Chapter 51

963 79 5
                                    

Angga menengadah, menatap langit-langit pagi. Kini, ia sedang berada di rooftop rumah sakit sendirian. Amarahnya masih memuncak saat mendengar bahwa Syifa kritis karena keteledoran Arnold.

Angga menutup matanya ketika angin pagi menyapu wajahnya dengan lembut.

"Ngga," panggil seseorang.

Angga membuka matanya dan melihat siapa yang barusaja memanggilnya. Ari.

"Kenapa, Ri?"

Ari duduk di sebelah Angga kemudian menepuk-nepuk bahu cowok di sebelahnya. "Ngga, gue tau lo sedih waktu denger Syifa kritis, tapi lo gak boleh panik kayak gini."

"Gue gak bakalan panik atau marah kalau denger Syifa kritis karena gue tau, dia kuat buat ngadepin semua ini. Tapi gue bener-bener gak bisa nahan marah waktu denger kalau semua ini gara-gara Arnold yang gak becus jagain cewek gue."

"Ngga, ini bukan sepenuhnya salah Arnold. Dia bilang, dia ke kamar mandi dan sebelumnya, Syifa belum sadar. Terus dia balik, dan Syifa udah jatuh. Harusnya lo dengerin dia dulu, bukan asal nuduh gitu aja."

Angga diam. Ari benar, Angga terlalu gegabah. Tapi dia melakukan semua itu karena takut akan kehilangan gadisnya, Syifa. Angga takut dan tidak siap dengan semua itu.

"Syifa udah boleh dijenguk, tapi dia belum sadar."

***

Dan disinilah Angga sekarang. Ruangan luas yang hanya ada sebuah tempat tidur di tengahnya dan sebuah kursi di sebelah tempat tidur. Di atas bankar rumah sakit, Syifa masih setia menutup matanya.

Mata Angga memanas ketika melihat keadaan gadisnya. Selang infus, alat bantu pernafasan, dan banyak alat medis lain yang dipasangkan pada tubuh gadisnya supaya Syifa bisa tetap di sini. Tidak pergi.

"Syifa, kamu harus kuat, ya? Kamu harus kuat demi aku, demi kita. Aku sayang sama kamu." Angga mengecup kening Syifa.

Angga menggenggam tangan Syifa erat. Seolah berusaha memberi kekuatan pada gadis itu agar bisa kuat. "Syif, bangun, Syif. Aku butuh kamu, kamu harus bangun dan tunjukin ke semua orang kalau kamu baik-baik aja."

Kini, Angga tak lagi bisa membendung air matanya. Air mata membasahi pipinya begitu saja. "Syifa, aku sayang kamu. Kamu harus kuat karena aku bakalan terus ada di sini, di samping kamu sampai kamu bangun dan ceria kayak biasanya."

"Aku gak akan pernah bosen buat bilang, aku sayang kamu."

Angga menempelkan dahinya ke pergelangan tangan Syifa. Menangis tersedu-sedu untuk gadis itu. Angga merasa hampa ketika Syifa tak lagi mengisi hari-harinya dengan tawa. Angga merasa hampa ketika tiba-tiba Syifa hilang dari hari-harinya.

Angga menoleh ke wajah Syifa. Ia kaget ketika melihat setetes air mata keluar dari sudut mata Syifa.

Apa Syifa mendengar semuanya?

"Syifa, Syifa, kamu denger aku? Kamu denger kalau aku sayang sama kamu?" Angga terus menatap wajah manis Syifa, namun tidak ada reaksi lagi dari gadis itu.

Strong Love❌AnggaSyifaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang