HANA
Untuk pertama kalinya dalam hidup gue, sore ini gue berinisiatif membongkar koleksi dari fosil-fosil purbakala peninggalan masa SMA gue yang luar biasa nista. Kalau lo bertanya kenapa gue membawa fosil-fosil yang super berat tersebut secara repot-repot dari rumah ke tempat gue kost, percayalah itu bukan karena gue bego, melainkan karena gue adalah pribadi yang sangat visioner. Jadi, waktu masih SMA, gue sudah sering menyaksikan abang gue yang kapasitas otaknya tidak lebih besar dari suara telolet bus bolak-balik dari tempat kost ke rumah cuma untuk ngaduk-ngaduk gudang karena mencari bahan-bahan pelajarannya jaman SMA yang konon sangat bermanfaat di era kuliahan.
Gue ini adalah orang yang berprinsip terjebak nostalgia boleh, tapi terjebak kebodohan yang hakiki jangan. Dengan demikian, ketika pada akhirnya gue memiliki kesempatan untuk kuliah ke kota lain yang mana Nyokap gue mau tidak mau harus mengizinkan gue tinggal terpisah dengan beliau, gue membawa berkardus-kardus buku-buku dan lembaran catatan gue jaman SMA turut serta menyambut kebebasan.
Yah, tapi namanya juga dunia. Jangan dibandingkan antara ekspektasi dan realita. Kalau ekspektasi dan realita sejalan, Ahok sama Habib Rizieq mungkin sudah jadi sahabat karib yang kerap bermain golf bersama, bukannya berhadapan di pengadilan dengan kasus penodaan agama. Ea, kenapa gue jadi ngelantur gini. Intinya gitu deh. Manusia boleh saja berusaha, tapi Tuhan juga yang berkuasa. Sehingga meski gue sudah berikhtiar dengan membawa buku-buku yang kalau dikilo mungkin bisa membeli satu rak penuh berisi piring cantik, jangankan dibuka, diliat aja jarang. Boro-boro buka ulang tulisan jaman SMA, print out materi yang dikasih dosen aja sering lupa gue taro dimana.
Namun, itu tidak boleh terjadi hari ini.
Kenapa?
Sebab sesungguhnya, manusia itu hendaknya berubah ke arah yang lebih baik. Kalau sore ini gue berniat luhur membuka ulang catatan jaman SMA untuk belajar, kenapa harus ribet dicari alasannya segala? Terutama kalau malamnya gue bakal ada makan malam perdana bersama kakandaku Kangmas Dio Alvaro.
Ehehehe.
Gue nggak melakukan tindakan mulia ini karena cowok kok, sama sekali nggak. Tapi namanya juga pedekate ya, shay. Kita harus mengerahkan segenap daya dan upaya supaya kemakmuran hubungan antara daku dan dirinya bisa tercipta. Salah satunya adalah dengan membaca catatan Biologi yang dulu sempat malas-malasan gue bikin saat SMA. Hampir di semua kelas Biologi, gue selalu tidur. Atau mantengin papan tulis sambil bertanya-tanya kenapa papan tulisnya warna putih dan kenapa spidolnya warna hitam. Kali aja bisa kayak Newton yang nemuin teori hanya gara-gara ngeliat buah apel jatuh. Tapi sebelum lo menghakimi gue, gue punya pembelaan diri. Gue pernah kok nggak tidur di kelas Biologi, walau cuma sekali. Lebih tepatnya, waktu pelajarannya lagi bahas bab reproduksi manusia.
Bagian reproduksi manusia adalah bab paling berfaedah buat gue selama gue belajar Biologi. Paling nggak, gue jadi punya istilah ilmiah buat nyebut kolaborasi antara dua anak manusia berlainan jenis dalam menciptakan generasi berikutnya. Sebutannya kopulasi. Gila, sangat-sangat ilmuwan, tidak selevel dengan istilah receh yang kerap digunakan menyebut situasi serupa seperti misalnya ena-ena, ewe-ewean atau ikeh-ikeh.
Tapi sayangnya, sore ini gue nggak membaca tentang reproduksi, yang mana adalah satu-satunya bab yang menjadi kekuatan gue dalam mata pelajaran Biologi. Soalnya ini kan riset buat ngobrol sama Dio nanti malam. Masak sambil makan gitu, gue mau ngajakin dia ngomongin kopulasi? Bisa runtuh dong citra gue sebagai cewek polos dengan hati suci dan wajah tidak berdosa. Oleh karena itu, demi kemaslahatan umat, gue memilih bab lainnya yang dulu sempat membuat gue pusing setengah mati—dan membuat teman gue terlihat luar biasa pintar ketika dapet tugas untuk presentasiin bab itu di depan kelas. Bab yang gue maksud adalah bab tentang DNA dan pewarisan sifat—dimana biasanya ada bagian persilangan yang ngomongin kacang, kelinci, orang buta warna, dan tidak lupa, foto seorang bapak-bapak kalem berkacamata yang disebut Bapak Genetika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love Song
Teen Fiction[Completed] (sebagian chapters diprivat untuk followers, follow untuk membaca) Untukmu, yang berani singgah namun tak pernah sungguh. Tentang kita, yang dulu sedekat nadi tapi terlalu rumit untuk menjadi. Dariku, yang masih...