-Rey's Pov
Gak kerasa, sekarang udah lebaran lagi aja, perasaan baru kemaren gue kena amuk mak Yani, wkwk.
Lebaran gue juluki hari kenyang sedunia, ketupat, opor, rendang, sayur di dapur banyak seabrek, bisa puas-puasin untuk makan.
Allahuakbar!
Allahuakbar!
Allahuakbar!
Laillahaillallah huwallah huakbar!
"Andra! Ayo kamu cepet pakek kope'ah kamu!" Terdengar pekikan bunda yang terdengar rempong, biasa mak-mak.
"Kamu juga, Yah, cepet dong pakek sarungnya, ntar kita gak kebagian tempat shalat." Kali ini pekikan bunda terdengar untuk ayah.
"Dirga! Udah kamu jangan mantengin handphone mulu. Gak bakalan ada yang nge-chat!"
Gue mengacungkan jempol kepada orang yang anggap ibu-ibu itu rempong karena nyatanya emang kek gitu, tapi bagaimana pun mereka adalah ibu kita, yang sudah bertaruh nyawa demi melahirkan kita.
"Rey kamu udah siap?" Gue hanya mengangguk.
Gue melirik ke arah abang-abang dan ayah gue, mereka tampak mencebikkan bibir mereka.
"Yaudah ayo cepet, tinggalin aja lah mereka mah. Bunda pusing ngurusin nya!" Ucap bunda membuat gue terkekeh.
Lalu gue mengikuti bunda yang sudah jalan duluan keluar rumah dan gue diikuti yang lain. Aduh, jadi berasa di jagain padahal mah enggak, hehehe.
Selama perjalanan bunyinya takbir terus terdengar menjadi sountrack dari suasana hari ini. Dan ketika sampai di tempat yang akan di adakannya shalat Idul Fitri, gue, ayah dan kedua Abang gue berpisah dengan bunda yang emang begitu prosesdur nya juga.
"Andra, dah kamu bentangin aja nih koran yang ayah bawa." Gue melihat ayah yang tengah kerepotan mempersiapkan alas untuk shalat.
"Sekarang giliran kamu Dirga, cepet kamu susun sajadahnya!"
Bunda gue sama ayah gue emang cocok, sama-sama rempong.
"Kamu juga Rey, jangan diem aja! Cepet kamu susun tuh sepatu-sepatu biar gak ngehalangin." Gue mendengus kesal, udah seneng gak di suruh apa-apa.
Malah dapet bagian nyusun sepatu, jadi berasa kek penjaga masjid deh, apa sih tuh namanya? Gue lupa! Au ah!***
Setelah selesai menunaikan shalat Idul Fitri, gue dan yang lain pun segera pulang untuk mulai menyambut tamu-tamu yang akan berdatangan ke rumah untuk bersilahturahmi.
"Bun, ntar pada ngasih duit kan?" Tanya gue.
Bunda mencebikkan bibir nya tak percaya, "Gatau, liat aja ntar. Kamu kan dah gede, mana ada yang mau ngasih anak segede kamu!" Balas bunda.
Sedangkan bang Andra dan bang Dirga tengah asik menyusun kursi dan meja juga menata kue-kue yang akan di sediakan untuk para tamu.
"Assalamu'alaikum." Terdengar suara yang membuat gue dan yang lainnya menoleh ke arah pintu. Bunda pun berjalan untuk membukakan pintu tersebut.
Clek...
"Wa'alaikum salam, ah Gladis dan mamahnya toh. Silahkan masuk!" Dan sekita saat itu pula, Andra terlihat ketakutan.
Menyadari ketakutan di wajah bang Andra, ayah menepuk pundak bang Andra membuatnya mendongak. "Kenapa kamu? Kok kek ketakutan gitu sih?" Tanya ayah heran.
Bang Andra menggeleng, "Gapapa yah, cuman berharap aja gak akan ada kejadian yang tidak di inginkan di hari yang suci ini, hehehehe." Ayah mengedikkan bahunya acuh tak acuh.
Sedangkan lagi-lagi bang Andra terlihat was-was menatap kak Gladis yang tengah menatapnya dengan senyumannya. Gue terkekeh, dapat gue pastikan kalau saat ini bang Andra tengah berdo’a agar dihindarkan dari kak Gladis.
"Andra," mendengar itu bang Andra terlihat gemetaran.
"Minal aidzin yah, Ndra! Btw, kamu makin ganteng deh. Jadi makin naksir." Huek, boleh kah gue muntah? Gue aja yang ngedenger mual pengen muntah, gimana bang Andra.
Kalau ditanya gimana reaksi gue terhadap kak Gladis, biasa aja, tapi dulu. Sekarang gue sangat setuju kalau bang Andra menjauh dari kak Gladis, pasalnya gue agak ngeri kalau punya kakak ipar kek dia.
"Andra, sana temenin si Gladis! Masa ada tamu gak di ajak main sih, dia kan temen kamu." Ucap bunda.
Bang Andra pun hanya bisa mengangguk, "Tamu yang datang tak di undang, kek cabekung aja!" Gumam bang Andra pelan namun masih dapat gue denger.
Dan buat kalian yang bertanya, apa itu cabekung? Cabekung adalah sebutan gue dan kedua abang gue kepada perkumpulan para cabe-cabean.
"Hah? Apa sayang? Kamu ngomong apa?" Tanya bunda heran.
“Eh, enggak kok, bun. Andra gak ngomong apa-apa, yaudah Andra ke tempat Gladis dulu yah.”
Sebelum pergi untuk menemui kak Gladis, bang Andra sempat menoleh pada gue dengan tatapan takut sembari menggeleng.“Semangat, bang!” Pekik gue kaku, gila, gue gak bisa kebayang bang Andra yang tiap hari ketemu sama kak Gladis.
Bersambung...
******
Minal aidzin walfaizdin yah semuanya, maafkan gue selaku author yang telah bersalah menggantung kalian. Maafkan juga jika gue males next, hehehehe.Maklum lah, ada kalanya gue bosyen. Dan itu yang sedang gue rasakan hari ini, pengen next tapi gak ada semangat.
Maafkan juga kesalahan gue dari part satu karena mungkin salah satu dari kalian tidak ada yang suka dengan berbagai perkataan kasar yang ada di cerita ini, maklumin aja yah.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY
Humor"Karena nakal hak segala bangsa!" Andra Ganasiar. Si bad boy yang bermetamorfosis menjadi kapten basket dari SMA Pelita Kasih ini adalah penganut sistem jomblo akut. Tak pernah terlintas di otak Andra untuk mencari pacar, terlebih setiap hari ia se...