{9} JEALOUS ? NO !

2.5K 103 7
                                    

#####

Sepulang sekolah, iren langsung berlari ke kamarnya dan mengunci pintu. Ia melempar tas ranselnya asal kemudian membantingkan badannya ke sofa. Mood nya benar benar buruk saat ini.

Flashback on

Setelah bel pulang berbunyi, para murid berbondong bondong keluar dari kelasnya masing masing. Tapi tidak dengan adhit, ia memilih diam di mejanya dan hanya memperhatikan gerak gerik shiren yang sedang merapikan bukunya.
Merasa diperhatikan, shiren pun menghentikan kegiatannya dan menatap adhit balik.

"Ada apa ?" Tanya shiren datar. Adhit tak menjawab pertanyaan shiren, ia malah menatap shiren lebih dalam.

"Kalau gak ada yang harus diomongin, loe mending pulang. Atau seenggaknya jangan liatin gue kaya gitu" ucap shiren sedikit tegas.
Adhit berdiri dan mendekati shiren, yang langsung membuat shiren mundur selangkah

"Ada yang perlu gue omongin ke loe" jawab adhit sambil terus mendekati shiren selangakah demi selangkah.

"Apa ?" Bersamaan dengan langkah adhit, shiren pun terus mundur

Adhit tak menjawab pertanyaan shiren. Ia terus membuat shiren mundur dan mundur. Hingga punggung shiren membentur tembok. Adhit mengunci tubuh shiren dengan kedua tangannya.

"Apa yang mau loe lakuin ?!" Shiren berusaha melepaskan tangan adhit. Tapi apa daya, tenaga shiren tak ada apa apanya dibandingkan adhit.

"Loe!" Tatapan adhit yang semula sangatlah lembut, seketika berubah menjadi garang.

"A-a-ada apa?" Tanya shiren gelagapan. Ia benar benar takut dengan adhit yang sekarang.

"Kemana loe selama ini ? Hah?" Tanya adhit yang langsung membuat shiren bungkam

"Loe gak perlu tau !!" Jawab shiren.

"GUE MAU TAU LOE KEMANA SELAMA INI HAH ?!! LOE BENER BENER BIKIN GUE GILA !!" Teriak adhit. Kemudian adhit mencengkram kedua pergelangan tangan shiren dan langsung memeluk shiren.

"Gue gak akan biarin loe pergi lagi mulai sekarang, loe denger itu ?" Bisik adhit tepat ditelinga shiren. Adhit melepaskan cengkramannya dan mundur beberapa langkah menjauh dari shiren. Shiren hanya menunduk, ia takut melihat adhit. Namun mereka tidak sadar bahwa sedari tadi ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dan sepasang telinga yang terus mendengarkan mereka, yaitu iren.
Adhit mengambil tasnya dan berjalan ke arah pintu, yang membuat iren langsung berlari. Adhit menghentikan langkahnya tepat diambang pintu.

"Gue masih sayang sama loe...gak ada yang berubah" ucap adhit. Kemudian ia melanjutkan langkahnya keluar meninggalkan shiren yang masih terdiam

"Gue...gue juga sayang loe dhit" bisik shiren sangat pelan.

Iren berlari ke tempat parkiran. Ketika melihat adhit, ia langsung bersembunyi di balik salah satu mobil. Entah kenapa ia mendadak sesak saat melihat yang dilakukan adhit pada shiren tadi

"Kemana nana sih ? Apa dia udah pulang ? Sendiri ? Buset tuh anak udah gue bilangin jangan pulang sendiri. Masih aja ga nurut" gerutu adhit sembari mendekati mobilnya.

Iren masih bersembunyi dibalik mobil, namun ia masih bisa mendengar perkataan adhit. Sebenarnya saat ia ke kelas adhit, ia ingin pulang bersama adhit karena ia tak ada teman untuk pulang.

"Gue belum pulang gas" bisik iren. Ketika ia rasa adhit sudah pergi, ia berdiri dan merapikan seragamnya. Namun ia dikagetkan dengan datangnya shiren ke parkiran. Tetapi iren berusaha tak peduli dan berjalan melewati shiren.

Shiren yang melihat iren pun berusaha menghampiri iren. Tapi iren mempercepat langkahnya seakan tau bahwa shiren ingin menghampirinya.

Iren memberhentikan taxi dan langsung masuk. Shiren tak bisa mengejarnya lagi dan hanya mampu menatap taxi yang iren naiki. Sepanjang jalan iren terus mengusap dadanya, sesak yang ia rasakan tak kunjung hilang.

Flashback off

Iren menatap dirinya di depan cermin. Ia tak tau apa yang terjadi dengan hatinya. Ia tak bisa melawan sesak yang sedari tadi terus menggerogotinya.

"Gue takut agas pergi...cuma agas tempat gue saat ini. Gue gak akan biarin shiren bikin agas sakit lagi" ucap iren purau. Iren mungkin memang belum mencintai adhit, namun rasa memiliki adhit terus membuatnya takut kehilangan. Karena hanya adhit yang selalu ada untuknya. Ia hanya takut agasnya akan pergi.

"IREN !! CEPET KELUAR MAKAN" teriak bang fahri dari luar.

"IYA BANG BENTARAN KEK" jawab iren. Segera ia berganti baju.

—————

Malam ini adhit tengah duduk dikursi balkonnya. Ia sedang membutuhkan seseorang disampingnya. Ia ingin mengadukan semuanya yang ia rasakan. Hanya satu nama yang terlintas dipikirannya yaitu nana...
Adhit mulai mencari nama istrinya itu di daftar kontaknya

Tut...tut...

Na...angkat apa susahnya

"Na"

"Ada apa malem malem loe nelpon gue tumben"

"Suka suka gue lah, orang gue nelpon istri gue kok bukan istri orang"

"Yaudah ada apa ?"

"Loe lagi sibuk gak ? Loe lagi dimana sekarang ?"

"Wah gausah ditanya...gue lagi di balkon"

"Emang loe sibuk apaan ?"

"Biasa...gas gue liat cogan dibawah. Anjir gas ganteng banget"

"Istri durhaka loe"

"Hehe lumayan gas cuci mata ih"

"Awas loe, kali ajah tuh cowo tuyul"

"AGAS !!"

"Anjir na sakit kuping gue !"

"Lagian loe sih, loe mau ngapain sih telpon gue hah ?"

"Gue mau curhat"

"Curhat apa ?"

"Loe tau kan, shiren balik lagi"

Deg...tiba tiba saja hati iren sesak mendengar nama itu

"Ya gue tau"

"Gue harus gimana na ?"

"Agas...kalau loe masih sayang, loe kejar aja shiren sampai dapet. Jangan biarin dia pergi lagi" entah kenapa kata kata itu keluar dari mulut iren.

"Makasih na"

"Yaudah sekarang loe tidur"

"Berasa punya istri gue kalau gini"

"Gue emang istri loe pehul"

"Hehe...yaudah loe tidur juga, gausah liatin cogan cogan. Emang suami loe kurang ganteng ?"

"Iyah iyah"

Tut...tut...

Setelah mendengar penuturan iren, adhit sedikit tenang. Memang hanya iren lah yang mampu membuat adhit lebih baik.

~~~

Maaf part ini agak pendek ya. Part selanjutnya panjang deh 👌

♡see you next part guys♡

ADHIT DAN IRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang