06 - Kantin bareng

49.5K 2.7K 44
                                    

-Andra's Pov

Waktu istirahat pun tiba, gue dan Bagir pun tengah berjalan menuju kantin. Selama di perjalanan, gue melewati kelas demi kelas. Suara riuh para siswi pun biasa menghiasi indra pendengaran gue.

"Ih kamu ganteng, Ndra!" Ucap salah satu siswi sedangkan gue hanya tersenyum tipis.

Bagir mendengus kesal, "Kapan yah ada yang bilang gue ganteng?" Gue mengedikkan bahunya acuh.

"Tanya gih sama Patrick!" Ceplos gue asal membuat Bagir mendengus kesal.

"Andra, oh my God! Kamu ganteng banget!" Teriak siswi lainnya.

Lagi-lagi gue lihat Bagir hanya bisa mendengus kesal, ia lupa kalau sahabatnya ini adalah most wanted yang terkenal tampan.

"Tuh kan! Bagi dong tips ganteng lo!" Gue menoleh kepada Bagir lalu terkekeh.

"Tips nya gampang, lo minta aja Aphrodite rubah lo jadi ganteng!" Bagir membulatkan matanya lalu memukul bahu gue.

"Dasar sarap!" Gue hanya terkekeh.

Gue selalu merasa kasihan liat Bagir, Bagir itu selalu bertanya tips ketampanan gue padahal gue sendiri juga bingung kenapa gue bisa begitu tampan.

Tapi satu hal yang gue yakini, udah takdir.

"Kantin yok?"

"Kan dari tadi kita mau ke kantin sarap!" Gue liat Bagir menautkan alisnya bingung.

"Siapa yang nanya sama lo, gue ngomong sama si Nadya tuh!" Ujar Bagir sambil mengarahkan pandangannya pada Nadya yang tengah berdiri tak jauh dari gue.

Gue mendengus kesal, "Kagak usahlah," tapi Bagir tetaplah Bagir, si keras kepala.

Gue pun mengikuti Bagir yang berjalan ke arah Nadya, sedangkan Nadya tersenyum ramah.

"Hai," sapa Nadya.

"Hai, mau ke kantin?" Tanya Bagir, Nadya hanya mengangguk.

"Bareng kita aja yok?"

"Gak kenapa-napa emang?"

"Gak lah, oh iya! Nama gue Bagir dan ini sahabat somvlak gue sekaligus si tukang onar, namanya Andra Ganasiar." Nadya menautkan alisnya bingung.

"Ga--nas apa?"

"Ganasiar," cela gue.

"Kenapa? Aneh yah?" Nadya hanya mengangguk ketika Bagir bertanya.

"Udah ayok ke kantin," ujar gue melirik Bagir.

"Yuk, bareng kita aja." Nadya yang awalnya ragu-ragu akhirnya mengangguk.

***

"Bu, yang punya Andra mana?" Teriak gue pada Bu kantin, aduh babang jadi laper.

"Ini den, silahkan di nikmati." Gue tersenyum kepada Bu kantin.

"Makasih yah Bu kantin," Bu kantin hanya mengangguk.

Mau tau gak nama asli Bu kantin? Bu Nori, dan setau gue Nori itu kan rumput laut yang bisa di makan kan? Yang biasanya ada di sushi.

"Lo gak pesen makanan, Nad?" Tanya gue pada si Nadya yang ada di depan gue.

Si Nadya tersenyum, "Udah kok, tadi di pesenin sama Bagir."

"Gue duluan yah makannya," si Nadya hanya ngagguk lalu gue pun menyantap bakso yang ada di depan gue.

Tak lupa gue menambahkan saus, kecap, sambal dan cuka kedalamnya.

Dan tak lama kemudian si Bagir datang dengan membawa 2 porsi nasi goreng lalu duduk di sebelah gue dan menyerahkan nasi goreng yang satunya pada Nadya.

"Aduh, si bos udah duluan aje makannya." Gue hanya nengok dan kembali fokus pada bakso gue ketika si Bagir ngomong.

"Makasih yah, Gir." Ucap Nadya.

"Santai aja, yok di makan."

***

14.30 p.m.

Gue melirik ke arah jam tangan gue lalu bersorak senang dalam hati. Itu artinya udah waktunya pulang, gue itung sampe 3 bel pasti bakalan bunyi.

Satu!
Dua!
Tiga!

Kring... Kring... Kring...

"Hore!" Sorak semua murid.

Sedangkan pak Dani yang sedang mengajar langsung membereskan barang-barang nya lalu menutup pelajaran untuk hari ini.

"Baiklah anak-anak, cukup sampai disini saja pelajaran hari ini. Semoga ada yang menempel di otak kalian yah." Setelah itu pak Dani melengos pergi dari kelas gue.

Tanpa pikir panjang pun gue segera memasukan buku dan pulpen punya gue kedalam tas.

"Gue pulang bareng lo yah, Ndra!" Gue menoleh ke samping dan ngangguk.

Ya, rumah gue sama Bagir emang satu arah. Tapi lebih dulu rumah si Bagir dari pada gue jadi pasti ngelewatin rumah si Bagir.

"Kagak di jemput lo?" Si Bagir cuman menggelengkan kepalanya.

"Yuk!"

"Nad, kita duluan yah!" Teriak si Bagir membuat gue menoleh dan mendapati si Nadya yang ngangguk.

"Lu suka yah sama si Nadya?" Tanya gue membuat Bagir terkekeh kecil.

"Yakali, Ndra. Kita cuman temen kok, lagian kenapa lu nanya gitu?"

"Gapapa, aneh aja sikap lu, lu udah gak berusaha deketin gue sama dia kan?"

"Udah ah, iya enggak, kan gue yang su--" belum sempat ia melanjutkan ucapannya, tiba-tiba saja ia menutup mulutnya sendiri.

Bagir... Bagir... Dikira gue gak tau apa lu suka sama tuh cewek.

Setelah berada di parkiran, gue menyalakan motor dan menyuruh si Bagir naik.

"Mampir dulu ke makam ibu gue yah, Ndra!" Gue menoleh ke belakang dan mengangguk.

Satu fakta yang harus kalian tau tentang si Bagir, Bagir tuh cuman tinggal bareng adik, nenek, kakek dan bapaknya doang. Ibunya udah meninggal waktu si Bagir umurnya 9 tahun.

Bersambung...

******

Cukup sampe disini aja gue ketik untuk part ini, kalau panjang-panjang takut jadi buntu. Jadi maklum ae lah.

Btw, gue next karena gue lagi insom njir😹 syedih yah?

Vote! Comment! Tap to reading list! Follow!

BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang