47 - Kejutan bernyawa

13.9K 871 48
                                    

-Bagir's Pov

Tidak terasa, Ujian Nasional hanya tinggal menghitung hari. Baik gue dan yang lain semakin giat belajar.

Seperti saat ini, gue, Andra, Nadya dan Claudya tengah belajar bersama di rumah Andra dalam rangka persiapan Ujian Nasional. Sekalian mojok bisa, hehehe.

"Ndra, lu jelasin soal ini deh! Gue gak ngerti nih!" Andra mengalihkan pandangan nya yang tadi tertuju pada papan tulis.

"Si goblok! Itu pelajaran kelas X dan lu gak bisa? Lu belajar apa aja hah waktu kelas X?" Dumel Andra membuat gue cengengesan sedangkan Nadya dan Claudya terkekeh melihat gue.

"Biasalah lah, Ndra! Gue kan malesan." Elak gue saat Andra mengambil alih soal yang terdapat di buku gue.

"Malesan mulu lu!" Gue tersenyum singkat ketika si Nadya ikut ngedumel.

***

17.00 pm.

"Ndra, kita pulang dulu yah, makasih udah mau ajarin kita!" Ucap gue sambil menggendong tas gue dengan satu tangan.

"Iya santai aja kali, udah pulang sana." Gue hanya mengangguk.

"Maaf gak bisa anter kamu, kamu sama si Bagir aja yah, kan bisa sekalian." Ucap Andra pada Claudya yang kini masih sibuk merapihkan bukunya yang tadi sempat terjatuh.

"Iya gapapa, aku pulang yah, makasih." Andra melambaikan tangannya pada kita.

"Yok!" Ajak gue lalu kita bergegas pergi dari rumah Andra.

Dan apa ada yang sadar? Kok Andra deket-deket UN jadi sedikit waras yah? Gak kocak lagi, jangan-jangan dia kebanyakan baca buku jadi gitu, yodah berdo'a setelah UN selesai ia kembali.

-Andra's Pov

Gue membereskan buku-buku yang sedikit berserakan di ruang tamu, lalu menghempaskan tubuh gue di sofa sambil sembari sesekali memijat pelipis gue.

"Temen-temen kamu udah pulang, sayang? Kok gak pamit sama bunda?" Gue mengalihkan pandangan gue dan tersenyum.

"Tadinya Andra mau bilang kalau mereka mau pamit tapi gak jadi deh, bunda lagi tidur lagian muka bunda juga lelah banget, keliatan kantung matanya tuh."

Bunda hanya mengangguk-angguk, "Iya sih, udah beberapa hari ini bunda gak enak badan ditambah ayah kamu sekarang banyak meeting jadi bikin bunda kangen mulu." Gue terkekeh.

"Ayah pernah bilang ke Andra, kalau bunda nakal nungguin ayah pulang sampe larut malam lagi, Andra boleh jitak bunda." Ucap gue sontak membuat bunda terkejut.

"Gila! Awas aja kamu berani jitak bunda, bunda smakdown tau rasa kamu!"

"Pengen nya di chidori aja, Bun."

"Bunda matiin aja kamu!"

"Gapapa, ntar Andra suruh Spongebob ngeluarin jurus Edo tensei biar Andra bisa bangkit lagi!" Balas gue tak mau kalah.

Lalu gue melihat bunda memegang kepalanya, membuat gue khawatir. Sontak gue pun langsung berlari kearah bunda, "Bun? Bunda kenapa? Sini, bunda duduk aja dulu yah." Gue memapah bunda yang tadi hampir terhuyung jatuh.

"Kepala bunda pusing," eluh bunda.

"Bunda mau makan?" Bunda menggeleng.

"Bunda gak laper, rasanya lidah bunda gak enak." Gue meletakan telapak tangan gue pada dahi bunda tapi tak panas.

Biasanya kalau gak enak makan, berarti gue lagi sakit dan bunda pasti menempelkan telapak tangannya di dahi gue yang terasa hangat.

"Andra panggil Rey dan bang Dirga dulu yah? Kita ke rumah sakit." Bunda menggeleng lagi.

"Gak us-- huwek... Huwek... " Ucap bunda terhenti ketika ia merasa mual, bunda pun langsung berlari ke toilet diikuti oleh gue.

"Huwek!" Gue memijat bahu bunda pelan.

Gue melihat bunda memuntahkan cairan berwarna putih bukan makanan membuat gue mengerut bingung. "Bun? Bunda gak kenapa-napa?" Bunda hanya mengangguk.

"Kita ke rumah sakit aja yah bun?" Bunda menggeleng.

"Tapi bunda lagi sa--" belum sempat gue melanjutkan ucapan gue tiba-tiba aja bunda udah terhuyung ke belakang membuat gue dengan sigap menahan badan bunda.

Dengan panik gue langsung menggendong bunda dan menaruhnya di sofa, "BANG DIRGA! REY!" Teriak gue.

"BANG DIRGA!"

"REY!" Teriak gue sekali lagi dan gue mendengar suara pintu di banting.

"Ada apa bang?" Munculah Rey dengan muka paniknya ketika melihat bunda pingsan di pangkuan gue.

"CEPET PANGGIL BANG DIRGA! BUNDA PINGSAN!" Teriak gue seketika membuat Rey segera berlari ke kemaren bang Dirga.

***

Kini gue tengah berdiri di luar ruangan dimana bunda tengah di tangani oleh dokter, ayah pun sudah berada disini karena tadi bang Dirga yang menelpon.

"Keluarga pasien?" Gue dan yang lainnya bangkit mendekati dokter yang berubah saja keluar dari ruangan bunda.

"Saya suaminya dok!" Tegas ayah.

Dokter tersebut tersenyum membuat gue dan yang lainnya menyerit bingung, "Ada apa dok? Bunda gak kenapa-napa kan?" Dokter itu menggeleng dengan senyuman yang masih terlihat di wajahnya.

"Selamat, kalian akan mendapatkan adik. Bunda kalian hamil." Ucapan dokter membuat gue terdiam kaku.

Bersambung...

******
Lagi pengen part ini pendek aja, oke bye!
Btw, akhir-akhir ini gue sedang sibuk meneliti sebuah percobaan, yaitu voting and comment, ya you know lah apa yang gue teliti.

Yang pasti voting adalah hal utama syarat dinext!

BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang