Chapter 40

980 72 7
                                    

Beby mengarahkan rambutnya ke belakang. Hari sudah larut dan Beby tidak tahu harus pergi kemana. Tujuannya hanya satu, pergi sejauh-jauhnya dari Angga.

Beby sebenarnya tidak tahu benar mengapa dia ingin dan berusaha menjauhi Angga padahal berita bahwa Angga punya pacar belum tentu benar dan bisa saja hoax.

Tapi entahlah, menurut Beby, Bryan tidak akan berbohong karena mereka sudah berteman selama 5 tahun, Bryan tidak pernah sekalipun membohonginya.

"Maaf, nona, tapi sedaritadi saya tidak tahu harus mengantar nona kemana. Ini sudah larut malam dan saya akan pulang."

Beby menghembuskan nafas pendek mendengar ucapan supir taksinya. "Yaudah, Pak, antar saya ke London lagi. Saya mau ke perumahan Cassanova."

Supir taksi itu mengangguk mengiyakan apa perintah penumpangnya.

***

Steffi terus mengedarkan pandangannya ke seluruh arah. Berharap Beby datang dan segera meluruhkan semua rasa khawatir dalam lubuk hatinya.

"Sayang, kamu yang tenang." Ari mengelus puncak kepala Steffi. Membuat ketenangan agar gadisnya itu tidak gusar seperti sekarang.

"Gimana aku bisa tenang kalau Beby belum kelihatan? Dia itu tanggung jawab aku, sayang. Mama sama Papa Beby pergi ke luar negeri, dan mereka nitipin Beby ke aku. Kalau mereka nanya aku dimana Beby, aku harus ngomong apa sama mereka?"

Ari menghela nafas. "Udahlah, kamu do'a aja terus dan gausah panik. Sekarang, kita ke rumah orang yang mungkin bakalan didatengin Beby kalau dia lagi kacau."

Steffi berpikir sejenak sebelum akhirnya memekik. "Bryan! Beby selalu pergi ke rumah Bryan waktu dia butuh temen curhat."

Ari mengangguk kemudian melajukan mobilnya menuju rumah Bryan.

***

Sudah hampir malam ketika Beby sampai di salah satu rumah di perumahan elite di London ini. Malam ini, Beby akan menemui Syifa. Beruntung gadis itu sempat menanyakan dimana alamat Syifa.

"Permisi." Beby mengetuk pintu putih yang bahkan tiga kali lebih besar daripada pintu rumahnya.

Pintu itu terbuka. Terlihat seorang perempuan yang masih muda dengan pakaian maid tersenyum kepada Beby.

"Anda mencari siapa?" Tanya perempuan itu.

"Syifa. Apa ini rumah Syifa?"

"Nona Syifa? Nona Syifa ada di atas. Ngomong-ngomong, siapa anda?"

Beby menghela nafas. "Saya teman Syifa. Bisa panggilkan Syifa?"

Perempuan itu mengangguk kemudian berlalu meninggalkan Beby yang masih berdiri di depan pintu. Gadis itu mengeratkan jaketnya supaya udara malam yang dingin tidak menusuk ke dalam tubuhnya.

"Beby?"

Beby mendongak ketika mendengar seseorang menyebut namanya. Ia tersenyum ketika melihat orang itu adalah Syifa.

Syifa sendiri kebingungan dengan hadirnya Beby di malam yang dingin seperti sekarang. Ditambah keadaan gadis itu yang tidak karuan. Mulai dari mata sembab Beby, rambutnya yang sudah tak beraturan, hidung merah. Dan Beby membawa sebuah koper yang membuat Syifa semakin bingung.

"Lo kenapa?" Syifa menghampiri Beby lalu memeluk gadis itu erat. "Cerita ke gue, By."

"Gue--gue kacau, Syif. Gue kabur dari rumah dan gue gak tau harus kemana sekarang."

Syifa mengendorkan pelukannya kemudian menarik koper Beby. "Ayo nginep di rumah gue aja! Kebetulan orang tau gue lagi ke luar kota."

Dan malam itu, Beby benar-benar bersyukur karena bisa mengenal Syifa.

Strong Love❌AnggaSyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang