36 - Reality Show

35.9K 6.5K 1.3K
                                    

🌼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌼

H a n a

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

H a n a

Gue perlu disadarkan dari mimpi buruk ini. Kepinginnya sih disadarkan seperti Aurora, melalui ciuman pangeran tampan. Tapi berhubung pangeran tampannya sendiri lagi bertanya-tanya di seberang sana soal rumor yang sekarang sedang menimpa gue—dan jujur, gue belum berani buka pesan dari Dio, jadilah, gue hanya bisa menabok muka gue sendiri keras-keras. Ternyata sakit, para pemirsa. Berarti ini semua bukan mimpi.

Oke sip, jika begitu, maka sekarang adalah saatnya berpikir keras.

Gue nggak tahu dari mana semua gosip nggak jelas ini bersumber, tapi feeling gue mengatakan pasti ada keterlibatan Edgar di dalamnya. Gue membuka LINE, sempat berniat buat nelepon dia via kuota karena sesungguhnya gue masih tergolong ke dalam milennial jaman sekarang yang punya kuota tapi tak punya pulsa. Namun kemudian, gue membatalkan niat. Soalnya notifikasi LINE gue lagi jebol-jebolnya, cuk. Tiap detik pasti ada chat baru, mau itu dari grup, personal chat atau broadcast paid promote official account nirfaedah yang gue add. Jadi, buka LINE malah bikin gue makin pusing.

Tidak ada pilihan lain, gue harus nemuin Edgar secara langsung.

Tentu tidak sendiri. Pertama, gue nggak mau cengo kayak bandeng mau digoreng di depan Edgar—meskipun sebenernya dalam kehidupan sehari-hari, cengo is my way of life gitu loh (ea gue jadi kedengaran kayak anak gaul Jaksel sekarang, tapi gimana ya, kalau gue harus jujur, gue emang lumayan masih ngomong Jaklish gitu deh). Kedua, gue nggak mau jadi korban tindakan tidak senonoh yang mungkin bakal Edgar lakukan ke gue. Gini-gini, gue itu lebih berlekuk dari pohon bambu. Terus, Edgar juga kayaknya naksir berat kan sama gue sampai-sampai kelakuannya jadi kayak bucin nggak ada obat macam semalam.

Yah, siapa juga ya yang nggak bakal naksir berat sama seorang Yohana.

Gue beralih membuka aplikasi WhatsApp buat menelepon Faris. Sialnya, telepon gue nggak diangkat. Gue curiga ini anak balik tidur lagi, setelah ngebel gue pagi-pagi buta. Gaya hidup Faris tuh emang gitu, bernyawa saat malam, tewas saat siang. Dipikir-pikir, kalau masa-masa dia terjaga sepanjang malam diisi dengan beribadah, niscaya dia sudah punya Meikarta-nya sendiri di surga sana. Tapi lo tahu sendiri-lah Faris. Bukannya membangun Meikarta di surga, dia malah sibuk membentuk Bantargebang di neraka.

Secret Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang