R I N J A N I
Siang ini panas dan karena Edgar nggak terlihat hampir dimanapun, gue memilih nongkrong di kantin fakultas sama Desna. Tentu saja kantin fakultas yang gue maksud bukan kantin teknik. Saking seringnya gue ngeliat Edgar nongkrong sama anak-anak itu di kantin teknik, ada rasa antipati yang tanpa sadar terbangun dalam diri gue. Nggak, bukan berarti gue membenci teman-temannya Edgar. Gue mengerti kalau gue mengenal Edgar lebih belakangan dari mereka, cuma, sometimes, gue merasa mereka terlalu memonopoli waktu Edgar.
Kayak misalnya Hana. Dia nggak jahat. Dia juga bukan tipe cewek nyebelin yang masang tampang baik di depan tapi diam-diam ngomongin yang jelek-jelek di belakang. Tapi seringkali dia mengganggu Edgar tanpa kenal waktu. Yah, mungkin menggunakan istilah mengganggu juga nggak tepat. Meski begitu, tetap aja, kalau dia tau Edgar lagi pedekate sama gue, bukankah seharusnya dia tahu diri? Lagipula, setahu gue, dia lagi sibuk ngejar cinta Ketua BEM FK yang sering disebut-sebut manusia setengah dewa itu—karena agenda organisasinya yang berjubel namun nilai IP tiap semesternya masih bisa dimasukkan ke dalam kategori cum laude.
"Muka lo asem banget." Desna berkomentar setelah kita duduk bertemankan dua gelas es teh yang salah satunya gue aduk malas-malasan pakai sedotan. "Kenapa, sih? Masalah kewajiban danus buat semua anak-anak FSRD?"
Ah, sial. Sebenarnya gue sedang mumet karena memikirkan Edgar yang selama beberapa hari ini sangat sibuk sampai nggak sempat mengabari gue—dan gue punya dugaan kuat penyebab kesibukannya itu tidak lain dan tidak bukan masih Hana—tapi Desna justru membawa masalah menyebalkan lain yang sempat gue lupakan sejenak. Iya, ini berhubungan sama kewajiban danus buat acara tahunan FSRD yang bakal diadakan sebentar lagi. Buat lo yang belum tau apa itu danus, danus adalah akronim dari dana usaha alias ajang pengumpulan dana secara swadaya untuk mendukung acara mahasiswa. Pengumpulan dana itu biasanya melalui cara berdagang. Apa barang yang didagangkan? Macam-macam, mulai dari yang paling umum seperti makanan sampai komoditas nyeleneh seperti jadi joki laporan mingguan untuk anak-anak fakultas lain yang malas ngetik dan merangkai kata buat laporan mereka.
Tahun ini, yang kena kewajiban melakukan danus bukan cuma panitia acara, tapi seluruh mahasiswa. Sebabnya, ada salah satu dari sponsor besar yang memutuskan nggak menjadi sponsor untuk acara tahun ini. Pemberitahuannya juga mendadak hingga kecil kemungkinan panitia bisa menemukan sponsor baru yang mau kasih dana sebesar sponsor yang mengundurkan diri itu, jadilah mereka punya ide kreatif memberdayakan seluruh penghuni FSRD yang mayoritas dihuni kupu-kupu—atau dikenal juga sebagai mahasiswa yang hobi kuliah-pulang kuliah-pulang tanpa terlibat kegiatan apa pun lagi di luar rutinitas akademik.
"Bukan itu. Tapi karena lo bawa-bawa itu, gue jadi tambah bete. Sampah banget."
"Kenapa bete?"
"Lo pikir aja." Gue membalas jengkel, jadi ikut-ikutan kesal sama Desna meski dia nggak salah. Mau gimana ya, langit siang ini panas banget. Nggak ada awan terlihat, sehingga matahari bisa bersinar sepuas hati. Udah situasi di luar panas, dalam diri gue jadi ikut-ikutan panas. Masih untung gue nggak meledak saat itu juga. "Gue udah pusing mikirin Edgar dan dia yang keseringan ngehabisin waktu bareng temen-temennya itu akhir-akhir ini, sekarang malah diingatin sama soal danusan keparat."
"Namanya juga cowok. Wajar kalau sering ngumpul sama teman-temannya."
Gue menatap sinis pada Desna. "Masalahnya, demi lebih sering ngumpul sama temen ceweknya yang satu ini daripada sama teman-teman cowoknya."
"Cewek? Masih Hana?"
"Menurut lo, Edgar bakal mepet sama Raya?"
Desna menggaruk kepalanya yang nggak gatal karena jelas dia nggak ketombean. "Gila bener, sih. Kalau gini, gue jadi mikir Hana itu beneran nggak tau diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love Song
Ficção Adolescente[Completed] (sebagian chapters diprivat untuk followers, follow untuk membaca) Untukmu, yang berani singgah namun tak pernah sungguh. Tentang kita, yang dulu sedekat nadi tapi terlalu rumit untuk menjadi. Dariku, yang masih...