39 - Finale

104K 7.8K 3.5K
                                    

memikirkanmu;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

memikirkanmu;

aku senang menyadari waktu

tiba-tiba berhenti dan bertanya:

usai di sini saja?

—Aan Mansyur—

🌸

E d g a r

Hana lagi duduk di depan meja barista kayak biasanya begitu gue sampai di kafe Rainer. Mereka ngobrolin entah apa, tapi gue lihat Rainer sempat tertunduk sedikit, kemudian tertawa kecil waktu Hana bangkit dengan barbar dari kursi tinggi yang dia duduki dan menepuk-nepuk bagian depan kemeja putih yang dia pakai. Gestur biasa dari seorang teman kepada temannya. Gue iri, karena kayaknya udah lama banget sejak terakhir kali gue dan Hana bisa kelihatan sedekat itu.

Yah, sebenarnya mulai hari ini, gue memutuskan untuk nggak lagi mempedulikan apa kata orang, sih. Awalnya agak khawatir juga, karena mulut nyinyir khalayak ramai tuh suka bisa sejahat itu dan gue nggak mau Hana lagi-lagi jadi bahan gosip yang nggak-nggak. Tapi ternyata ya, berjauhan beberapa bulan juga nggak ngaruh-ngaruh amat. Begitu mereka lihat gue dan Hana duduk bareng di kantin, mereka mulai ngegosip lagi. Untungnya, nggak separah bulan-bulan lalu. Mungkin karena Rinjani juga udah kelihatan baik-baik aja dengan hidupnya dan Dio kelewat sibuk sama proker-proker berikut tugas kuliah yang jadi tanggung jawab dia. Gosipnya kali ini adalah; pada akhirnya gue dan Hana benar-benar pacaran.

Gue nggak tahu apakah gue harus senang atau justru sedih, karena kenyataannya nggak sebagus itu. Atau bisa jadi gue senang, karena dia bisa jadi benar-benar punya gue, sekalipun dalam kebohongan. Je sempat nanya soal gosip itu di kampus. Juga Faris. Atau Rama. Harusnya gue bisa langsung bilang kalau itu hanya gosip, tapi kenyataannya gue memilih diam.

Diam yang betul-betul kepingin gue ganti dengan 'iya'.

Nggak tahu deh, suka-suka mereka aja mau ngambil kesimpulan apa.

Rainer menyadari kehadiran gue ketika gue mendekat. Dia menunduk sedikit, berbisik pada Hana. Cewek itu nggak menoleh, berlagak sibuk dengan kopinya. Gue berdecak, meraih kursi tinggi di sebelahnya dan duduk di sana.

"Ngopi sendirian aja, nggak ngajak-ngajak."

"Tadi lo masih kelas." Hana beralasan.

"Alasan aja lo. Harusnya kan bisa nungguin gue."

"Gue nggak suka nongkrong di kampus sendirian." Hana menjawab sekenanya, mampu bikin gue terdiam walau cuma sebentar. Gue hampir lupa jika selama beberapa bulan ini, dia selalu sendirian. Raya terlalu jauh buat bisa dengar curhatannya sepanjang waktu. Desna dan gerombolannya praktis sudah nggak lagi jadi temannya sejak peristiwa yang melibatkan dia, gue dan Rinjani. Gue nyaris yakin, mereka bahkan membencinya. Berada di dekat gue hanya akan menambah masalahnya. Dio terlalu sibuk. Dia cuma punya Faris, Rama atau Je. Itu pun harus saingan sama cewek-cewek yang lagi mereka pepet atau sesi permainan PES sampai tengah malam.

Secret Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang