07 - Pergi ke makam

46K 2.5K 29
                                    

-Bagir's Pov

Gue menatap nanar sebuah gundukan tanah dengan nisan bertuliskan Anita Laras, ibu gue. Ibu yang meninggalkan gue sejak umur 9 tahun.

Seminggu sekali gue rutin datang kesini, entah itu sendirian, bareng Andra atau sama keluarga gue.

"Hai Tan, Tante kangen gak sama Andra? Andra makin ganteng loh," Gue terkekeh ketika Andra bertanya pada makan ibu gue.

"Jangan di dengerin bu, si Andra mah over pede." Balas gue.

"Dih, gue emang ganteng kali. Buktinya elo suka minta tips ketampanan gue, wle!" Ujarnya sambil menjulurkan lidah.

Gue mencebikkan bibirnya, "Tuh bu, liat! Si Andra tuh bener-bener tega, dia tuh gak pernah ngasih tau resep kenapa dia ganteng!"

"Dih? Kok jadi ngadu sih lo? Lagian udah takdirnya gue ganteng kali, iya kan Tan?"

"Ih, pokoknya lo itu pelit!" Bantah gue.

"Pelit? Pelit itu kan ini!” Ucapnya sambil menunjuk perutnya membuat gue mendengus kesal.

"Perut bangke, perut!"

"Oh perut, perut kan yang perut kelapa nya sampe habis."

"Itu parut sarap!"

"Wah parut, parut kan kayak omongan lu yang gak parut di contoh!"

Gue menggertakan gigi dengan kesal, "Patut itu patut!"

    "Patut ya? Patut kan ya--" belom sempat dia ngelanjutin omongannya, gue pun menyela ucapannya.

"Ape? Ape lagi?" Tanya gue sewot sedangkan dia menggeleng.

"Kagak jadi ah,"

"Oh iya Tan, Tante tau gak? Si Bagir kek nya lagi suka sama anak baru di sekolahan kita loh, namanya Nadya. Iya kan, Gir?" Tanya gue membuat gue menggeram kesal.

"Bohong bu, Bagir cuman ngelakuin apa yang harus di lakuin sebagai seorang temen kok. Bagir kan baik, gak kayak si Andra." Balas gue.

"Sarap lo!" Pekiknya memukul bahu gue dengan cukup keras.

"Aw! Tuh Bu, si Andra sering mukulin Bagir! Apalagi kalau Bagir tanya kapan dia punya pacar," Ucap gue membuat dia membulatkan matanya terkejut.

Wah, kalau udah kayak gini bahaya nih, "JANGAN TANYA ITU!" Bentaknya justru membuat gue terkekeh.

"Tuh Bu, dia mah sensitif kalau di tanya itu. Sensitif dia mah kek pantat bayi!" Andra menepuk bahu gue kesal.

"Gir, pulang yuk. Takut bunda gue nyariin, gue kan gak ngabarin dulu ke bunda, lagian udah sore nih. Udah jam empat," Ucapnya membuat gue menoleh dan tersenyum.

Gue mengangguk, "Bu, Bagir sama Andra pulang dulu yah. Insyaallah Minggu depan aku balik lagi sama kakek, nenek, Mira dan bapak. Assalamu'alaikum," pamit gue pada bunda lalu mencium nisan bunda pelan.

"Andra pulang dulu yah tan, maaf gak bisa lama-lama. Assalamu'alaikum," kalau gue dan Bagir kembali ke tempat parkir dimana motor gue di parkir.

    Dan kalau kalian bertanya, siapa itu Mira? Mira adalah adik perempuan gue satu-satunya yang kini masih berada di kelas VIII SMP.

***

"Thanks yah, Ndra!" Ucap gue berterimakasih setelah turun dari motornya.

"Santai aja, kek ke siapa aja lo! Gue balik yah!" Gue mengangguk.

"Gak mau mampir dulu gitu?" Gue liat dia ngelirik ke jam tangannya lalu menggeleng.

"Udah sore banget, gue takut bunda khawatir. Titip salam ae lah ke semuanya!"

"Yaudah, kalau gitu lo hati-hati yah!" Ucap gue tapi justru Andra menatap gue jijik.

"Kenape lo?" Tanya gue bingung.

Dia menggeleng, "Jijik aja, berasa kek orang pacaran." Dan ketika itu juga gue natap dia tanpa ekspresi.

"Najong lo!"

"Habis elo, pakek nawarin gue mampir lalu bilang hati-hati. Persis kek ftv-ftv yang ada di tv tau gak!" ucapnya diiringi kekehan.

Gue tersenyum miring, "Sakit gak?"

"Sakit apaan?"

"Liatnya," jawab gue singkat.

"Maksud lo?"

"Lo kan gak punya pacar!" Pekik gue membuatkan mendengus kesal.

"Sialan lo! Yaudah gue pulang, bye!" Setelah itu motor Andra mulai menghilang dari pandangan gue.

***

Gue pun melangkahkan kaki gue memasuki rumah, “Assalamu’alaikum.” Ucap gue lalu menaruh tas gue pada sofa yang ada di ruang tengah.

Karena lelah, gue menghempaskan tubuh gue pada sofa. Lalu gue menatap sekitar, “Tumben sepi,” gumam gue.

Dan pandangan gue terhenrti pada sebuah frame foto seorang wanita setengah baya dengan perutnya yang terlihat buncit.

Gue tersenyum, “Bagir pasti akan selalu rindu ibu meskipun kita udah beda dunia.” Ucap gue sembari meraih foto tersebut.

Foto tersebut adalah foto ibu gue saat mengandung Mira, adik gue, adik yang sampai saat ini dan seterusnya akan gue jaga dan lindungi.

Sekitar 9 tahun yang lalu, ibu gue dinyatakan meninggal karena penyakit kanker paru-paru yang menggorogoti tubuhnya.

Menurut gue, ibu sosok ibu yang baik, perhatian, dan sayang kepada anak-anaknya.

Bersambung...

******
Gak mau banyak bacot, bye!

Btw sama part revisi kali ini, kalian puas?

BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang