-Author's Pov
Hari ini dokter sudah mengizinkan Andra untuk pulang membuat Andra terlonjak girang sedangkan Juan dan Siska tampak sibuk mengemasi barang-barang Andra.
Semua sudah diberi tahu atas kepulangan Andra termasuk Claudya, tapi mereka tidak bisa ikut mengantar Andra pulang karena harus sekolah.
Karena sebentar lagi Ujian Nasional akan diadakan membuat mereka harus dengan terpaksa mengikuti pelajaran sekolah agar tak tertinggal pelajaran dan bisa mengerjakan soal Ujian Nasional dengan benar untuk mendapatkan hasil yang di inginkan.
"Ndra? Kamu yakin udah kuat jalan?" Tanya Juan pada Andra.
"Udah yah."
"Yakin gak mau pakek kursi roda aja?"
"Iya ayah, percuma kan kalau kita punya kaki tapi gak di gunain sedangkan diluar sana banyak yang menginginkan kaki karena mereka tak bisa berjalan atau lumpuh." Jelas Andra membuat Juan dan Siska mengembangkan senyum mereka.
Mereka bersyukur Tuhan menitipkan anak seperti Andra di dunia ini, bukan hanya Andra, Dirga dan Rey pun.
"Anak bunda udah dewasa yah, yaudah yuk." Rangkul Siska.
-Dirga's Pov
"Woi bro! Denger-denger si Andra Adek lu masuk rumah sakit yak?" Gue tersenyum menanggapi pertanyaan Reno, salah satu sahabat gue di kampus.
"Yoi, dia jatuh waktu pertandingan di sirkuit." Balas gue.
Gue pun kembali meneruskan jalan dengan Reno yang masih berada di samping gue. "Denger-denger juga si Andra tuh bukan jatuh murni yak, ban motor dia di tendang kan makanya bisa jatuh." Gue mengangguk.
"Denger-denger lag--" belum sempat Reno melanjutkan kalimatnya, gue sudah menyela nya terlebih dahulu.
"Lu banyak denger yah, tumben mau denger, biasanya tutup telinga." Celetuk gue membuat si Reno terkekeh sambil menggaruk tengkuknya malu.
"Hehehe, habis itu jadi booming sih di kalangan anak SMA, Adek gue juga kan anak SMA. Apalagi Adek gue juga suka banget sama Adek lu si Andra itu, gak heran sih gue, dia ganteng bener, mirip Justin Bieber waktu masih kecil bukan yang udah gak bener kek sekarang." Jelas si Reno membuat gue sedikit mencebikkan bibir gue kesal.
"Sekarang si Andra pulang kok, dokter dah ngizinin dia pulang."
"Wih, terus elu kenapa kagak jemput dia?"
"Kan gue ada jadwal, gak enak nitip absen ke elu mulu." Jawab gue membuatnya terkekeh.
"Iya sih, gak bagus juga lama-lama nitip absen, ntar jadi kebiasaan." Gue hanya mengangguk.
Lalu kita berdua berlalu menuju kelas gue, gue dan Reno emang satu kampus, satu jurusan dan satu kelas.
-Rey's Pov
Gue menatap tulisan yang menghiasi papan tulis di depan gue, membosankan. Saat ini pelajaran sejarah sedang berlangsung, huh, membuat gue bosan.
Kalau aja Indonesia gak di jajah, mungkin pelajaran sejarah gak seabrek-abrek dah.
Ting!
Gue melirik ke arah handphone yang berada di saku celana gue lalu mengambilnya, terdapat sebuah pesan dari seseorang yang membuat gue menghela nafas lega.
From : Bang Andra
Abang sama ayah dan bunda udah otw pulang, kamu gak usah ke rumah sakit, belajar yang bener yah Adek gue yang pinter:)Gue tersenyum memandangi pesan dari bang Andra, terkadang bang Andra memang nyeselin tapi dibalik itu dia adalah Abang yang sangat perduli sama adeknya.
Gubrak!
Tiba-tiba saja suara gunakan meja membuat gue terlonjak kaget dan mendapati Bu Indri sedang menatap gue dengan muka yang merah padam menahan amarah.
"Kamu sedang apa, Rey?" Tanya Bu Indri.
"Gak lagi apa-apa kok, Bu."
"Kamu pikir ibu ini bodoh, hah?" Gue menggeleng.
"Saya gak bilang ibu bodoh kok."
"Terus apa itu ditangan kamu?"
Gue menunjuk handphone gue dan Bu Indri mengangguk. "Ini handphone."
"Iya ibu tau itu handphone, maksud ibu kenapa tadi kamu mainin handphone kamu?" Gue pun mengerti.
Gue menunjukan isi di handphone gue pada Bu Indri, "Ada pesan dari Abang saya, Bu, katanya hari ini Abang saya pulang dari rumah sakit." Jelas gue cukup membuat Bu Indri mengangguk lalu kembali ke tempat duduknya.
"Lain kali jangan main handphone lagi, Rey!" Gue hanya mengangguk.
***
Gue menuruni KO-JEK tepat di depan rumah gue lalu melepaskan helm dan memberikannya pada pak KO-JEK.
"Berapa pak?" Tanya gue pada pak KO-JEK yang tak lain bernama Purnama, jadi inget nama abang gue, Dirga Purnama.
"Lima belas ribu aja mas," gue langsung menyerahkan uang pas pada pak Purnama itu lalu bergegas masuk ke dalam rumah.
"Makasih pak!" Pekik gue pada pak Purnama.
Clek...
"Assalamu'alaikum, Bun, Rey pulang!" Teriak gue ketika baru saja menginjak rumah.
Lalu tak lama dari itu terlihat seorang lelaki yang tengah berjalan menghampiri gue dengan kaki yang masih sedikit pincang.
"Wa'alaikum salam, udah pulang lu, Rey?" Gue mangangguk lalu menjabat tangannya untuk di salami.
"Bunda mana bang?"
"Ada, lagi tidur tadi kata ayah, kecapean deh kayaknya. Udah jangan di ganggu," gue hanya mengangguk.
"Lu udah gak kenapa-napa kan?"
"Gak kok, udah jangan di pikirin."
"Yodah, tapi duduk aja dah bang, gue serem liat kaki lu, kek mau patah tau gak goyang-goyang begitu." Ujar gue membuat bang Andra terkekeh.
Lalu gue memapah bang Andra ke arah sofa dan mendudukkannya, "kalau Ayah sama bang Dirga mana bang?"
"Ayah ke kantor tadi, ada meeting mendadak. Sedangkan bang Dirga masih di kampus, katanya ada banyak yang harus di salin dari buku catatan temen." Gue hanya mengangguk lalu ikut duduk di samping bang Andra.
Dan seketika, bang Andra mengucapkan kalimat yang membuat gue terdiam kaku. "Makasih udah selalu ada deket Abang, Abang sayang kamu." Gue mengerjapkan mata gue beberapa kali lalu tersenyum.
"Rey juga sayang Abang!"
Bersambung...
******
Ini adalah part ter-kekeluargaan banget menurut gue, gak tau menurut kalian. Wkwkwkwk

KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY
Humor"Karena nakal hak segala bangsa!" Andra Ganasiar. Si bad boy yang bermetamorfosis menjadi kapten basket dari SMA Pelita Kasih ini adalah penganut sistem jomblo akut. Tak pernah terlintas di otak Andra untuk mencari pacar, terlebih setiap hari ia se...