Chapter 25

1.2K 83 12
                                    

Syifa menyesap hot chocolatte di tangannya sambil melihat jalanan kota London yang ramai dengan orang-orang yang barusaja akan kembali ke rumah mereka.

Inilah kebiasaan sore Syifa. Setelah mandi, ia akan berjalan-jalan mengitari taman. Lalu ia akan membeli beberapa snack dan minuman untuk menemani sorenya.

"Uh, dingin." Syifa merapatkab jaketnya agar rasa dinginnya berkurang. Tapi tetap sama saja.

Tes.

Syifa menutup matanya ketika merasakan ada sesuatu yang turun dari hidungnya. Jari Syifa terangkat, menyentuh sebuah cairan berwarna merah itu. Darah. Syifa mimisan.

"Lagi-lagi," gumam gadis itu. Syifa segera merogoh sakunya dan mengambil selembar tisu untuk mengusap darahnya. "Ini--sakit."

***

Vera terus menangis melihat putri semata wayangnya--Syifa--ditemukan pingsan di salah satu taman. Ini yang dia takutkan, Syifa pergi sendirian dan tidak ada yang tahu jika anaknya itu baik-baik saja atau tidak.

Namun sayang, semuanya sudah terjadi.

"Syifa pasti baik. Kita tunggu saja dia siuman," ucap Gerald, Papa baru Syifa.

Vera mengangguk. "Ya, semoga saja dia siuman. Tapi, aku takut--"

"--Tidak ada yang perlu ditakutkan. Syifa adalah gadis yang kuat, seperti kau."

Gerald mencium puncak kepala Vera. Kemudian beralih kepada kening panas Syifa.

Gerald melihat wajah anak tirinya itu.  Dia cantik, namun kini, wajah anaknya itu pucat pasi.

"Apa tidak sebaiknya kita bawa dia ke dokter?"

"Kita tunggu Syifa siuman. Kalau tak kunjung siuman, kita bawa dia ke dokter. Bagaimanapun, kita tidak boleh gegabah."

Vera menutup mulutnya dengan tangan. Matanya tak berhenti menatap putri semata wayangnya yang terbaring lemah di atas kasur.

"Ma.."

Vera menghampiri Syifa yang sudah sedikit membuka mata. Perempuan itu membantu Syifa bangun.

"Syifa, kamu kenapa, nak?" Tanya Gerald.

Syifa menggeleng. "Aku gak pa-pa, Pa. Cuma sedikit pusing aja, kecapean."

Vera mengelus puncak kepala anak perempuannya. "Syifa, kamu beneran gak apa-apa? Kita bisa kok ajak kamu ke rumah sakit buat periksa kalau kamu--"

"--Engga, Ma. Syifa gak pa-pa. Syifa cuma kecapean. Udah itu doang."

***

"Mana sih si Beby?" Angga melontarkan sebuah pertanyaan yang entah untuk siapa. Pastinya bukan untuk Steffi, karena gadis itu sedang mendengar lagu dengan earphone-nya.

"Steff, oy!" Angga mencabut earphone dari telinga kanan Steffi. "Sialan lo, Ngga. Kenapa sih?"

"Gue. Tanya. Mana. Beby?"

"Lo pikir gue mami-nya apa? Ya gue gak tau lah. Balikin earphone gue!"

"Lo kan sepupu-nya. Ya harusnya lo tau lah."

"Eh, kutu kupret, gue itu sepupu-nya, bukan mami-nya. Lagipula kalau gue tau Beby dimana, gue gak akan terus duduk disini sama elo."

"Ck, ya usaha kek."

"Harusnya elo yang usaha. Bukan gue."


---

Halo.

Ini part permulaan dimana 'kehidupan yang baru' bakalan dateng.

Mulai dari part ini, semua tokoh yang masih ada akan pindah dan menetap di London.

Mulai dari part ini, semua tokoh akan mengalami suka duka mereka di London.

Semuanya berubah. Secepat itu.

Strong Love❌AnggaSyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang