"Gimana tempat kost-nya?"
"Gimana apanya?"
"Enak nggak?"
"Nggak. Soalnya kan nggak bisa dimakan."
"Yohana, Ibu serius, tau!"
"Hana juga serius, Bu."
"Jawab pertanyaan Ibu yang benar. Kalau nggak, nanti uang bulanan kamu untuk bulan depan Ibu potong."
Mendengar ancaman dari Ibu yang bicara dengannya melalui telepon, kontan Hana dibuat mendengus. "Kost-nya lumayan."
"Lumayan gimana?"
"Begitulah."
"Maksud Ibu tuh, tempat kost-nya nyaman apa nggak?"
"Kalau masalah kenyamanan sih lumayan. Cuma kalau dibandingkan sama Istana Negara tempat bapak presiden tinggal ya pasti beda jauh."
Ibu berdecak, tapi seperti telah memaklumi kelakuan anak perempuannya itu. "Udah dapet teman di kampus?"
"Kalau calon teman hidup belum dapet."
"Yohana!"
Cewek itu terkekeh sambil berjalan mendekati meja untuk meraih sebungkus keripik kentang yang tergeletak di atasnya. Dengan sekali gerakan, dia merobek salah satu sudut kemasan plastik makanan tersebut sebelum meraup segenggam keripik. "Iya, Ibu?"
"Ibu serius."
"Lagian, Ibu nanya terus dari tadi udah kayak orang HRD lagi interview pelamar kerja. Aku baik-baik aja disini. Seru, malah. Tinggal sendiri. Cari makan sendiri. Jalan-jalan sendiri. Belajar sendiri. Nggak direcokin sama Aa dan si Kutu Kupret." Aa dan Kutu Kupret yang dimaksud oleh Hana adalah kakak laki-laki dan adik perempuannya.
"Nyuci sendiri?"
"Pengennya gitu. Tapi nanti dikira pelit. Jadi soal cuci-mencuci, biar mbak-mbak laundry yang menjalankan tugasnya."
Ibu menghela napas panjang. "Kamar kamu udah dirapihin? Terakhir Ibu tanya Edgar, katanya kamar kamu udah menjelma jadi lokasi percintaan terlarang antara tikus dan kecoak."
Hana melotot. "Batak bilang gitu?!"
"Hana, namanya Edgar. Ed-gar. Jangan panggil dia 'Batak' melulu. Nggak sopan, tau. Kalau didengar orang Batak, bisa-bisa kamu digolok."
"Ibu, di Tanah Batak nggak ada golok. Adanya Piso Toba."
"Halah, kalau udah urusan ngebantah Ibu, kamu suka tiba-tiba pintar gini. Pas ulangan mendadak amnesia sampai nilai raport kamu waktu masih sekolah merah semua."
Hana nyengir. "Tandanya aku anaknya nyeni. Jadi raportnya penuh warna."
"Raport kamu lebih mirip kebon cabe daripada karya seni." Ibu mengomel lagi. "Kamar kamu udah dirapihin belum?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love Song
Teen Fiction[Completed] (sebagian chapters diprivat untuk followers, follow untuk membaca) Untukmu, yang berani singgah namun tak pernah sungguh. Tentang kita, yang dulu sedekat nadi tapi terlalu rumit untuk menjadi. Dariku, yang masih...