Full pemakaman Beby
***
Syifa hanya menatap kosong proses pemakaman Beby. Ia masih merasa bersalah atas kematian Beby. Sejak kemarin, Syifa selalu menangis dan terus meminta agar dirinya dipenjara.
Syifa masih berdiri di tepi makam walaupun sesi pemakaman dan pen-do'a-an sudah berakhir. Syifa masih di sana, sesekali air matanya turun membasahi pipi mulusnya. Bukan hanya Syifa yang ada di sana. Di sana juga ada Angga, Steffi, Ari, dan seorang wanita paruh baya yang terus menyebut nama Beby.
Syifa menghampiri wanit paruh baya itu. "Tante Mamanya Beby?"
Wanita itu mendongak dan mengangguk. "Saya sangat kehilangan putri semata wayang saya."
Syifa tertegun. Rasa bersalah kembali menghinggapi hatinya. "Maaf, Bu, gara-gara saya, Beby pergi."
Mama Beby tersenyum. "Bukan, nak. Ini bukan salah kamu atau salah siapapun. Meskipun saya masih merasa kehilangan, tapi saya sudah merelakan Beby pergi. Semua ini kehendak tuhan, nak. Kematian tidak ada yang tahu kapan dan sebabnya. Jangan menyalahkan diri kamu, karena kamu bukan penyebab semua ini. Ini ajal, nak. Tidak usah terlalu larut dalam kesedihan, nanti Beby tidak tenang di sana."
Syifa mengangguk kemudian berjongkok, menjajarkan dirinya dengan Mama Beby. Gadis itu memeluk Mama Beby dari samping. Mama Beby tersenyum.
"Terima kasih sudah menjadi teman yang baik untuk anak saya. Terima kasih banyak," ucap Mama Beby.
Syifa menggeleng. "Saya tidak menjadi teman yang baik untuk Beby, Tante. Saya--"
"Nak, jangan terus menyalahkan diri kamu sendiri. Ini sudah kehendak tuhan, dan kita tidak bisa merubahnya."
Semenit kemudian, bunyi ponsel Mama Beby memecah keheningan di pemakaman. Mama Beby pamit untuk menerima telfon sebelum akhirnya pamit pergi karena ada sebuah meeting penting.
Kini, tersisa Syifa, Angga, Ari, dan Steffi.
Syifa mengelus nisan Beby seraya tersenyum dengan terpaksa. "By, lo harus tenang di sana. Maafin gue, maafin gue yang gagal buat jadi temen baik lo. Maafin gue yang gagal buat jagain elo."
Angga ikut berjongkok dan merengkuh bahu Syifa. "Syif, apapun yang terjadi di masa lalu, cukup kenang dan sesali sebentar aja. Jangan lama-lama dan jangan terlalu larut dalam sebuah masalah. Inget, masa depan yang cerah nunggu kita."
Syifa menyeka air matanya yang turun begitu saja. Gadis itu masih menatap nisan Beby dengan pandangan kosong.
"Syif, udah. Gausah ditangisin. Beby malah gak tenang di sana." Kini, giliran Steffi yang membuka suara.
"Tapi gue yang gak tenang kalau Beby belum maafin gue."
"Beby pasti maafin elo. Elo tau dia anak yang baik, 'kan? Sekalipun dia luka, dia bakalan dengan mudah maafin siapa yang buat dia luka. Selagi orang itu gak ngulangin hal yang salah sekali lagi."
Syifa menengadah untuk menatap awan yang mulai menghitam karena mendung. Dan semenit kemudian, rintikan air hujan menyapu wajah cantiknya.
Baik Syifa maupun ketiga temannya, masih duduk di sana. Menganggap air hujan hanyalah sebuah udara yang tak harus dianggap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Strong Love❌AnggaSyifa
Fanfiction"Sekuat apapun badai menerjang, kau akan tetap jadi milikku." --- Ini cerita tentang Angga Yunanda, cowok bad boy dan most wanted di sekolahnya. Dia memang awalnya bad boy, tapi semua orang bisa berubah 'kan? Angga juga berubah setelah ia bertemu Sy...