*
R i n j a n i
"Gue nggak percaya ternyata Wonder Woman kayak lo bisa sakit juga."
Gue cuma bisa senyum tipis waktu dengar Desna ngomong gitu. Dia benar juga, sih. Gue bukan jenis orang yang gampang sakit, sekalipun kegiatan gue padat dan tugas kuliah menumpuk. Gue juga nggak ingat kenapa tau-tau gue bisa ada di sini. Mulai dari tadi pagi, emang sempat kerasa nggak enak badan dan semuanya memburuk menjelang sore. Gue rasa gue pingsan, karena setelah semuanya sempat gelap tiba-tiba saat gue lagi duduk di kantin jurusan, tahu-tahu waktu bangun, gue udah berada di sini—ruangan rumah sakit berdinding pucat yang bau obat, dikelilingi oleh teman-teman gue.
"Ternyata lo nggak sejahat itu sama dokter-dokter. Bagus. Sempat-sempatin kek seenggaknya sakit setahun sekali." Fahmi berkelakar, membuat yang lainnya ikut tertawa. Gue lagi-lagi hanya bisa tersenyum. Oke, mungkin nggak begitu.
Mungkin gue paham kenapa gue tumbang hari ini.
Beberapa waktu belakangan, segalanya jadi nggak terkendali buat gue, terutama secara emosional. Anggap aja gue norak, tapi ditinggal oleh orang yang lagi benar-benar lo sayang tuh memang sesakit itu. Kayak, sebelumnya hidup lo baik-baik aja, kemudian dia datang, lalu saat lo sudah terbiasa dengan adanya dia dalam hidup lo, dia pergi, menjauh, menatap lo dengan benci. Gue lupa bagaimana gue menjalani hidup gue sebelum ada dia. Gue yakin, gue pasti terdengar seperti cewek-cewek labil baru puber yang hobi ngegalau di media sosial, but trust me, I can't get him out of my head. Ada banyak hal-hal sepele yang membuat gue teringat sama dia, mulai dari langit malam yang banyak bintangnya, sketsa berantakan di buku gambar sampai bekas noda cat air di kaus kesayangan gue—bekas catnya, yang nggak mau hilang, nggak peduli itu baju sudah dilaundry berapa kali.
Gue lupa makan. Gue nggak bisa tidur. Gue nggak ingat kalau sebelumnya gue punya kehidupan yang santai-santai aja, yang baik-baik aja tanpa dia.
Di saat yang sama, kegiatan gue tetap hectic kayak biasanya dan yah, lo bisa tebak sendiri. Gue tetap manusia, bukan robot. Gue bisa lelah, walau tanpa gue sadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love Song
Teen Fiction[Completed] (sebagian chapters diprivat untuk followers, follow untuk membaca) Untukmu, yang berani singgah namun tak pernah sungguh. Tentang kita, yang dulu sedekat nadi tapi terlalu rumit untuk menjadi. Dariku, yang masih...