12 - Harap sabar, ini ujian!

29.6K 2K 35
                                    

-Andra's Pov

03.30 am.

Prank!

Dug!

Prank!

"Sahur! Sahur!" Gue terus berteriak bersama yang lain.

Yah, hari ini adalah hari pertama puasa. Dan gue, bang Dirga, Rey, juga remaja-remaja yang lain tengah berkeliling membangunkan para warga.

"Ayo pukul lagi!" Ucap gue pada anak yang megang pentolan dan baskom.

Prank!

Dug!

Prank!

"Sahur! Sahur!" Teriak gue.

Ketika gue tengah berkeliling, gue ngerasa bosan dan menemukan cara untuk menghilangkan rasa bosan. "Kami rock and roll, kami rock and roll, jiwa rock and roll adalah jawaban!"

Tuk!

Gue meringis ketika merasakan sebuah pukulan mendarat di kepala gue. "Ai maneh teh belegug apa naon sih? Kalahkah nyanyi!" Gue mengangguk dengan kesal.

Gue mah nyerah aja dah kalau si Rojali udah ngomong Sunda, namanya aja kek orang Betawi, nyatanya mah orang Sunda nyasar.

Maklum ae lah!

Prank!

Dug!

Prank!

"Sahur! Sahur!"

"Woi! Berisik! Saya lagi sakit gigi! Saya bunuh juga kalian satu-satu!" Terdengar teriakan dari rumah sebrang yang membuat gue dan teman-teman bergidik ngeri.

Rumah itu dihuni oleh seorang janda beranak dua yang bernama Mak Yani, dan sering gue sebut 'Mak Rempong.

"Sahur! Sahur!" Ujar gue pelan lebih tepatnya berbisik.

***

Setelah keliling ngebangunin warga, gue dan yang lainnya kembali ke rumah untuk ikut sahur.

"Assalamu'alaikum!" Pekik kamu bersamaan membuat dua orang yang berada di meja makan menoleh, siapa lagi kalau bukan ayah dan bunda.

"Wa'alaikumsalam," jawab mereka bersamaan.

"Gimana kelilingnya?" Tanya ayah yang berada di depan bunda.

"Ya gitu deh, kek tahun-tahun yang lalu, kita semua kena amuk lagi sama mak Yani." Keluh Rey diiringi tawa dari ayah dan bunda.

"Andra bingung, kenapa setiap puasa mak Yani selalu sakit gigi." Pikirnya.

Siska mengangguk, "Udah, ayo cepet kalian cuci tangan habis itu kita sahur, takut keburu imsak." gue, bang Dirga dan Rey pun mengangguk paham.

Tak butuh waktu lama, gue, bang Dirga dan Rey pun berjalan menghampiri Siska dan Juan yang kini tengah menunggu di meja makan setelah mencuci tangan.

"Bun, Andra pengen kangkung dong!" Ucap gue pada bunda dan bunda pun dengan sigap mengambilkan gue kangkung.

"Dirga tempe orek dong!"

"Rey ingin terasi!"

"Bun, ayah minta es kopi pahit!"

"Bun, aku tambah nasi dong!

"Dirga dulu! Dirga minta tempe orek!"

"Idih! Terasi untuk Rey mana!"

Begitu lah suasana di keluarga gue saat lagu sahur, gak pernah ada yang namanya hening.

***

06.00 am.

Gue melangkahkan kaki gue menelusuri lorong demi lorong yang terlihat masih sepi.

Hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang, itu pun hanya guru dengan staffnya.

"Andra!" Gue membalikan badan gue ketika mendengar seseorang memanggil gue.

Disana terdapat seseorang yang gak bakalan pernah mau gue temuin, si Gadis.

Gue lihat si gadis berlari ke arah gue, gue yang melihatnya pun tersadar lalu ikut menghindarinya​.

"Andra!" Gue tak mengindahkan panggilannya yang terdengar begitu nyaring di telinga gue.

Astaghfirullah!
Kuatkan babang Andra ya Allah, babang Andra lelah.

"Andra!"

Anjir, nih anak kenapa kejar gue mulu sih. Umpat gue dalam hati.

Gue terus berlari tapi kayaknya gue salah ngambil jalan deh, gue malah ke arah perpus sedangkan jam segini perpus belom buka dan kalau balik arah otomatis bakalan ketangkep sama si Gadis.

"Andra! Huft... Kamu! Kamu jangan lari!" Gue tersentak kaget ketika melihat si Gadis yang berada tepat di belakang gue.

Gue mengisyaratkan untuknya agar tidak mendekati gue. "Stop! Jangan deket-deket, ini hari pertama puasa. Gue gak mau puasa gue batal, lagian lo sama gue enggak mukhrim, jangan deket-deket." Si Gadis menyungingkan senyumnya yang malah membuat gue bergidik ngeri.

"Aduh, bebep Andra alim banget cih. Jadi makin sayang deh sama kamu. Yaudah deh, aku gak bakalan gangguin kamu. Aku juga capek ngejar kamu tadi, mending aku ke kelas. Dadah... " Gue menghembuskan nafas gue lega.

Akhirnya tuh nenek sihir hempas juga dari hadapan gue.

"Ndra!" Gue terlonjak kaget.

Dan seketika menatap datar ke Nadya, tuh anak kek setan aja bikin kaget. "Ngapain lo disini?" Gue ternganga.

Gak salah tuh si Nadya nanya ke gue, harusnya kan gue yang nanya ke dia.

"Habis di kejar sama nenek sihir gue, lo sendiri ngapain disini?" Bukannya jawab, si Nadya malah nyengir kek orang gila.

Dan seketika pula gue melongo lagi, si Nadya ngeluarin camilan yang udah kebuka. Jangan-jangan dia?

"Gue kagak puasa, biasalah cewek. Dan karena gue laper tapi juga menghargai yang puasa jadi deh gue makannya disini aja." Gue hanya menganggukkan kepala gue.

"Oh iya, lo mau kagak?" Gue menganga menatap si Nadya tak percaya.

Bisa-bisa nya tuh anak nanya kek gitu ke gue, sembrono.

"Eh iya yah, lo kan puasa. Sorry yeh!" Lagi-lagi gue hanya mengangguk.

"Udah ah, bisa gila gue deket-deket lo!" Setelah itu tanpa pamit gue langsung bergegas pergi dari hadapan si Nadya.

Hari di awal puasa ini entah berapa kali gue udah ternganga dan melongo cuman gara-gara si Nadya, kurang asem emang tuh anak otaknya.

Astaghfirullah!

Bersambung...

******
Capek? Jangan di tanya!
Tapi gue lebih capek kalau liat kalian lupa nge-vote part ini, jadi jangan sampe lupa yah vote dan comment nya!

Uwow up! Gimana nih?

BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang