43 - Cemburu

15.8K 785 43
                                    

-Andra's Pov

Saat ini gue masih berada di rumah sakit, tapi Alhamdulillah gips yang terpasang indah di leher gue udah di copot kemaren membuat gue bebas nengok sana-sini.

Tapi kata dokter, kaki gue belum boleh banyak di pakek jalan atau di pakek gerak jadi alhasil kalau gue  kemana-mana harus pakek kursi roda.

Dan kini gue tengah berada di ruangan dengan Claudya yang tengah duduk di samping brangkar gue.

"Kamu laper gak?" Tanya gue sambil mendongak menatap Claudya yang kini tengah tersenyum.

"Enggak, kalau kamu laper gak?"

Gue menggeleng, "enggak."

"Emang kamu udah makan?" Lagi-lagi gue menggeleng membuat ia mengernyit.

"Lho? Terus sekarang kamu enggak laper?"

"Aku udah kenyang liatin kamu." Terlihat semburat merah di kedua pipinya membuat gue terkekeh.

"Gombal kamu!" Pekiknya sambil memukul bahu gue pelan.

"Gapapa, mending aku gombalin kamu daripada flashback-flashback sama mantan." Sinis gue.

"Ih, Risyad bukan mantan aku!" Tegasnya.

"Sama aja, kalian pernah deket."

"Kamu cemburu?" Gue mendelik tajam.

"Cemburu? Sorry yah, kata Dilan juga, cemburu hanya untuk orang-orang yang tidak percaya diri."

"Dan kamu sedang tidak percaya diri." Gue diam tak berkutik.

"Aku seneng kamu cemburu sama aku, itu artinya kamu bener-bener sayang sama aku." Ucap Claudya membuat gue hanya tersenyum simpul.

"Kamu tau? Aku pernah membayangkan, gimana nanti kalau kamu sama aku nikah, terus kita punya anak." Seketika gue menoleh.

"Kamu mau punya anak berapa?"

Tangannya membentuk huruf V menandakan angka dua. "Aku mau punya anak kembar." Gue menaikkan sebelah alis gue.

"Kembar?" Ia hanya mengangguk.

"Kenapa harus kembar?"

"Gapapa, lucu aja gitu, kalau liat anak kembar, aku suka." Jawabnya.

"Kalau ntar kita nikah, kamu mau anak kita mirip siapa?"

"Risyad," jawabnya membuat gue membulatkan mata gue terkejut.

Menyadari raut wajah gue yang berubah, Claudya tersenyum manis. "Eh, eh, jangan salah paham dulu. Itu, aku liat Risyad." Ucapnya sembari menunjuk seorang pria yang tengah berdiri di depan pintu ruangan gue.

Gue mendengus kesal, "ngapain dia kesini?"

Claudya mengernyit bingung, "ih, kamu kok gitu? Dia kan yang udah bantuin kamu, kamu berterimakasih dong!"

"Ngapain? Aku gak minta bantuan dia kok."

"Udah ah, susah ngomong sama yang lagi cemburu mah. Aku keluar dulu yah, mau nyamperin Risyad." Gue mendengus kesal.

Dan membiarkannya pergi tanpa ditahan.

***

Gue mendengus kesal, sedari tadi gue cuman di cuekin. Bukannya dibaik-baikin, di perhatiin eh dia nya malah asik ketawa-ketawa sama tuh cowok.

Kan sebel. Gue dicuekin, dikira gue ini patung kali ah cuman jadi pajangan.

"Haha, iya, gue inget dulu. Lu itu pernah di hukum gara-gara nyuri bendera upacara." Terdengar jelas tawa Claudya.

Gue melirik mereka yang tengah terduduk di sofa ruangan gue dengan ekor mata gue, gue berdecak sebal. Gue bener-bener dicuekin yak?

"Itu bukan nyuri, itu minjem." Balas seorang pria yang tak lain adalah Risyad.

"Tapi gak bilang, haha."

"Tapi dibalikin kok."

"Iya dibalikin karena lu dihukum dan Bu Mayang nyuruh lu buat ngembaliin tuh bendera." Gue memalingkan pandangan gue.

Kenapa rasanya sakit yah liat mereka ketawa bareng, bahkan Claudya sama sekali gak merhatiin gue, apa iya kalau Claudya masih suka sama Risyad?

"Ndra," seketika gue terjingkak kaget, mencoba mengatur nafas gue yang tersenggal karena terkejut.

"Hmm?" Gumam gue tanpa menoleh.

"Kamu kenapa? Kok daritadi diem aja?"

"Gapapa, kamu lanjutin aja sana ketawa bareng mantan." Ucap gue ketus.

Terdengar suara kekehan setelah itu, gue menoleh dan mendelik tajam ke arah Risyad yang kini tengah terkekeh. "Ngapain lu ketawa?"

Risyad berhenti terkekeh, ia menatap gue sambil tersenyum. "Lu cemburu yah?" Gue menggeleng tegas.

"Enggak!"

"Bohong! Lu itu cemburu, Ndra."

"Enggak, gue gak cemburu."

"Lu itu cemburu, jujur aja."

"Lu itu cem--"

"IYA?! IYA GUE CEMBURU?!" Pekik gue kesal.

Gue melihat ke arah Claudya yang tengah tersenyum, gue berdecak sebal, kenapa dia senyum sih?

"Ya Allah, Ndra. Kamu kenapa cemburu sama Risyad sih? Kamu tau, Risyad itu udah punya tunangan, habis lulus SMA mereka bakalan nikah, masa kamu mau cemburu sama orang yang mau beristri sih." Jelas Claudya.

Gue menghela nafas panjang, "baru mau nikah, lagian banyak kok di luaran sana cowok yang selingkuh walaupun udah punya istri."

"Jadi kamu gak percaya sama aku?" Gue lagi-lagi menghela nafas panjang, kemudian menggeleng. "Enggak, aku percaya kok sama kamu. Aku cuman gak mau aja ntar kamu flashback-flashback sama dia." Ucap gue sambil menunjuk Risyad.

Namun yang ditunjuk malah terkekeh, "ini yang lu bilang mirip Dilan? Perasaan Dilan gak seposessif dia deh." Gue berdecak sebal.

Kenapa gue disamain sama Dilan? Kan gue suka ngomong kayak Dilan itu juga karena gak sengaja baca timeline.

Bersambung...

******

Whohoho:) pada suka gak? Ini tuh kalau gak salah spesial part gue ganti jadi new part aja, siapa tua pada suka, wkwk

BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang