay tuned okkeee

Strong Love❌AnggaSyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang