Chapter 46

920 77 4
                                    

"Syif, di rumah elo gak ada orang?" Tanya Steffi ketiga mobil Ari sudah sampai di depan rumah Syifa.

Ngomong-ngomong, mereka mengantar Syifa pulang dengan mobil Ari karena Angga tidak mempunyai mobil. Jika kalian lupa.

Syifa menggeleng. "Mereka sibuk sama urusan mereka sendiri sampai gue dilupain. Steff, gue boleh nginep di rumah lo?"

Steffi mengangguk. "Boleh. Sekalian lo nenangin diri."

"Yaudah, Ri, buruan jalanin mobilnya ke rumah gue!" Perintah Angga.

***

Angga, Syifa, Ari, dan Steffi sedang berada di meja makan pagi ini. Mereka sedang sarapan dengan roti--karena malas memasak nasi.

Ya jangan tanya kenapa Ari ada di sini karena semua orang ingin berada di dekat dunia-nya.

Dan dunia Ari adalah Steffi.

Drrttttt drrrtttt.

Handphone Steffi berdering. Seketika mata gadis itu membulat ketika membaca kontak yang menelponnya, Beby.

"Be--Beby nelpon!" Seru gadis itu dan segera menggeser tombol hijau.

"Hello?" Gadis itu sedikit kaget ketika yang berbicara di seberang telepon bukanlah Beby, melainkan suara berat seorang pria.

"Yes, she is my cousin. Why?"

Perubahan ekspresi Steffi--yang tadinya biasa saja menjadi panik--seketika membuat semua orang di meja makan diam. Mereka takut jika kabar dari telepon bukanlah kabar yang baik.

Dan semuanya benar.

"Guys, Beby kecelakaan dan sekarang dia ada di Flower Hospital."

***

"Sorry. But we have tried our best and best possible."

Air mata Syifa dan Steffi tumpah ketika mendengar ucapan Dokter yang menangani Beby. Lima belas menit yang lalu, mereka sampai di rumah sakit dan diperintah untuk segera menemui Dokter Elza, Dokter yang menangani Beby.

Dan, semuanya terjadi.

Mimpi buruk Steffi dan Syifa. Semuanya kini nyata, tidak semu.

Beby yang periang, kini telah tiada. Beby yang perhatian, kini telah tiada.
Beby yang selalu ada, kini telah tiada.
Beby yang selalu tersenyum, kini telah tiada.
Beby yang dulu, kini telah tiada.
Beby yang selalu merindukan, kini telah tiada.
Beny yang selalu dirindukan, kini telah tiada.
Beby yang selalu tegar, kini telah tiada.

Dan kini, penyesalan datang. Penyesalan datang dalam hati Angga, Syifa, Ari, dan Steffi. Penyesalan karena tidak bisa membuat detik-detik terakhir Beby menjadi berarti.

Syifa beranjak dari duduknya dan segera berlari ke ruang UGD tempat Beby meregang nyawa. Dan di sana, masih ada Beby. Namun segala alat bantu pernafasanya sudah dicabut, karena gadis itu sudah tiada.

"Beby!" Pekik Syifa. Gadis itu memeluk mayat Beby dengan air mata yang tak kunjung mereda. Rasa sesak di hatinya tidak bisa diobati hanya dengan menangis.

Suster yang berada di ruangan yang sama dengan Syifa hanya diam menyaksikan adegan mengharukan di hadapannya. Dimana seorang sahabat, kehilangan sahabatnya.

Steffi memeluk mayat Beby dengan bahu yang naik turun. Yang artinya, gadis itu menangis. Menangis sejadi-jadinya.

Tanpa Syifa minta, pikirannya terlempar pada peristiwa beberapa bulan yang lalu. Pertama kali ia bertemu Beby, lalu berkenalan dengannya, hingga bisa dekat dengan Beby.

Dan semuanya terasa semakin sesak ketika pikiran Syifa melayang ke kejadian tadi malam. Dimana Beby mengetahui semuanya. Dan Beby, sangatlah kecewa.

Tidak ada yang bisa Syifa dan Steffi lakukan saat ini selain menangis karena menyesal.

Sedangkan Angga dan Ari, keduanya masih diam di tempat. Menyembunyikan rasa sesak yang mereka rasakan.

---

Halo. Gimana chapter kali ini? Udah sedih belum?

Kehilangan sahabat itu sakit banget, ya? Apalagi kalau sahabat kita pergi selamanya.

Apalagi kalau kita masih punya masalah sama sahabat kita, kayak cerita Syifa-Beby di Strong Love.

Jadi, jangan sia-siain sahabat kalian kalau kalian masih bisa ketemu sama mereka. Jangan sampe suatu hari nanti, kalian nyesel.

Sampai jumpa di chapter berikutnya👋

Strong Love❌AnggaSyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang