{23} HURT

2.2K 91 20
                                    

Happy reading guys...

Rasa bosan sepertinya sudah melanda adhit sedari tadi. Matanya memang menatap ke depan, tetapi pikirannya melayang entah kemana. Jari jemarinya memainkan  ujung pulpen yang diketuk ketukkan pada meja.

"Lu kenapa bro ?" Tanya saki sedikit berbisik.

"Bosen gua"

"Lu alesan kek ke toilet atau apalah" jawab sakti.

"Pinter" satu kata dari adhit itu mengakhiri percakapan mereka. Adhit berjalan menuju meja guru.

"Bu, saya ijin ke toilet" kata adhit sedikit membungkukkan badannya.

"Silahkan na" jawab guru kimia.

Rupanya shiren memperhatikan adhit. Dalam hatinya ia ingin sekali mengikuti adhit keluar.

Untung ni guru baik gumam adhit sembari keluar dari kelas. Di luar ia langsung disambut oleh hembusan angin lembut yang membuat rambutnya sedikit acak acakan. Bisa dibayangkan bagaimana mempesonanya adhit.

Matanya sengaja ia tutup untuk menikmati kebebasan sesaat ini :v lalu ia berjalan menaiki tangga. Sebenarnya ia tak tau mau kemana, satu satunya tujuan yang benar adalah loteng sekolah. Tempat yang sering ia kunjungi saat ingin menenangkan pikirannya.

"Huh..." keluh adhit sembari duduk bersila di atas batu beras yang ada di loteng.

"Hai..." tiba tiba suara perempuan dibelakang adhit mengagetkannya. Ia berbalik melihat sosok tersebut.
Seketika senyumnya mengembang memperlihatkan kehangatan kepada sosok yang sekarang ada di depannya itu.

"Boleh aku ikut duduk gak ?" Tanya shiren. Ya, perempuan itu adalah shiren. Adhit menjawabnya dengan mengangguk.

"Kok kamu keluar si dhit ?"

"Bosen"

"Aku juga"

Menit kemudian tak ada lagi yang berbicara diantara mereka. Shiren terfokus kedepan sementara tanpa shiren sadari, adhit sedari tadi memperhatikannya. Rupanya wajah shiren jauh lebih menarik bagi adhit ketimbang pemandangan yang ada di depannya.

Setelah puas memandangi shiren, adhit membaringkan tubuhnya dengan tangan kanan sebagai bantalan. Entah keinginan dari mana, tiba tiba tangan shiren memainkan rambut adhit yang sedikit acak cakan, ia menyisir ramut adhit dengan tiga jarinya.

Rasa nyaman langsung menyelimuti adhit. Ia menikmati setiap sentuhan dari tangan mungil shiren. Satu hal yang kurang...sentuhan shiren tak senyaman sentuhan iren...

Tiba tiba di depan adhit muncul bayangan perempuan mungil berambut panjang dengan satu orang perempuan lagi di belakangnya. Adhit tau betul siapa dia, ia langsung berbalik ke belakang...

Nana....

Ya, perempuan itu adalah iren, adhit sangat mengenalnya. Adhit mengerutkan dahinya bingung melihat sikap iren yang tiba tiba pergi begitu saja.

"Iren ? Mana iren ?" Tanya shiren.

"Shiren, gua ke kelas dulu" adhit langsung meninggalkan shiren. Hatinya merasa tidak enak semenjak melihat iren. Bukan ia takut iren cemburu, karena dalam pikirannya iren tak mungkin cemburu. Tapi tetap saja ia tak enak kepada iren dan mood nya mendadak buruk.

Adhit kembali memasuki kelas, sedangkan shiren mengikutinya dari belakang. Sampai sekarang shiren tak tau apa yang terjadi pada adhit. Ia bahkan tak melihat iren. Kalau pun tadi iren datang, lalu apa masalahnya ? Hanya itu yang dipikirkan shiren.

"Aduh iren, lu kenapa si hah ?" Tanya nisa sembari mengelus pergelangan tangannya yang merah akibat ditarik iren.

"Ayo cepet ah gue males" ketus iren. Sebenarnya nisa juga melihat adhit dan shiren disana.

ADHIT DAN IRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang