-Bagir's Pov
Gue menatap nanar seorang pria yang kini masih asik dalam tidurnya tapi justru saat ini gue sangat ingin memaksanya bangun dari tidurnya itu gue gak suka liat dia tertidur saat ini.
"Ndra, sampai kapan lu mau tidur? Apa lu disana lagi mimpi indah yah? Lu mimpi apa? Ketemu Mimi Peri? Kalau iya, please bangun, lu mimpi buruk namanya kalau ketemu Mimi Peri."
Ya, pria yang kini sedang gue ajak bicara adalah Andra.
"Atau lu disana ketemu bule-bule berbikini volkadot? Kalau iya bangun dan jelasin gimana bentukan mereka? Bohay kah? Aduhai kah? And--" belum sempat gue meneruskan ucapan gue, sebuah jitakan sudah mendarat sempurna di kepala gue.
Tuk!
Gue meringis kemudian menengok ke samping kanan gue dimana Nadya berdiri, menemani gue. "Sakit, Nad!" Ringis gue.
"Elu itu bloon atau apa sih? Si Andra itu lagi koma bukan lagi ke Bali dimana banyak bule-bule berbikini, dasar bego!" Gue terkekeh lalu kembali menatap Andra yang masih tetap berada di brangkar.
"Ndra, ayo bangun! Gue mohon! Lu sayangkan sama bunda lu, ayah lu, abang lu, adek lu, Claudya dan lu sayangkan sama gue, sama temen-temen lu yang lain, jadi please! Bangun demi kita!"
Tidak ada respon yang di berikan oleh Andra sedikit pun membuat gue mulai terisak.
"Ndra, please jangan tinggalin gue. Bangun Ndra, lu mimpi apa sih? Atau jangan-jangan lu mimpi ketemu sama almarhum Zaki? Dia disana bilang apa? Dia gak minta elu ikut sama dia kan? Kalau iya, tolong jangan ikut dia, kembali sama gue! Kalau elu ikut sama Zaki, gue sama siapa disini Ndra? Cukup Zaki yang ninggalin gue, jangan lu juga, gue gak rela!" Tangis gue semakin pecah ketika merasakan Nadya yang memeluk gue.
"Lihat Ndra, kita semua sedih lu gak bangun-bangun. Jadi gue mohon, bangun, setidaknya demi kedua orang tua lu, demi orang-orang yang elu sayangi." Kini Nadya pun ikut berseru untuk Andra, tapi hasilnya nihil, Andra tetap tidak merespon.
-Author's Pov
Sudah seminggu Andra belum sadarkan diri, keluarga dan teman-temannya untuk sudah kalang kabut menunggu kesadaran Andra.
Dua hari yang lalu pula Jojo di masuk penjara karena bukti yang berada di dalam sebuah video milik Risyad.
Seperti pagi-pagi sebelumnya, ruangan Andra tidak pernah sepi pengunjung, bukan, bukan pengunjung untuk berwisata tapi pengunjung untuk menjenguk.
"Saya turut prihatin yah Bu Siska, semoga Andra lekas sembuh deh, kangen saya sama nakalnya dia." Ucap Bu Maya pada Siska selaku bunda andra.
Siska tersenyum lalu menjabat tangan Maya, "Terimakasih sudah sempatkan menjenguk Bu, saya juga kangen sama tingkah konyol nya dia, hehehe." Keduanya tertawa sedangkan Juan yang melihat Siska tertawa pun hanya tersenyum.
Dalam hatinya ia berkata, tetap ada kan senyum itu untuk ku pandang ya Rabb.
"Yah, bang Andra pasti sembuh kan?" Tanya Rey yang kini tengah berada di samping Juan.
Tangan Juan terulur mengelus pucuk rambut anaknya, "Pasti! Abang kamu itu anak yang kuat." Tegasnya dengan menatap pintu ruangan Andra dengan nanar.
"Kamu masuk gih, suruh bang Dirga keluar, biarin bang Andra istirahat dulu." Rey hanya mengangguk lalu berlalu memasuki ruangan Andra untuk menyuruh Dirga keluar.
Selama seminggu ini dokter memang memperbolehkan Andra dijenguk tapi memang dibatasi, dan ketika waktu nya istirahat, tidak boleh ada yang masuk ke ruangan Andra agar ia benar-benar tenang.
-Rey's Pov
Gue menepuk pelan bahu bang Dirga yang kini tengah terduduk di samping brangkar bang Andra yang membuat bang Dirga menoleh ke arah gue.
"Kata ayah, keluar, ini udah waktunya bang Andra istirahat." Cerca gue dan bang Dirga hanya mengangguk.
"Ndra, gue keluar dulu yah. Lu istirahat dulu gih, tapi inget, jangan sampe lu lupa bangun aja yah. Gue sayang elu!" Gue merangkul pelan bahu bang Dirga laku menoleh ke tempat bang Andra.
"Gue juga sayang sama lo bang, bangun, demi kita semua." Itu kata yang gue ucapin sebelum keluar dari ruangan bang Andra.
***
14.30 pm.
Saat ini gue dan lainya tengah berkumpul di dalam ruangan bang Andra, beberapa waktu yang lalu kak Claudya berteriak histeris ketika mendapati tubuh bang Andra yang kejang-kejang.
"Andra, kamu bangun sayang. Bunda gak bisa liat kamu kek gini terus, bunda mohon, kamu bangun yah. Bunda udah kangen banget sama kamu, apa kamu gak kangen bunda? Bunda, hiks." Tawa bunda akhirnya pecah ketika melihat bang Andra yang tidak bangun-bangun.
Lalu gue melihat kini ayah menghampiri brangkar bang Andra. "Andra, ayah tau kamu kuat. Tolong bangun nak, demi bunda kamu, demi ayah, demi saudara-saudara kamu, demi semuanya. Ayo jagoan, kamu pasti bisa bangun, demi kita semua."
"Demi ayah," lanjut aja kali ini terdengar sangat lirih bahkan persis seperti sebuah bisikan.
Sedangkan kak Claudya terlihat tengah terisak di pelukan Tante Mawar selaku mamahnya.
-Author's Pov
"Sejauh ini cukup ada perkembangan yang bagus terhadap keadaan Andra, tapi saya belum bisa pastikan kalau Andra akan siuman dalam waktu dekat ini karena keadaannya masih cukup lemah meskipun ada perkembangan." Begitulah yang diucapkan oleh dokter ketika memeriksa Andra.
Sedangkan Siska terlihat masih terisak di pelukan Juan dengan Juan yang mendekap tubuh Siska erat seolah tak ingin melepaskannya.
"Andra, Juan! Di-dia pasti sembuh kan?" Pertanyaan itu lolos dari mulut Siska membuat Juan dengan sontak terdiam.
Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan pada istrinya, sejujurnya ia saat ini pun sedih melihat keadaan putra keduanya itu lalu jika istrinya bertanya padanya apakah anaknya bisa sembuh, dia bertanya kepada siapa?
Do'a pun sudah ia panjatkan demi kesembuhan Andra, bahkan ia memaksa pada Allah untuk memohon kesembuhan anaknya.
"Tante, om, Claudya masuk yah?" Siska hanya mengangguk saat Claudya meminta izin untuk masuk ke dalam ruangan Andra.
***
Di dalam ruangan, sedari tadi Claudya hanya diam memandangi tubuh kekasihnya yang terbujur kaku terbaring di atas brangkar meskipun beberapa alat bantu sudah terlepas dari tubuhnya, kini hanyalah infus, alat bantu nafas, dan penyangga leher yang terpasang di tubuh Andra.
"Kapan kamu bangun Ndra?"
"Apa kamu gak kangen sama kita semua?"
"Udah lebih dari seminggu kamu disini? Apa gak bosen? Apa disana kamu lagi asik sama para bidadari yang jauh lebih cantik daripada aku?"
"A--aku sayang kamu, Ndra." Saat itu pula Claudya meluruh ke lantai.
Tangisnya pun pecah, ia tak kuat, ia tidak bisa melihat kekasihnya seperti ini. Lalu dengan sekuat tenaga ia memaksakan bangun dan mendekatkan bibirnya pada telinga Andra untuk membisikkan sesuatu.
"Bangun ndra, demi kita semua yang nunggu kamu disini. Ayo bangun, aku cinta kamu, Ndra, jadi ayo bangun demi aku!" Bisik Claudya kemudian ia berhambur memeluk Andra dengan tangisnya yang pecah.
Claudya merasakan ada sebuah tangan yang mengelus kepalanya, "Claudya gak mau pulang, Tan, aku mau nginep aja." Ujarnya tanpa mendongak.
Namun semakin lama, elusan itu semakin terasa, hal itu membuat Claudya mendogak. Ia membulatkan matanya tak percaya, "ka--kamu?"
Bersambung...
******
Eakkk, bagaimana? Seru kah? Sedih kah? Lucu kah?Btw baca and follow second account gue yaitu xrizstoriesx yah jangan lupa juga baca story nya yah!!! Kalau gak, gue gak bakalan next nih cerita sampe seabad:)
![](https://img.wattpad.com/cover/109588740-288-k618415.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY
Humor"Karena nakal hak segala bangsa!" Andra Ganasiar. Si bad boy yang bermetamorfosis menjadi kapten basket dari SMA Pelita Kasih ini adalah penganut sistem jomblo akut. Tak pernah terlintas di otak Andra untuk mencari pacar, terlebih setiap hari ia se...