Chapter 49

931 76 6
                                    

Angga masuk ke dalam ruangan serba putih dengan bau obat-obatan yang menusuk indra penciuman. Langkah lelaki itu gontai, matanya panas ketika melihat seorang perempuan tengah tertidur di atas kasur rumah sakit dengan sebuah alat bantu pernafasan yang membutnya bernafas. Ralat, gadis itu bukan tidur, tetapi tak sadarkan diri.

Angga menghampiri kasur di ruangan itu. Kemudian lelaki itu duduk di kursi di sebelah kasur. Diambilnya tangan putih yang kini pucat milik gadis itu, gadisnya, pemilik hatinya.

"Syif, bangun, ya? Aku, Ari, sama Steffi nungguin kamu bangun. Kamu cepetan bangun, aku bakalan ada di sini buat kamu, sampai kamu bangun." Angga mengecup lembut tangan itu. Tangan yang pernah ia genggam, tangan yang pernah mengusap lambutnya lembut, tangan yang pernah menyeka air matanya.

Angga mengangkat kepalanya menatap wajah cantik Syifa yang kini pucat pasi. Wajah cantik yang tertutup oleh alat bantu pernapasan. Wajah yang selalu tersenyum, wajah yang selalu bahagia, wajah yang selalu ceria, kini tanpa ekspresi.

Ceklek.

Pintu ruang inap Syifa terbuka, menampilkan dua pasangan dengan masing-masing dua plastik putih di tangan mereka. Ari dan Steffi.

"Ngga, lo ganti baju terus makan dulu, ya? Gue udah bawa baju lo soalnya lo daritadi pagi lo 'kan belum ganti baju. Bau," jelas Steffi dan berakhir meledek.

Angga mengangguk. "Iya, makasih ya kalian mau setia sama gue sama Syifa."

"Anytime, bro." Ari tersenyum.

"Abis itu jangan lupa makan, ya? Soalnya daritadi pagi lo 'kan belum makan."

***

Angga menatap wajah cantik itu. Ia menutup matanya, sedikit menyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Ngga, kita pulang, ya? 'Kan ada Kak Arnold," bujuk Steffi.

Arnold mengangguk. "Iya, Ngga. Lo pasti capek abis ke pemakaman sepupu lo terus langsung nganter dan nunggu Syifa di sini."

Angga menggeleng. "Gue gak mau pergi sebelum Syifa sadar. Gue mau di sini, sampe Syifa sadar."

Steffi menepuk bahu Angga. "Ngga, udah. Besok kita ke sini lagi, oke? Gue sama Ari anterin elo, kok."

***

Amanda menyeret kopernya di jalanan bandara Soekarno Hatta. Ia menggantung kaca matanya di atas kepala.

Jam di Indonesia menunjukkan pukul delapan pagi dan gadis ini sudah berada di bandara dengan pakaian yang sangat modis. Pakaian Amanda dress selutut berwarna merah dengan hak tinggi yang menyamai hak tinggi milik selebriti Indonesia yang sedang booming akhir-akhir ini, Mimi Peri.

Hari ini, gadis yang tengah berlenggak-lenggok bak lantai bandara adalah catwalk, Amanda, akan terbang ke London untuk mengejar cintanya, Angga.

Amanda memencet sebuah nomer di ponselnya. "Halo? Apa kau sudah bertemu dengan kekasihku?"

"Apa? Tidak ada?! Pastikan kau menemukannya dan saat aku berada di London, segera kau antarkan aku ke rumah kekasihku. Paham, Esa?"

---

Nahloh, Syifa masuk rumah sakit dan Amanda mau ngikutin Angga ke London. Gimana nih?

Beberapa langkah menuju ending. Jangan lupa tinggalkan jejak ya semuanya<3

Sampai jumpa di next chapter👋

Strong Love❌AnggaSyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang