40 - Tangisan

14.3K 852 70
                                    

-Claudya's Pov

Saat ini gue tengah berdiri disebuah ruangan yang didominasi cat berwarna putih dengan aroma obat-obatan yang begitu menyengat di indra penciuman gue.

Memandangi seseorang yang terbiasa menghibur gue kini malah terbaring lemah disebuah brangkar dengan berbagai alat bantu yang terpasang di sekujur tubuhnya.

Menangis? Bahkan itu sudah gue lakukan saat pertama kali mendapatkan kabar kalau dia kecelakaan, tapi untuk saat ini justru air mata gue gak bisa mengalir lagi, rasanya air mata gue udah habis karena terlalu banyak menangis.

Yang gue harapkan saat ini hanyalah hidayah dari Allah untuk kesadaran nya, karena sampai saat ini dia belum juga sadarkan diri.

Andra Ganasiar, dia yang kini tengah terbaring lemah di brangkar rumah sakit. Gue suka dia tidur tapi gue gak mau dia tidur di brangkar apalagi di rumah sakit.

Wajahnya yang selalu terbiasa tersenyum kini malah terlihat tidak berekspresi juga pucat yang kini gue lihat jelas dari dirinya.

"Andra, kapan kamu bangun? Aku gak bisa liat kamu kayak gini." Gue kembali terisak dengan kedua tangan yang menggenggam tangan kanan Andra yang tidak terpasang selang apapun.

Tak berapa lama gue merasakan sebuah elusan di bahu gue yang membuat gue mendongak. "Jangan nangis terus, Andra pasti gak suka liat kamu nangis." Gue menggeleng ketika tante Siska berucap seperti itu.

"Tante juga jangan nangis." Tangan gue terulur menghapus air mata yang mengalir di pipi tante Siska, bunda Andra.

"Kamu gak marah kan sama Andra?" Gue menggeleng.

"Gimana Claudya bisa marah sama Andra? Dia ngelakuin ini demi aku, tapi jujur, aku gak suka dia berbuat senekat ini." Ucap gue pada tante Siska.

"Tante juga mau jujur, Tante kecewa sama Andra, dia udah ngelanggar janjinya tapi dia juga ngelakuin ini demi seorang perempuan yang dia sayangi, tante gak bisa marah sama dia."

"Maafin Claudya yah Tan, kalau aja Claudya gak kenal sama Andra, Andra pasti gak akan kenapa-napa." Ujar gue sedangkan tante Siska menggelengkan kepalanya.

"Justru tante mau berterima kasih banget sama kamu, karena kamu, Andra kenal cinta. Dan karena kamu juga dia jadi sosok yang sangat melindungi orang yang dia sayangi selain bundanya." Gue memejamkan mata gue ketika tante Siska terus mengelus pucuk kepala gue.

Elusan tante Siska persis kek rasa saat di elus sama Andra, mungkin karena ibu dan anak kali yah.

"Sekarang, kamu ikut Tante keluar yah, ada seseorang yang mau bertemu sama kamu." Gue hanya mengangguk.

***

Gue menatap seseorang di depan gue dengan tak percaya, dia Risyad, mantan anggota genk Jojo yang Jojo buang ketika Risyad jatuh miskin. Ia masih ingat itu.

Risyad datang kesini sebagai saksi mata kecelakaan Andra, buktinya gue dia bawa membawa gue terkejut.

Risyad menunjukan sebuah video dimana Jojo dan Andra yang tengah balapan dan di video itu, terlihat jelas kalau Jojo sengaja menendang ban motor Andra, membuat keseimbangan Andra hilang hingga akhirnya terjadilah kecelakaan.

"Gue tau, lu pasti butuh ini, gue juga siap jadi saksi mata dari kecelakaan ini." Ujarnya.

Gue menatap Tante Siska yang kini tengah mengangguk, "tapi kenapa lu bisa ngerekam kecelakaan itu?"

"Awalnya gue cuman iseng mau ngerekam, apalagi gue yakin banget kalau Jojo gak mungkin main bersih, dia pasti punya akal picik."

"Makasih, Syad." Ia hanya mengangguk.

"Gak usah berterimakasih, gue lakuin semua ini karena gue mau Jojo sadar sama kesalahannya. Gue sama sekali gak benci dia, gue justru mau dia berubah." Gue tersenyum.

Tangan gue terulur menyentuh bahunya, "gue tau dari awal kalau lu itu sebenarnya baik."

"Oh iya, gimana keadaan SMA Garuda sekarang?" Tanyanya.

"Baik, kalau elu sekarang lanjut sekolah dimana?"

"Gue lanjut sekolah di Bandung, gue kesini karena mau liburan. Dan kebetulan saat kejadian gue lagi keliling-keliling Jakarta karena gue pikir, gue kangen sama kota yang selalu macet ini." Gue terkekeh.

"Dan setelah lu kesini? Gimana perasaan lu?"

"Seneng, tapi masih kecewa, gara-gara gue sering kejebak macet." Lagi-lagi gue tertawa.

Rasanya seperti tertarik pada kejadian beberapa tahun lalu, dimana gue dan Risyad pernah deket, saat itu gue dan dia masih menginjak kelas X.

Tapi hubungan gue dan dia harus berakhir tanpa kepastian karena dia tiba-tiba pindah setelah keluarganya mengalami kebangkrutan.

"Btw, maaf dulu ninggalin lu tanpa kepastian." Gue hanya mengangguk paham.

Bersambung...

******
Cie part nya mellow, gimana sama part kali ini? Pada mau Andra mati atau bangun? Atau kalian mau yang lebih parahnya lagi, Andra lupa ingatan? Gagar otak? Atau apa?

Disini udah ketahuan kan, siapa yang merhatiin Jojo.

BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang